This is default featured slide 1 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
This is default featured slide 2 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
This is default featured slide 3 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
This is default featured slide 4 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
This is default featured slide 5 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.
Tuesday, June 12, 2012
Friday, January 13, 2012
Sosialisasi
Jenis sosialisasi
- Sosialisasi primer
- Sosialisasi sekunder
Tipe sosialisasi
- Formal
- Informal
Pola sosialisasi
Proses sosialisasi
Menurut George Herbert Mead
- Tahap persiapan (Preparatory Stage)
- Tahap meniru (Play Stage)
- Tahap siap bertindak (Game Stage)
- Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized other)
Menurut Charles H. Cooley
Agen sosialisasi
- Keluarga (kinship)
- Teman pergaulan
- Lembaga pendidikan formal (sekolah)
- Media massa
-
- Penayangan acara SmackDown! di televisi diyakini telah menyebabkan penyimpangan perilaku anak-anak dalam beberapa kasus.
- Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat pada umumnya.
- Gelombang besar pornografi, baik dari internet maupun media cetak atau tv, didahului dengan gelombang game eletronik dan segmen-segmen tertentu dari media TV (horor, kekerasan, ketaklogisan, dan seterusnya) diyakini telah mengakibatkan kecanduan massal, penurunan kecerdasan, menghilangnya perhatian/kepekaan sosial, dan dampak buruk lainnya.
- Agen-agen lain
Stratifikasi sosial
Pengertian Stratifikasi sosial
Dasar-dasar pembentukan pelapisan sosial
Ukuran kekayaan
Ukuran kekuasaan dan wewenang
Ukuran kehormatan
Ukuran ilmu pengetahuan
Mobilitas Sosial
Cara untuk melakukan mobilitas sosial
Secara umum, cara orang untuk dapat melakukan mobilitas sosial ke atas adalah sebagai berikut :
- Perubahan standar hidup
- Perkawinan
- Perubahan tempat tinggal
- Perubahan tingkah laku
- Perubahan nama
- Perbedaan kelas rasial, seperti yang terjadi di Afrika Selatan di masa lalu, dimana ras berkulit putih berkuasa dan tidak memberi kesempatan kepada mereka yang berkulit hitam untuk dapat duduk bersama-sama di pemerintahan sebagai penguasa. Sistem ini disebut Apharteid dan dianggap berakhir ketika Nelson Mandela, seorang kulit hitam, terpilih menjadi presiden Afrika Selatan
- Agama, seperti yang terjadi di India yang menggunakan sistem kasta.
- Diskriminasi Kelas dalam sistem kelas terbuka dapat menghalangi mobilitas ke atas. Hal ini terbukti dengan adanya pembatasan suatu organisasi tertentu dengan berbagai syarat dan ketentuan, sehingga hanya sedikit orang yang mampu mendapatkannya.
- Kemiskinan dapat membatasi kesempatan bagi seseorang untuk berkembang dan mencapai suatu sosial tertentu.
- Perbedaan jenis kelamin dalam masyarakat juga berpengaruh terhadap prestasi, kekuasaan, status sosial, dan kesempatan-kesenmpatan untuk meningkatkan status sosialya.
Beberapa bentuk mobilitas sosial
Mobilitas sosial horizontal
Mobilitas sosial vertikal
Mobilitas vertikal ke atas (Social climbing)
- Masuk ke dalam kedudukan yang lebih tinggi. Masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi, di mana kedudukan tersebut telah ada sebelumnya.
- Membentuk kelompok baru. Pembentukan suatu kelompok baru memungkinkan individu untuk meningkatkan status sosialnya, misalnya dengan mengangkat diri menjadi ketua organisasi.
Mobilitas vertikal ke bawah (Social sinking)
- Turunnya kedudukan. Kedudukan individu turun ke kedudukan yang derajatnya lebih rendah.
- Turunnya derajat kelompok. Derajat sekelompok individu menjadi turun yang berupa disintegrasi kelompok sebagai kesatuan.
Mobilitas antargenerasi
Mobilitas intragenerasi
Gerak sosial geografis
Faktor-faktor yang memengaruhi mobilitas sosial
- Perubahan kondisi sosial
- Ekspansi teritorial dan gerak populasi
- Komunikasi yang bebas
- Pembagian kerja
- Tingkat Fertilitas (Kelahiran) yang Berbeda
- Kemudahan dalam akses pendidikan
Saluran-saluran mobilitas sosial
- Angkatan bersenjataAngkatan bersenjata merupakan organisasi yang dapat digunakan untuk saluran mobilitas vertikal ke atas melalui tahapan yang disebut kenaikan pangkat. Misalnya, seorang prajurit yang berjasa pada negara karena menyelamatkan negara dari pemberontakan, ia akan mendapatkan penghargaan dari masyarakat. Dia mungkin dapat diberikan pangkat/kedudukan yang lebih tinggi, walaupun berasal dari golongan masyarakat rendah.
- Lembaga-lembaga keagamaan
- Lembaga pendidikan
- Organisasi politik
- Organisasi ekonomi
- Organisasi keahlian
- Perkawinan
Dampak mobilitas sosial
Dampak negatif
- Konflik antarkelas
- Konflik antarkelompok sosial
- Konflik antargenerasi
- Penyesuaian kembali
Dampak positif
- Orang-orang akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk maju karena adanya kesempatan untuk pindah strata. Kesempatan ini mendorong orang untuk mau bersaing, dan bekerja keras agar dapat naik ke strata atas.
- Mobilitas sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik.
Saturday, December 31, 2011
Happy New Year 2012
Wassalam.
Monday, December 19, 2011
"Si Mata Biru", Keturunan Portugis di Lamno Jaya
Sebelum sampai ke jawaban dari pertanyaan itu, tanpa bermaksud mengungkit perih, duka-lara, dan dendam yang tercerabut-berpagut hingga kini, saya mencoba memaparkan sebuah sifat keacehan yang dimiliki orang Aceh hingga kini. Karakteristik keacehan itu kerap disematkan pada narit maja Aceh.
Salah satunya, sipeut ureueng Aceh hanjeut teupeh. Meunyo teupèh, bu leubèh hana meuteumè rasa; meunyo hana teupèh, boh krèh jeut taraba. Apabila di-Indonesiakan, lebih kurang memiliki makna orang Aceh tidak boleh disinggung (hatinya). Kalau tersinggung, nasi basi pun tak diberikan; kalau tidak disinggung, kelamin pun boleh diraba.
Mungkin, karena sifat itu, orang Aceh gampang dijajah, karena orang Aceh begitu mudah akrab dengan orang asing saat hatinya sudah disentuh lembut. Bermula menyentuh dengan sangat lembut hati orang Aceh, bangsa-bangsa pendatang mencoba menjalin ikatan kerja sama perdagangan dengan bangsa Aceh. Kemudian, orang Aceh yang sudah tersentuh hatinya, dengan gampang dan gamblang menyerahkan yang dia punya kepada bangsa pendatang tadi. Saat itu, tanpa disadari Aceh telah dijajah. Maka, ketika telah sadar dirinya dijajah, orang Aceh yang lebih senang menyebut dirinya ureung Aceh akan bangkit dengan segala daya dan upaya.
Saat seperti inilah, keacehan itu timbul kembali, yakni daripada hidup di bawah kaki penjajah meski diberi pangkat dan harta berlimpah lebih baik mati bersimbah darah atau mati berkalang tanah. Hal ini juga dinukilkan dalam narit maja Aceh: daripada juléng göt buta; daripada capiek göt patah, daripada singèt göt rhô meubalék (daripada juling lebih baik buta, daripada pincang lebih baik patah, daripada miring lebih baik tumpah semua). Yang lebih tegas lagi, daripada na göt hana (daripada ada, lebih baik tidak ada).
Sebut saja salah satu penjajah Aceh adalah bangsa Portugis. Menurut catatan sejarah, bangsa Eropa itu menjajah Aceh terutama di pantai barat Aceh, tepatnya Lamno. Seperti bangsa Eropa penjajah lainnya (Belanda dan Inggris), Portugis juga memainkan taktiknya dengan mencoba merebut hati orang Aceh. Pembauran kedua etnis ini pun terjadi.
Orang Aceh ada yang dinikahi oleh orang Portugis, lalu mempunyai keturunan. Setelah Portugis berhasil dikalahkan Aceh hingga kembali ke asalnya, yakni Eropa, keturunan Portugis itu ada yang tertinggal di Aceh. Kendati ada orang Aceh yang dinikahi oleh bangsa Barat itu atas nama cinta, istri dan keturunannya tetap ditinggalkan di Aceh. Peninggalan inilah yang membuat Lamno atau disebut juga dengan Nanggroe Daya, terkenal dengan si mata biru atau dara Portugis. Tak ayal, sebagian orang berpendapat, jika ingin melihat bangsa Barat turunan, datang saja ke Lamno, di samping ada pantai dan pemandangan yang indah di situ.
Umumnya, orang-orang mata biru ini sangat mirip dengan orang Eropa. Bukan hanya matanya yang biru, kulitnya juga putih serupa kulit orang Barat. Seiring waktu yang terus berjalan, perkawinan antarsuku semakin meluas. Keturunan si mata biru pun menikah dengan orang Aceh dari daerah lain dan mungkin dengan bukan orang Aceh. Pertanyaannya sekarang, masihkah ada keturunan Portugis tersebut di Aceh?
Beberapa waktu lalu, saya dan teman pergi ke Lamno, ke tempat keturunan Portugis itu menetap. Di sana, saya mencoba mengamati sekeliling, baik orang yang melintas maupun yang duduk di rumah atau di warung kopi. Heran! Tiga puluh menit menelusuri Lamno, belum saya temukan juga si mata biru.
Imeum mukim Lamno, Teungku Tantawi, menunjuk sebuah rumah. “Rumah itu ada mata birunya,” kata Tantawi.
Saya menoleh ke arah yang ditunjuk. Di serambi depan rumah itu terlihat empat orang anak kecil. Kalau boleh ditaksir, usia mereka masih Balita (di bawah lima tahun). “Lihat saja keempat anak itu. Yang nomor dua dan nomor tiga berkulit putih, rambutnya juga seperti bule. Matanya biru. Sementara anak tertua dan terbungsu, persis seperti keturunan Aceh asli kan?” tutur Tantawi.
Menurut lelaki 70 tahun itu, keturunan mata biru di Lamno banyak hilang saat musibah tsunami. Pasalnya, tempat tinggal mereka persis di tepi laut. Di samping itu, perkawinan antara keturunan mata biru dengan orang-orang pendatang semisal orang Aceh dari daerah lain, juga menjadi salah satu penyebab keturunan Portugis ini berkurang.
Tempat-tempat yang banyak dihuni komunitas mata biru, seperti daerah Kuala Onga, Kuala Daya, Lambeuso, dan Keuluang, merupakan tempat yang disebutkan oleh Tantawi sebagai kawasan imbas tsunami paling parah. “Nyan ke nyan nyang tinggai, ka hana asli lé. Kadang-kadang na aneuk mata biru, ôkjih itam. Leuh nyan, na cit nyang hie ureueng Aceh mamandum rupajih,” katanya.
“Saya ingat, ada satu orang yang tinggal di Minisaweu. Di sana ada seorang lelaki tua yang kerap disapa Haji Tet, satu lagi di Lamme. Hanya itu yang tersisa. Ya, itu yang saya ketahui,” ujar Tantawi. “Lainnya, habis diambil tsunami.”
Kendati demikian, katanya, pihak kecamatan tidak tinggal diam demi menjaga dan melindungi mereka. Jaddal mulai melakukan pendataan penduduk pascatsunami. Hanya saja, menurut Husaini, sulit melakukan pendataan terhadap si mata biru.
“Masalahnya adalah ketika kita masuk ke kampung-kampung tempat keturunan Portugis itu, mereka lari. Entah mengapa mereka selalu menghindar saat hendak didata,” tutur Husaini, setengah bertanya.
Selepas berbincang-bincang dengan Jaddal, saya dan Erwin kembali melanjutkan perjalanan. Matahari nyaris tepat di atas kepala kala itu. Kami menyusuri jalan setapak dengan berjalan kaki. Dari kejauhan terlihat sebuah jambô (gubuk) kupi. Kami mendekatinya. Jambo itu berarsitek kayu, beratap daun rumbia. Di warung kopi kecil itu ada sekitar delapan orang, tiga di antaranya saya taksir sudah uzur. Kepada bapak-bapak itu saya bertanya tentang keberadaan si mata biru. Jawabannya persis sama seperti apa yang sudah dikatakan imeum mukim dan camat. “Kurang tahu, nyaris hilang setelah tsunami,” itulah jawaban mereka.
Saat kami sedang asyik menikmati angin lembut siang itu sambil berbincang ringan, dari kejauhan terlihat seorang lelaki jangkung mendekat. “Sama dia saja kalian tanya kalau memang mau mendapatkan informasi lebih banyak tentang keturunan Portugis,” kata Saleh, salah seorang pengunjung warung tersebut.
Agaknya dia juga hendak singgah di warung ini. Dia kemudian duduk dengan menghadap ke arah laut. Namanya Jamaluddin. Dia mengatakan memiliki tinggi badan 185 sentimeter. Umurnya belum terlalu tua, “Baru empat puluhan,” katanya, sembari tersenyum.
Bagian hitam matanya terlihat kebiru-biruan, sedangkan yang bagian putihnya terlihat agak coklat. Sekilas dia seperti Jose Maurinho, mantan Manajer Klub kaya di Inggris, Chelsea. Sungguh, kulitnya yang putih kemerah-merahan memperlihatkan dengan jelas bulu-bulu di tangan Jamaluddin. Entah karena kulitnya yang putih itu, dia disapa akrab dengan sebutan “Bang Puteh”.
Bang Puteh adalah salah seorang keturunan Portugis. Kendati dia merupakan keturunan bangsa Eropa itu, dia mengaku tidak tahu benar tentang silsilah keluarganya. Dia juga tak hapal kebiasaan Portugis. “Saya hanya memegang adat-istiadat Aceh sebagai pegangan saya di sini,” ucapnya.
Bang Puteh juga mengatakan bahwa tidak semua anaknya memiliki ciri sama. Kata dia, dua mirip orang Aceh asli, dua di antaranya mirip bangsa Portugis. “Hal ini sama saja dengan empat orang anak yang kalian katakan sudah melihatnya di Desa Leupe. Anak saya, Rauzatul Jannah, enam tahun, dan Nurul Khamiran yang masih 2,5 tahun, sangat mirip dengan orang Barat. Tapi, dua lagi, yang tertuanya, sangat kental dengan karakter orang Aceh pada umumnya,” ujar Bang Puteh.
Saya teringat komentar seorang mahasiswa di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala, yang saya jumpai belum lama ini. “Orang-orang keturunan Portugis itu terkesan hanya mau bergaul dengan dia dia aja. Itu makanya susah menelusuri tentang mereka,” kata Farah Fitriah, mahasiswa angkatan 2005 di Jurusan Bahasa Indonesia itu, saat saya tanya tentang mata biru di kampungnya.
Lain Farah, lain pula pendapat Teungku M. Yahya Wahab. Dia adalah salah seorang Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Aceh Jaya. Saya bertemu dengan Yahya saat dia mengunjungi pengungsi koran tsunami di Lamno tahun 2005 lalu. Yahya juga asal Lamno. “Dara Portugis di Lamno pada umumnya berparas cantik. Namun, mereka pemalu. Jika bertemu dengan orang di luar komunitas mereka, apalagi yang belum mereka kenal sama sekali, mereka cenderung sembunyi.”
Menurut Yahya, karena sifat pemalu itulah membuat mereka terkesan eksklusif. Hal ini pula, kata dia, yang menyebabkan komunitas Portugis di Lamno itu lebih senang menikah dengan sesama komunitas mereka. “Namun, belakangan sudah ada juga di antara mereka yang mau dipersunting orang luar,” lanjut Yahya.
***
Oleh Herman .RN Dosen FKIP Unsyiah
Tentang Bercinta
Fungsi
Bercinta adalah bagian penting dari hubungan intim. Berbeda dengan seks, bercinta adalah ekspresi kepedulian, hubungan emosional dan empati. Ini adalah kesempatan untuk tanpa pamrih memberikan kepada orang lain demi kenikmatan pasangannya. Dalam suatu hubungan berkomitmen, bercinta berfungsi sebagai cara untuk menunjukkan penghargaan atas mencintai kehadiran pasangan anda dalam hidup Anda. Ini adalah waktu untuk menikmati tubuh, tidak peduli berapa banyak ketidaksempurnaan yang mungkin ada. Lebih dari segalanya, bercinta adalah waktu untuk menikmati sepenuhnya perasaan syukur dan kesenangan.
Dewasa ini, bercinta telah dibuat menjadi komoditas hampir kosong. Banyak orang menyamakan dengan seks biasa, yang tidak memiliki komponen emosional bercinta. “Bercinta” bisa terdengar seperti kata-kata kosong, terutama bila ada segudang kalimat yang mengambil makna. Apakah “bercinta” adalah sesi seksual yang sangat intens ? Apakah bisa dilakukan di luar suatu hubungan? Sebuah petunjuk untuk jawaban pertanyaan ini terletak pada kalimat itu sendiri. Harus ada cinta yang terlibat.
Kesalahpahaman
Ada banyak kebohongan beredar tentang bercinta, sebagian besar dikatakan oleh orang-orang yang ingin membuat keuntungan. Meskipun bisa menyenangkan untuk mempelajari posisi baru dan teknik, tidak akan membantu jika tidak ada ikatan rohani atau emosional. Kebanyakan orang yang penuh cinta lebih perhatian tentang cinta sejati, menghormati dan berbagi penerimaan dari kecakapan seksual seorang kekasih. Kesalahpahaman lain yang populer adalah bahwa bercinta saja dapat membuat dan mempertahankan hubungan. Sekali lagi, bercinta adalah sebuah komponen dari keseluruhan. Tidak ada ikatan yang benar-benar padat dan abadi dapat berkembang berdasarkan fisik. Bahkan, hubungan dangkal jenis ini akhirnya akan menimbulkan kebosanan.
Manfaat
Ada banyak alasan untuk bercinta dini dan sering. Seks yang baik menurunkan kadar stres, meningkatkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit, membakar kalori dan mengurangi rasa sakit. Seks yang baik juga meningkatkan harga diri dan meningkatkan penampilan – maka banyak yang dipuji karena “bersinar” setelah sesi bercinta yang bergairah. Bagi perempuan, orgasme juga dapat membantu meringankan rasa sakit karena kram menstruasi. Untuk pria, aktivitas seksual membantu dalam mencegah kanker prostat dan penyakit.
Peringatan
Tentu saja, bercinta tidak boleh dilakukan dalam perilaku tidak sehat. Selalu menggunakan kondom selama aktivitas seksual untuk mencegah penyebaran HIV, herpes dan penyakit menular seksual lainnya. Jika semua pasangan telah diuji untuk penyakit, makan pil KB atau alat bantu hormon lainnya adalah cara terbaik untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, meskipun ini tidak akan membantu dengan pencegahan PMS. Bercinta bukanlah sesuatu untuk dibagikan dengan semua pasangan, hanya pada seorang yang memiliki ikatan dalam percaya, perasaan dan kasih sayang.