tag:blogger.com,1999:blog-41786548437954012262024-03-12T19:24:57.678-07:00gambarquUnknownnoreply@blogger.comBlogger113125tag:blogger.com,1999:blog-4178654843795401226.post-12064052454419067612012-06-12T06:40:00.000-07:002012-06-12T06:40:14.392-07:00<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGvdCGpjpYRaFNy8IuJPi05-UKCi4CdfC-6EXI-KLbqwqnWXyenM4Hyk_RS2BC-wwKOJE-eewYAq5Seh6qqAsQrMhCQz9sn28LUIXI7ou7V32PVrrtNY5DN8dm55KlB2ah2HWZN1YvUHD4/s1600/tess.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="105" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGvdCGpjpYRaFNy8IuJPi05-UKCi4CdfC-6EXI-KLbqwqnWXyenM4Hyk_RS2BC-wwKOJE-eewYAq5Seh6qqAsQrMhCQz9sn28LUIXI7ou7V32PVrrtNY5DN8dm55KlB2ah2HWZN1YvUHD4/s320/tess.jpg" width="320" /></a></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4178654843795401226.post-65233947925333031662012-01-13T12:56:00.000-08:002012-01-13T13:08:24.772-08:00Sosialisasi<div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><b>Pengertian Sosialisasi </b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><b>Sosialisasi</b> adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nilai_sosial" title="Nilai sosial">nilai</a> dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kelompok" title="Kelompok">kelompok</a> atau <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat" title="Masyarakat">masyarakat</a>. Sejumlah <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sosiolog" title="Sosiolog">sosiolog</a> menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Peran_sosial&action=edit&redlink=1" title="Peran sosial (halaman belum tersedia)">peranan</a> (<i>role theory</i>). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu.</span></div><h2 style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span class="mw-headline" id="Jenis_sosialisasi">Jenis sosialisasi</span></span></h2><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat). Menurut <b>Goffman</b> kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkukung, dan diatur secara formal.</span></div><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Sosialisasi primer</b></span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><b>Peter L. Berger</b> dan <b>Luckmann</b> mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah" title="Sekolah">sekolah</a>. Anak mulai mengenal anggota <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga" title="Keluarga">keluarga</a> dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Interaksi_sosial" title="Interaksi sosial">interaksi</a> secara terbatas di dalamnya. <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kepribadian" title="Kepribadian">Warna kepribadian</a> anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya.</span></div><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Sosialisasi sekunder</b></span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat" title="Masyarakat">masyarakat</a>. Salah satu bentuknya adalah <i>resosialisasi</i> dan <i>desosialisasi</i>. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami 'pencabutan' identitas diri yang lama.</span></div><a name='more'></a><br /><h2 style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span class="editsection"></span><span class="mw-headline" id="Tipe_sosialisasi">Tipe sosialisasi</span></span></h2><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Setiap kelompok <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat" title="Masyarakat">masyarakat</a> mempunyai standar dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nilai_sosial" title="Nilai sosial">nilai</a> yang berbeda. contoh, standar 'apakah seseorang itu baik atau tidak' di sekolah dengan di kelompok sepermainan tentu berbeda. Di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah" title="Sekolah">sekolah</a>, misalnya, seseorang disebut baik apabila nilai ulangannya di atas tujuh atau tidak pernah terlambat masuk sekolah. Sementara di kelompok sepermainan, seseorang disebut baik apabila solider dengan teman atau saling membantu. Perbedaan standar dan nilai pun tidak terlepas dari tipe sosialisasi yang ada. Ada dua tipe sosialisasi. Kedua tipe sosialisasi tersebut adalah sebagai berikut.</span></div><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Formal</b></span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan pendidikan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Militer" title="Militer">militer</a>.</span></div><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Informal</b></span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, seperti antara teman, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sahabat" title="Sahabat">sahabat</a>, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.</span></div><hr style="margin-left: 0px; margin-right: 0px;" /> <div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Baik sosialisasi formal maupun sosialisasi informal tetap mengarah kepada pertumbuhan pribadi anak agar sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di lingkungannya. Dalam lingkungan formal seperti di sekolah, seorang siswa bergaul dengan teman sekolahnya dan berinteraksi dengan guru dan karyawan sekolahnya. Dalam interaksi tersebut, ia mengalami proses sosialisasi. dengan adanya proses soialisasi tersebut, siswa akan disadarkan tentang peranan apa yang harus ia lakukan. Siswa juga diharapkan mempunyai kesadaran dalam dirinya untuk menilai dirinya sendiri. Misalnya, apakah saya ini termasuk anak yang baik dan disukai teman atau tidak? Apakah perliaku saya sudah pantas atau tidak?</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Meskipun proses sosialisasi dipisahkan secara formal dan informal, namun hasilnya sangat suluit untuk dipisah-pisahkan karena individu biasanya mendapat sosialisasi formal dan informal sekaligus.</span></div><h2 style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span class="editsection"></span><span class="mw-headline" id="Pola_sosialisasi">Pola sosialisasi</span></span></h2><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Sosiologi dapat dibagi menjadi dua pola: sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatoris. <b>Sosialisasi represif</b> (<i>repressive socialization</i>) menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan. Penekanan pada kepatuhan anak dan orang tua. Penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal dan berisi perintah, penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan orang tua, dan peran keluarga sebagai <i>significant other</i>. <b>Sosialisasi partisipatoris</b> (participatory socialization) merupakan pola di mana anak diberi imbalan ketika berprilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Interaksi" title="Interaksi">interaksi</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi" title="Komunikasi">komunikasi</a> bersifat lisan yang menjadi pusat sosialisasi adalah anak dan keperluan anak. Keluarga menjadi <i>generalized other</i>.</span></div><h2 style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span class="editsection"></span><span class="mw-headline" id="Proses_sosialisasi">Proses sosialisasi</span></span></h2><h3 style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span class="editsection"></span><span class="mw-headline" id="Menurut_George_Herbert_Mead">Menurut George Herbert Mead</span></span></h3><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan menlalui tahap-tahap sebagai berikut.</span></div><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Tahap persiapan (<i>Preparatory Stage</i>)</b></span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Tahap ini dialami sejak <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Manusia" title="Manusia">manusia</a> dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat" title="Masyarakat">dunia sosialnya</a>, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Contoh: Kata "makan" yang diajarkan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ibu" title="Ibu">ibu</a> kepada anaknya yang masih <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Balita" title="Balita">balita</a> diucapkan "mam". Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat oleh anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata makan tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.</span></div><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Tahap meniru (<i>Play Stage</i>)</b></span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dewasa" title="Dewasa">dewasa</a>. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang anma diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan banyak orang telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni dari mana anak menyerap <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Norma_sosial" title="Norma sosial">norma</a> dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nilai_sosial" title="Nilai sosial">nilai</a>. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (<i>Significant other</i>)</span></div><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Tahap siap bertindak (<i>Game Stage</i>)</b></span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Peranan_sosial&action=edit&redlink=1" title="Peranan sosial (halaman belum tersedia)">peran</a> yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Main&action=edit&redlink=1" title="Main (halaman belum tersedia)">bermain</a> secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga" title="Keluarga">keluarga</a> dan bekerja sama dengan <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Teman" title="Teman">teman-temannya</a>. Pada tahap ini lawan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Interaksi" title="Interaksi">berinteraksi</a> semakin banyak dan hubunganya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Norma_sosial" title="Norma sosial">norma</a> tertentu yang berlaku di luar keluarganya.</span></div><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Tahap penerimaan norma kolektif (<i>Generalized Stage/Generalized other</i>)</b></span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Pada tahap ini seseorang telah dianggap <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Dewasa" title="Dewasa">dewasa</a>. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama--bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya-- secara mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya.</span></div><h3 style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span class="editsection"></span><span class="mw-headline" id="Menurut_Charles_H._Cooley">Menurut Charles H. Cooley</span></span></h3><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Cooley lebih menekankan peranan interaksi dalam teorinya. Menurut dia, Konsep Diri (<i>self concept</i>) seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Sesuatu yang kemudian disebut <i>looking-glass self</i> terbentuk melalui tiga tahapan sebagai berikut.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><b>1. Kita membayangkan bagaimana kita di mata orang lain.</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Seorang anak merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan yang paling pintar karena sang anak memiliki prestasi di kelas dan selalu menang di berbagai lomba.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><b>2. Kita membayangkan bagaimana orang lain menilai kita.</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Dengan pandangan bahwa si anak adalah anak yang hebat, sang anak membayangkan pandangan orang lain terhadapnya. Ia merasa orang lain selalu memuji dia, selalu percaya pada tindakannya. Perasaan ini bisa muncul dari perlakuan orang terhadap dirinya. MIsalnya, gurunya selalu mengikutsertakan dirinya dalam berbagai lomba atau orang tuanya selalu memamerkannya kepada orang lain. Ingatlah bahwa pandangan ini belum tentu benar. Sang anak mungkin merasa dirinya hebat padahal bila dibandingkan dengan orang lain, ia tidak ada apa-apanya. Perasaan hebat ini bisa jadi menurun kalau sang anak memperoleh informasi dari orang lain bahwa ada anak yang lebih hebat dari dia.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><b>3. Bagaimana perasaan kita sebagai akibat dari penilaian tersebut.</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Dengan adanya penilaian bahwa sang anak adalah anak yang hebat, timbul perasaan bangga dan penuh percaya diri.</span></div><hr style="margin-left: 0px; margin-right: 0px;" /> <div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Ketiga tahapan di atas berkaitan erat dengan teori <i>labeling</i>, dimana seseorang akan berusaha memainkan peran sosial sesuai dengan apa penilaian orang terhadapnya. Jika seorang anak dicap "nakal", maka ada kemungkinan ia akan memainkan peran sebagai "anak nakal" sesuai dengan penilaian orang terhadapnya, walaupun penilaian itu belum tentu kebenarannya.</span></div><h2 style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span class="editsection"></span><span class="mw-headline" id="Agen_sosialisasi">Agen sosialisasi</span></span></h2><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Ada empat agen sosialisasi yang utama, yaitu <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga" title="Keluarga">keluarga</a>, kelompok bermain, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Media_massa" title="Media massa">media massa</a>, dan lembaga pendidikan sekolah.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Pesan-pesan yang disampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama lain. Apa yang diajarkan keluarga mungkin saja berbeda dan bisa jadi bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh agen sosialisasi lain. Misalnya, di sekolah anak-anak diajarkan untuk tidak merokok, meminum minman keras dan menggunakan obat-obatan terlarang (narkoba), tetapi mereka dengan leluasa mempelajarinya dari teman-teman sebaya atau media massa.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-agen sosialisasi itu tidak bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama lain. Akan tetapi, di masyarakat, sosialisasi dijalani oleh individu dalam situasi konflik pribadi karena dikacaukan oleh agen sosialisasi yang berlainan.</span></div><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Keluarga (<i>kinship</i>)</b></span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Bagi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga_inti" title="Keluarga inti">keluarga inti</a> (<i>nuclear family</i>) agen sosialisasi meliputi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ayah" title="Ayah">ayah</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ibu" title="Ibu">ibu</a>, saudara kandung, dan saudara angkat yang belum <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Menikah" title="Menikah">menikah</a> dan tinggal secara bersama-sama dalam suatu <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Rumah" title="Rumah">rumah</a>. Sedangkan pada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat" title="Masyarakat">masyarakat</a> yang menganut sistem kekerabatan diperluas (<i>extended family</i>), agen sosialisasinya menjadi lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti. Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh orang-orabng yang berada diluar anggota kerabat biologis seorang anak. Kadangkala terdapat agen sosialisasi yang merupakan anggota kerabat sosiologisnya, misalnya pramusiwi, menurut <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Gertrudge_Jaeger&action=edit&redlink=1" title="Gertrudge Jaeger (halaman belum tersedia)">Gertrudge Jaeger</a> peranan para agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat besar karena anak sepenuhnya berada dalam ligkugan keluarganya terutama orang tuanya sendiri.</span></div><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Teman pergaulan</b></span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Teman pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya, teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Remaja" title="Remaja">remaja</a>. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kepribadian" title="Kepribadian">kepribadian</a> seorang individu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak sederajat (berbeda usia, pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain, anak dapat mempelajari peraturan yang mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai-nilai <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Keadilan" title="Keadilan">keadilan</a>.</span></div><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Lembaga pendidikan formal (sekolah)</b></span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Menurut <b>Dreeben</b>, dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (<i>independence</i>), prestasi (<i>achievement</i>), universalisme, dan kekhasan (<i>specificity</i>). Di lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah" title="Sekolah">sekolah</a> sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.</span></div><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Media massa</b></span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Yang termasuk kelompok <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Media_massa" title="Media massa">media massa</a> di sini adalah media cetak (<a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Surat_kabar" title="Surat kabar">surat kabar</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Majalah" title="Majalah">majalah</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Tabloid" title="Tabloid">tabloid</a>), media elektronik (<a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Radio" title="Radio">radio</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Televisi" title="Televisi">televisi</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Video" title="Video">video</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Film" title="Film">film</a>). Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Contoh:</span></div><dl style="text-align: justify;"><dd> <ul><li><span style="font-size: large;">Penayangan acara <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/SmackDown%21" title="SmackDown!">SmackDown!</a> di televisi diyakini telah menyebabkan penyimpangan perilaku anak-anak dalam beberapa kasus.</span></li><li><span style="font-size: large;">Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat pada umumnya.</span></li><li><span style="font-size: large;">Gelombang besar pornografi, baik dari internet maupun media cetak atau tv, didahului dengan gelombang game eletronik dan segmen-segmen tertentu dari media TV (horor, kekerasan, ketaklogisan, dan seterusnya) diyakini telah mengakibatkan kecanduan massal, penurunan kecerdasan, menghilangnya perhatian/kepekaan sosial, dan dampak buruk lainnya.</span></li></ul></dd></dl><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Agen-agen lain</b></span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Selain <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga" title="Keluarga">keluarga</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah" title="Sekolah">sekolah</a>, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga dilakukan oleh <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Agama" title="Agama">institusi agama</a>, tetangga, organisasi rekreasional, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat" title="Masyarakat">masyarakat</a>, dan lingkungan pekerjaan. Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya sendiri tentang dunianya dan membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan tidak pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat besar.</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">sumber <a href="http://id.wikipedia.org/" target="_blank">http://id.wikipedia.org</a> </span></div>Unknownnoreply@blogger.com16tag:blogger.com,1999:blog-4178654843795401226.post-9309340715278484922012-01-13T12:37:00.000-08:002012-01-13T13:08:24.816-08:00Stratifikasi sosial<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaEeP-gmPeLE3pySwB3e1DOaKddNF_jmr6j1CBoQnLEMtklTVTb2MOS0dBFf5FpZ3C_Fkoeqm5sL0QtX4qyS6SPIdcudilfsDtO21eWpLDZ5N0FDRuj7fkqeAeBSrOsOtyIyWa0KZu4Zc/s1600/035535b2.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaEeP-gmPeLE3pySwB3e1DOaKddNF_jmr6j1CBoQnLEMtklTVTb2MOS0dBFf5FpZ3C_Fkoeqm5sL0QtX4qyS6SPIdcudilfsDtO21eWpLDZ5N0FDRuj7fkqeAeBSrOsOtyIyWa0KZu4Zc/s320/035535b2.gif" width="258" /></a></div><h2 style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span class="mw-headline" id="Pengertian">Pengertian Stratifikasi sosial</span></span></h2><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Stratifikasi sosial menurut Pitirim A. Sorokin adalah perbedaan penduduk / masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis).</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Pitirim A. Sorokin dalam karangannya yang berjudul “Social Stratification” mengatakan bahwa sistem lapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Stratifikasi sosial menurut Drs. Robert M.Z. Lawang adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">statifikasi sosial menurut max weber adalah stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><h2 style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span class="editsection"></span><span class="mw-headline" id="Dasar-dasar_pembentukan_pelapisan_sosial">Dasar-dasar pembentukan pelapisan sosial</span></span></h2><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial adalah sebagai berikut.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><h4 style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span class="editsection"></span><span class="mw-headline" id="Ukuran_kekayaan">Ukuran kekayaan</span></span></h4><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><b>Kekayaan</b> (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat" title="Masyarakat">masyarakat</a> ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, yang tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun kebiasaannya dalam berbelanja.</span></div><a name='more'></a><br /><div style="text-align: justify;"> </div><h4 style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span class="editsection"></span><span class="mw-headline" id="Ukuran_kekuasaan_dan_wewenang">Ukuran kekuasaan dan wewenang</span></span></h4><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kaya" title="Kaya">kaya</a> dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><h4 style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span class="editsection"></span><span class="mw-headline" id="Ukuran_kehormatan">Ukuran kehormatan</span></span></h4><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Masyarakat_tradisional&action=edit&redlink=1" title="Masyarakat tradisional (halaman belum tersedia)">masyarakat tradisional</a>, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat" title="Masyarakat">masyarakat</a>, para orang tua ataupun orang-orang yang berprilaku dan berbudi luhur.</span></div><div style="text-align: justify;"> </div><h4 style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span class="editsection"></span><span class="mw-headline" id="Ukuran_ilmu_pengetahuan">Ukuran ilmu pengetahuan</span></span></h4><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar profesional seperti profesor. Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan seterusnya</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">sumber:<a href="http://id.wikipedia.org/" target="_blank">wikipedia</a> </span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4178654843795401226.post-12048794225662059872012-01-13T12:21:00.000-08:002012-01-13T13:08:24.839-08:00Mobilitas Sosial<span style="font-size: large;"><a href="http://static.guim.co.uk/sys-images/Guardian/Pix/steve_bell/2008/06/24/stevebell512ready.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="232" src="http://static.guim.co.uk/sys-images/Guardian/Pix/steve_bell/2008/06/24/stevebell512ready.jpg" width="320" /></a><b>1.Pengertian Mobilitas Sosial </b> </span><br /><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Menurut <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Paul_B._Horton&action=edit&redlink=1" title="Paul B. Horton (halaman belum tersedia)">Paul B. Horton</a>, mobilitas sosial adalah <i>suatu gerak perpindahan dari satu <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kelas_sosial" title="Kelas sosial">kelas sosial</a> ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Strata_sosial" title="Strata sosial">strata</a> yang satu ke strata yang lainnya</i>. Sementara menurut <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kimball_Young&action=edit&redlink=1" title="Kimball Young (halaman belum tersedia)">Kimball Young</a> dan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Raymond_W._Mack&action=edit&redlink=1" title="Raymond W. Mack (halaman belum tersedia)">Raymond W. Mack</a>, <i>mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Struktur_sosial&action=edit&redlink=1" title="Struktur sosial (halaman belum tersedia)">struktur sosial</a> yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kelompok_sosial" title="Kelompok sosial">kelompok sosial</a>.</i> Struktur sosial mencakup sifat hubungan antara <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Individu" title="Individu">individu</a> dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Dalam dunia modern, banyak orang berupaya melakukan mobilitas sosial. Mereka yakin bahwa hal tersebut akan membuat orang menjadi lebih bahagia dan memungkinkan mereka melakukan jenis pekerjaan yang peling cocok bagi diri mereka. Bila tingkat mobilitas sosial tinggi, meskipun latar belakang sosial berbeda. Mereka tetap dapat merasa mempunyai hak yang sama dalam mencapai kedudukan sosial yang lebih tinggi. Bila tingkat mobilitas sosial rendah, tentu saja kebanyakan orang akan terkukung dalam status nenek moyang mereka. Mereka hidup dalam <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kelas_sosial_tertutup&action=edit&redlink=1" title="Kelas sosial tertutup (halaman belum tersedia)">kelas sosial tertutup</a>.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Mobilitas sosial lebih mudah terjadi pada masyarakat terbuka karena lebih memungkinkan untuk berpindah strata. Sebaliknya, pada masyarakat yang sifatnya tertutup kemungkinan untuk pindah strata lebih sulit. Contohnya, <i>masyarakat <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Feodal" title="Feodal">feodal</a></i> atau pada masyarakat yang menganut sistem <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kasta" title="Kasta">kasta</a>. Pada masyarakat yang menganut sistem kasta, bila seseorang lahir dari kasta yang paling rendah untuk selamanya ia tetap berada pada kasta yang rendah. Dia tidak mungkin dapat pindah ke kasta yang lebih tinggi, meskipun ia memiliki kemampuan atau keahlian. Karena yang menjadi kriteria stratifikasi adalah keturunan. Dengan demikian, tidak terjadi gerak sosial dari strata satu ke strata lain yang lebih tinggi.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"></div><a name='more'></a><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"></div><h3 style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span style="font-size: x-large;"><span class="mw-headline" id="Cara_untuk_melakukan_mobilitas_sosial">Cara untuk melakukan mobilitas sosial</span></span> </span></h3><h3 style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-weight: normal; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Secara umum, cara orang untuk dapat melakukan mobilitas sosial ke atas adalah sebagai berikut :</span></h3><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: large;"> </span></div><ul style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Perubahan standar hidup</b></span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: large;"> </span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Kenaikan penghasilan tidak menaikan status secara otomatis, melainkan akan mereflesikan suatu standar hidup yang lebih tinggi. Ini akan memengaruhi peningkatan status.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: large;"> </span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Contoh: Seorang pegawai rendahan, karena keberhasilan dan prestasinya diberikan kenaikan pangkat menjadi Menejer, sehingga tingkat pendapatannya naik. Status sosialnya di masyarakat tidak dapat dikatakan naik apabila ia tidak mengubah standar hidupnya, misalnya jika dia memutuskan untuk tetap hidup sederhana seperti ketika ia menjadi pegawai rendahan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: large;"> </span></div><ul style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Perkawinan</b></span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: large;"> </span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Untuk meningkatkan status sosial yang lebih tinggi dapat dilakukan melalui <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Perkawinan" title="Perkawinan">perkawinan</a>.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: large;"> </span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Contoh: Seseorang wanita yang berasal dari keluarga sangat sederhana menikah dengan laki-laki dari keluarga kaya dan terpandang di masyarakatnya. Perkawinan ini dapat menaikan status si wanita tersebut.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: large;"> </span></div><ul style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Perubahan tempat tinggal</b></span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: large;"> </span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Untuk meningkatkan status sosial, seseorang dapat berpindah tempat tinggal dari tempat tinggal yang lama ke tempat tinggal yang baru. Atau dengan cara merekonstruksi tempat tinggalnya yang lama menjadi lebih megah, indah, dan mewah. Secara otomatis, seseorang yang memiliki tempat tinggal mewah akan disebut sebagai <i>orang kaya</i> oleh masyarakat, hal ini menunjukkan terjadinya gerak sosial ke atas.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: large;"> </span></div><ul style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Perubahan tingkah laku</b></span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: large;"> </span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Untuk mendapatkan status sosial yang tinggi, orang berusaha menaikkan status sosialnya dan mempraktekkan bentuk-bentuk tingkah laku kelas yang lebih tinggi yang diaspirasikan sebagai kelasnya. Bukan hanya tingkah laku, tetapi juga pakaian, ucapan, minat, dan sebagainya. Dia merasa dituntut untuk mengkaitkan diri dengan kelas yang diinginkannya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: large;"> </span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Contoh: agar penampilannya meyakinkan dan dianggap sebagai orang dari golongan lapisan kelas atas, ia selalu mengenakan pakaian yang bagus-bagus. Jika bertemu dengan kelompoknya, dia berbicara dengan menyelipkan istilah-istilah asing.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: large;"> </span></div><ul style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Perubahan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nama" title="Nama">nama</a></b></span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: large;"> </span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Dalam suatu masyarakat, sebuah nama diidentifikasikan pada posisi sosial tertentu. Gerak ke atas dapat dilaksanakan dengan mengubah nama yang menunjukkan posisi sosial yang lebih tinggi.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: large;"> </span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Contoh: Di kalangan masyarakat feodal <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa" title="Jawa">Jawa</a>, seseorang yang memiliki status sebagai orang kebanyakan mendapat sebutan "kang" di depan nama aslinya. Setelah diangkat sebagai pengawas pamong praja sebutan dan namanya berubah sesau dengan kedudukannya yang baru seperti "Raden"</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: large;"> <span class="mw-headline" id="Faktor_penghambat_mobilitas_sosial"> </span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><b>Faktor penghambat mobilitas sosial</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Ada beberapa faktor penting yang justru menghambat mobilitas sosial. Faktor-faktor penghambat itu antara lain sebagai berikut :</span></div><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Perbedaan kelas rasial</b>, seperti yang terjadi di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Afrika_Selatan" title="Afrika Selatan">Afrika Selatan</a> di masa lalu, dimana ras berkulit putih berkuasa dan tidak memberi kesempatan kepada mereka yang berkulit hitam untuk dapat duduk bersama-sama di pemerintahan sebagai penguasa. Sistem ini disebut Apharteid dan dianggap berakhir ketika <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Nelson_Mandela" title="Nelson Mandela">Nelson Mandela</a>, seorang kulit hitam, terpilih menjadi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Presiden" title="Presiden">presiden</a> Afrika Selatan</span></li></ul><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Agama</b>, seperti yang terjadi di India yang menggunakan sistem <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kasta" title="Kasta">kasta</a>.</span></li><li><span style="font-size: large;"><b>Diskriminasi Kelas</b> dalam sistem kelas terbuka dapat menghalangi mobilitas ke atas. Hal ini terbukti dengan adanya pembatasan suatu organisasi tertentu dengan berbagai syarat dan ketentuan, sehingga hanya sedikit orang yang mampu mendapatkannya.</span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Contoh: jumlah anggota <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/DPR" title="DPR">DPR</a> yag dibatasi hanya 500 orang, sehingga hanya 500 orang yang mendapat kesempatan untuk menaikan status sosialnya menjadi anggota DPR.</span></div><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Kemiskinan</b> dapat membatasi kesempatan bagi seseorang untuk berkembang dan mencapai suatu sosial tertentu.</span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Contoh: "A" memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolahnya karena kedua orangtuanya tidak bisa membiayai, sehingga ia tidak memiliki kesempatan untuk meningkatkan status sosialnya.</span></div><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Perbedaan jenis kelamin</b> dalam masyarakat juga berpengaruh terhadap prestasi, kekuasaan, status sosial, dan kesempatan-kesenmpatan untuk meningkatkan status sosialya.</span></li></ul><h2 style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span class="mw-headline" id="Beberapa_bentuk_mobilitas_sosial">Beberapa bentuk mobilitas sosial</span><span class="mw-headline" id="Mobilitas_sosial_horizontal"> </span></span></h2><h2 style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span class="mw-headline" id="Mobilitas_sosial_horizontal">Mobilitas sosial horizontal</span></span></h2><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Mobilitas horizontal merupakan peralihan individu atau obyek-obyek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang dalam mobilitas sosialnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Contoh: Pak Amir seorang warga negara <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Amerika_Serikat" title="Amerika Serikat">Amerika Serikat</a>, mengganti kewarganegaraannya dengan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kewarganegaraan" title="Kewarganegaraan">kewarganegaraan</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia" title="Indonesia">Indonesia</a>, dalam hal ini mobilitas sosial Pak Amir disebut dengan Mobilitas sosial horizontal karena <b class="selflink">gerak sosial</b> yang dilakukan Pak Amir tidak mengubah <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Status_sosial" title="Status sosial">status sosialnya</a>.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><h3 style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span class="mw-headline" id="Mobilitas_sosial_vertikal">Mobilitas sosial vertikal</span></span></h3><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan individu atau objek-objek sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, mobilitas sosial vertikal dapat dibagi menjadi dua, mobilitas vertikal ke atas (social climbing) dan mobilitas sosial vertikal ke bawah (social sinking).</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span class="mw-headline" id="Mobilitas_vertikal_ke_atas_.28Social_climbing.29">Mobilitas vertikal ke atas (<i>Social climbing</i>)</span></span></h4><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Mobilitas vertikal ke atas atau social climbing mempunyai dua bentuk yang utama</span></div><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Masuk ke dalam kedudukan yang lebih tinggi</b>. Masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi, di mana kedudukan tersebut telah ada sebelumnya.</span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Contoh: A adalah seorang guru sejarah di salah satu SMA. Karena memenuhi persyaratan, ia diangkat menjadi kepala sekolah.</span></div><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Membentuk kelompok baru</b>. Pembentukan suatu kelompok baru memungkinkan individu untuk meningkatkan status sosialnya, misalnya dengan mengangkat diri menjadi ketua organisasi.</span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Contoh: Pembentukan organisasi baru memungkinkan seseorang untuk menjadi ketua dari organisasi baru tersebut, sehingga status sosialnya naik.</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h4 style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span class="mw-headline" id="Mobilitas_vertikal_ke_bawah_.28Social_sinking.29">Mobilitas vertikal ke bawah (<i>Social sinking</i>)</span></span></h4><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Mobilitas vertikal ke bawah mempunyai dua bentuk utama.</span></div><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Turunnya kedudukan</b>. Kedudukan individu turun ke kedudukan yang derajatnya lebih rendah.</span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Contoh: seorang prajurit dipecat karena melakukan tidakan pelanggaran berat ketika melaksanakan tugasnya.</span></div><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Turunnya derajat kelompok</b>. Derajat sekelompok individu menjadi turun yang berupa disintegrasi kelompok sebagai kesatuan.</span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Contoh: Juventus terdegradasi ke seri B. akibatnya, status sosial tim pun turun.</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h3 style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span class="mw-headline" id="Mobilitas_antargenerasi">Mobilitas antargenerasi</span></span></h3><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><b>Mobilitas antargenerasi</b> secara umum berarti mobilitas dua generasi atau lebih, misalnya generasi ayah-ibu, generasi anak, generasi cucu, dan seterusnya. Mobilitas ini ditandai dengan perkembangan taraf hidup, baik naik atau turun dalam suatu generasi. Penekanannya bukan pada perkembangan keturunan itu sendiri, melainkan pada <b>perpindahan status sosial suatu generasi ke generasi lainnya.</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Contoh: Pak Parjo adalah seorang tukang becak. Ia hanya menamatkan pendidikannya hingga sekolah dasar, tetapi ia berhasil mendidik anaknya menjadi seorang pengacara. Contoh ini menunjukkan telah terjadi mobilitas vertikal antargenerasi.</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h3 style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span class="mw-headline" id="Mobilitas_intragenerasi">Mobilitas intragenerasi</span></span></h3><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Mobilitas sosial intragenerasi adalah mobilitas yang dialami oleh seseorang atau sekelompok orang dalam satu generasi.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Contoh: Pak Darjo awalnya adalah seorang buruh. Namun, karena ketekunannya dalam bekerja dan mungkin juga keberuntungan, ia kemudian memiliki unit usaha sendiri yang akhirnya semakin besar. Contoh lain, Pak Bagyo memiliki dua orang anak, yang pertama bernama Endra bekerja sebagai tukang becak, dan Anak ke-2, bernama Ricky, yang pada awalnya juga sebagai tukang becak. Namun, Ricky lebih beruntung daripada kakaknya, karena ia dapat mengubah statusnya dari tukang becak menjadi seorang pengusaha. Sementara Endra tetap menjadi tukang becak. Perbedaan status sosial antara Endra dengan adiknya ini juga dapat disebut sebagai mobilitas intragenerasi</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h3 style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span class="mw-headline" id="Gerak_sosial_geografis">Gerak sosial geografis</span></span></h3><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Gerak sosial ini adalah perpindahan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Individu" title="Individu">individu</a> atau kelompok dari satu daerah ke daerah lain seperti <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Transmigrasi" title="Transmigrasi">transmigrasi</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Urbanisasi" title="Urbanisasi">urbanisasi</a>, dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Migrasi" title="Migrasi">migrasi</a>.</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h2 style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span class="mw-headline" id="Faktor-faktor_yang_memengaruhi_mobilitas_sosial">Faktor-faktor yang memengaruhi mobilitas sosial</span></span></h2><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Mobilitas sosial dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut.</span></div><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Perubahan kondisi sosial</b></span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Struktur <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kasta" title="Kasta">kasta</a> dan kelas dapat berubah dengan sendirinya karena adanya perubahan dari dalam dan dari luar <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat" title="Masyarakat">masyarakat</a>. Misalnya, kemajuan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi" title="Teknologi">teknologi</a> membuka kemungkinan timbulnya mobilitas ke atas. Perubahan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ideologi" title="Ideologi">ideologi</a> dapat menimbilkan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Stratifikasi_sosial" title="Stratifikasi sosial">stratifikasi</a> baru.</span></div><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Ekspansi <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Teritorial&action=edit&redlink=1" title="Teritorial (halaman belum tersedia)">teritorial</a> dan gerak populasi</b></span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Ekspansi teritorial dan perpindahan penduduk yang cepat membuktikan cirti fleksibilitas struktur stratifikasi dan mobilitas sosial. Misalnya, perkembangan kota, transmigrasi, bertambah dan berkurangnya penduduk.</span></div><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Komunikasi yang bebas</b></span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Situasi-situasi yang membatasi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi" title="Komunikasi">komunikasi</a> antarstrata yang beraneka ragam memperkokoh garis pembatas di antara strata yang ada dalam pertukaran pengetahuan dan pengalaman di antara mereka dan akan mengahalangi mobilitas sosial. Sebaliknya, pendidikan dan komunikasi yang bebas sertea efektif akan memudarkan semua batas garis dari strata sosial uang ada dan merangsang mobilitas sekaligus menerobos rintangan yang menghadang.</span></div><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Pembagian kerja</b></span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Besarnya kemungkinan bagi terjadinya mobilitas dipengaruhi oleh tingkat pembagian kerja yang ada. Jika tingkat pembagian kerja tinggi dan sangat dispeliasisasikan, maka mobilitas akan menjadi lemah dan menyulitkan orang bergerak dari satu strata ke strata yang lain karena spesialisasi pekerjaan nmenuntut keterampilan khusus. Kondisi ini memacu anggota masyarakatnya untuk lebih kuat berusaha agar dapat menempati status tersebut.</span></div><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Tingkat Fertilitas (Kelahiran) yang Berbeda</b></span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Kelompok masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi dan pendidikan rendah cenderung memiliki tingkat fertilitas yang tinggi. Pada pihak lain, masyarakat kelas sosial yang lebih tinggi cenderung membatasi tingkat reproduksi dan angka kelahiran. Pada saat itu, orang-orang dari tingkat ekonomi dan pendidikan yang lebih rendah mempunyai kesempatan untuk banyak bereproduksi dan memperbaiki kualitas keturunan. Dalam situasi itu, mobilitas sosial dapat terjadi.</span></div><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Kemudahan dalam akses pendidikan</b></span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Jika pendidikan berkualitas mudah didapat, tentu mempermudah orang untuk melakukan pergerakan/mobilitas dengan berbekal ilmu yang diperoleh saat menjadi peserta didik. Sebaliknya, kesulitan dalam mengakses pendidikan yang bermutu, menjadikan orang yang tak menjalani pendidikan yang bagus, kesulitan untuk mengubah status, akibat dari kurangnya pengetahuan.</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h2 style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span class="mw-headline" id="Saluran-saluran_mobilitas_sosial">Saluran-saluran mobilitas sosial</span></span></h2><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Angkatan bersenjata</b></span><span style="font-size: large;">Angkatan bersenjata merupakan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi" title="Organisasi">organisasi</a> yang dapat digunakan untuk saluran mobilitas vertikal ke atas melalui tahapan yang disebut kenaikan pangkat. Misalnya, seorang prajurit yang berjasa pada <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Negara" title="Negara">negara</a> karena menyelamatkan negara dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pemberontakan" title="Pemberontakan">pemberontakan</a>, ia akan mendapatkan penghargaan dari <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat" title="Masyarakat">masyarakat</a>. Dia mungkin dapat diberikan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pangkat&action=edit&redlink=1" title="Pangkat (halaman belum tersedia)">pangkat</a>/kedudukan yang lebih tinggi, walaupun berasal dari golongan masyarakat rendah.</span><br /></li><li><span style="font-size: large;"><b>Lembaga-lembaga keagamaan</b></span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Lembaga-lembaga keagamaan dapat mengangkat status sosial seseorang, misalnya yang berjasa dalam perkembangan Agama seperti <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Ustad&action=edit&redlink=1" title="Ustad (halaman belum tersedia)">ustad</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pendeta" title="Pendeta">pendeta</a>, <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Biksu" title="Biksu">biksu</a> dan lain lain.</span></div><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Lembaga pendidikan</b></span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Lembaga-lembaga pendidikan pada umumnya merupakan saluran yang konkret dari mobilitas vertikal ke atas, bahkan dianggap sebagai <i>social elevator</i> (perangkat) yang bergerak dari kedudukan yang rendah ke kedudukan yang lebih tinggi. Pendidikan memberikan kesempatan pada setiap orang untuk mendapatkan kedudukan yang lebih .</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">tinggi.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Contoh: Seorang anak dari keluarga miskin mengenyam <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah" title="Sekolah">sekolah</a> sampai jenjang yang tinggi. Setelah lulus ia memiliki pengetahuan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Dagang&action=edit&redlink=1" title="Dagang (halaman belum tersedia)">dagang</a> dan menggunakan pengetahuannya itu untuk berusaha, sehingga ia berhasil menjadi pedagang yang kaya, yang secara otomatis telah meningkatkan status sosialnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Organisasi politik</b></span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Seperti angkatan bersenjata, organisasi politik memungkinkan anggotanya yang loyal dan berdedikasi tinggi untuk menempati jabatan yang lebih tinggi, sehingga status sosialnya meningkat.</span></div><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Organisasi ekonomi</b></span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Organisasi <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi" title="Ekonomi">ekonomi</a> (seperti perusahaan, koperasi, BUMN dan lain-lain) dapat meningkatkan tingkat pendapatan seseorang. Semakin besar prestasinya, maka semakin besar jabatannya. Karena jabatannya tinggi akibatnya pendapatannya bertambah. Karena pendapatannya bertambah akibatnya kekayaannya bertambah. Dan karena kekayaannya bertambah akibatnya status sosialnya di masyarakat meningkat.</span></div><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Organisasi keahlian</b></span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Seperti di <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia" title="Wikipedia">wikipedia</a> ini, orang yang rajin menulis dan menyumbangkan pengetahuan/keahliannya kepada kelompok pasti statusnya akan dianggap lebih tinggi daripada pengguna biasa.</span></div><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Perkawinan</b></span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Sebuah perkawinan dapat menaikkan status seseorang. Seorang yang menikah dengan orang yang memiliki status terpandang akan dihormati karena pengaruh pasangannya.</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h2 style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span class="mw-headline" id="Dampak_mobilitas_sosial">Dampak mobilitas sosial</span></span></h2><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Gejala naik turunnya status sosial tentu memberikan konsekuensi-konsekuensi tertentu terhadap struktur sosial masyarakat. Konsekuensi-konsekuensi itu kemudian mendatangkan berbagai reaksi. Reaksi ini dapat berbentuk <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik" title="Konflik">konflik</a>. Ada berbagai macam konflik yang bisa muncul dalam masyarakat sebagai akibat terjadinya mobilitas.</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h3 style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span class="mw-headline" id="Dampak_negatif">Dampak negatif</span></span></h3><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Konflik antarkelas</b></span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Dalam <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat" title="Masyarakat">masyarakat</a>, terdapat <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Lapisan_sosial&action=edit&redlink=1" title="Lapisan sosial (halaman belum tersedia)">lapisan-lapisan sosial</a> karena ukuran-ukuran seperti kekayaan, kekuasaan, dan pendidikan. Kelompok dalam lapisan-lapisan tadi disebut <b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Kelas_sosial" title="Kelas sosial">kelas sosial</a></b>. Apabila terjadi perbedaan kepentingan antara kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat dalam mobilitas sosial maka akan muncul konflik antarkelas.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Contoh: demonstrasi buruh yang menuntuk kenaikan upah, menggambarkan konflik antara kelas buruh dengan pengusaha.</span></div><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Konflik antarkelompok sosial</b></span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Di dalam masyatakat terdapat pula kelompok sosial yang beraneka ragam. Di antaranya kelompok sosial berdasarkan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ideologi" title="Ideologi">ideologi</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Profesi" title="Profesi">profesi</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Agama" title="Agama">agama</a>, <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Suku" title="Suku">suku</a>, dan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Ras" title="Ras">ras</a>. Bila salah satu kelompok berusaha untuk menguasai kelompok lain atau terjadi pemaksaan, maka timbul konflik.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Contoh: tawuran pelajar, perang antarkampung.</span></div><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Konflik antargenerasi</b></span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Konflik antar generasi terjadi antara generasi tua yang mempertahankan nilai-nilai lama dan generasi mudah yang ingin mengadakan perubahan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Contoh: Pergaulan bebas yang saat ini banyak dilakukan kaum muda di Indonesia sangat bertentangan dengan <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Nilai_%28sosial%29&action=edit&redlink=1" title="Nilai (sosial) (halaman belum tersedia)">nilai</a>-nilai yang dianut generasi tua.</span></div><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Penyesuaian kembali</b></span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Setiap <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik" title="Konflik">konflik</a> pada dasarnya ingin menguasai atau mengalahkan lawan. Bagi pihak-pihak yang berkonflik bila menyadari bahwa konflik itu lebih banyak merugikan kelompoknya, maka akan timbul penyesuaian kembali yang didasari oleh adanya rasa toleransi atau rasa penyesuaian kembali yang didasari oleh adanya rasa <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Toleransi" title="Toleransi">toleransi</a> atau rasa saling menghargai. Penyesuaian semacam ini disebut <b><a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Interaksi" title="Interaksi">Akomodasi</a></b>.</span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><h3 style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><span class="mw-headline" id="Dampak_positif">Dampak positif</span></span></h3><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;"><b>Orang-orang akan berusaha untuk berprestasi</b> atau berusaha untuk maju karena adanya kesempatan untuk pindah strata. Kesempatan ini mendorong orang untuk mau bersaing, dan bekerja keras agar dapat naik ke strata atas.</span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Contoh: Seorang anak miskin berusaha belajar dengan giat agar mendapatkan kekayaan dimasa depan.</span></div><ul style="text-align: justify;"><li><span style="font-size: large;">Mobilitas sosial akan lebih <b>mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat</b> ke arah yang lebih baik.</span></li></ul><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Contoh: Indonesia yang sedang mengalami perubahan dari masyarakat <a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/Agraris" title="Agraris">agraris</a> ke <a class="new" href="http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Masyarakat_industri&action=edit&redlink=1" title="Masyarakat industri (halaman belum tersedia)">masyarakat industri</a>. Perubahan ini akan lebih cepat terjadi jika didukung oleh sumber daya yang memiliki kualitas. Kondisi ini perlu didukung dengan peningkatan dalam bidang <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan" title="Pendidikan">pendidikan</a><span class="mw-headline" id="Saluran-saluran_mobilitas_sosial"></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: large;">sumber:<a href="http://id.wikipedia.org/" target="_blank">wikipedia</a></span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4178654843795401226.post-52837220120828001032011-12-31T09:55:00.000-08:002012-01-13T13:08:24.865-08:00Happy New Year 2012<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwbz9Klo6oq_Gx8wf5fUJXra5r9jCXzFixUoRgHpUBd0BxI8AsVzC-6pCdKfFpkbh6oEdSDzY8vxuog3zDW-wt5z3KskGCTDgZWzy80RdCcn2GOBgnxbxEajaX0PkLiepnOduaanZgbh4/s1600/happy-new-year-2012.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="270" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwbz9Klo6oq_Gx8wf5fUJXra5r9jCXzFixUoRgHpUBd0BxI8AsVzC-6pCdKfFpkbh6oEdSDzY8vxuog3zDW-wt5z3KskGCTDgZWzy80RdCcn2GOBgnxbxEajaX0PkLiepnOduaanZgbh4/s320/happy-new-year-2012.jpg" width="320" /></a></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">malam ini aq du2k di sebuah sudut jambo dayak meulayu aku melihat begitu banyak orang yang merayakan tahun baru dengan pesta kembang api dan mercon, rata sudut Kota Banda Aceh penuh dengan ledakan mercon dan kembang api yang berterbangan di udara, tapi tidak tau kenapa aku melihat itu semua suatu hal yang tidak ada arti dan tidak ada mamfaat, suatu hal yang mubazir, seandainya uang yang digunakan untuk membeli kembang api dan mercon itu di gunakan untuk membeli sebungkus nasi untuk anak jalanan ataupun di sumbangkan ke panti asuhan, sungguh suatu hal yang sangat bermamfaat, sedih rasanya melihat fenomena ini, sebuah kebiasaan yang dilakukan oleh orang barat kini menjadi budaya kita, semua tertawa, semua berteriak seakan akan baru saja mendapatkan sebuah kemenangan yang di capai di Tahun 2011 ini. banyak sms ucapan selamat Tahun baru masuk ke hp aku, semua bergembira, apakah itu pertanda dunia ini sudah sangat tua, ataukah suatu pertanda jeleknya kehidupan dunia ini ke depan nanti, entahlahh, di saat tahun baru Islam tidak ada rasa gembira, tidak ada rasa syukur, tidak ada zikir, bahkan kebanyakan orang tidak tau bahwa hari itu adalah Tahun baru Islam. Sedihh.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">malam ini aku merenungkan, mereview ulang apa yang sudah kulakukan di Tahun 2011 ini, apa yang telah kudapatkan, apa yang bermamfaat bagi hidup dunia akhirat aku, rasanya, tidak ada, semua sia2, sedih. </span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">sungguh ku ingin hidup bermamfaat bagi orang lain, ingin kuberikan dua titik dari setitik yang kumiliki, karna hidup ini tidak ada arti jika tidak memberikan mamfaat untuk orang lain.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">sepucuk do'a yang ingin ku ucapkan di malam ini, semoga hidup dan umur kita diberkahi oleh Allah, menjadi orang yang bisa di banggakan oleh orang tua, menjadi orang yang bermamfaat bagi Agama, dan Negara, menjadi orang yang bisa memberikan dua titik dari setitik yang kita miliki, menjadi orang yang sadar akan arti kehidupan, dan semoga Allah mengampuni semua dosa-dosa kita yang telah terbuat selama ini, dan semoga Allah menunjukkan jalan yang lurus dalam menjalani hidup ini kedepannya. Insya Allah.<br />Wassalam.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><br /></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">Muhammad Rizal </span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><br /></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: large;"><br /></span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4178654843795401226.post-23906516481277345672011-12-19T11:31:00.000-08:002012-01-13T13:08:24.884-08:00"Si Mata Biru", Keturunan Portugis di Lamno Jaya<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="color: #3d85c6;"> <b>“...Jika jalan-jalan ke Aceh Barat, Jangan lupa singgah sejenak di Lamno Jaya. Di sana dapat kita lihat dara Portugis, Si Dara Barat yang biru mata....”</b></span></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: center;"><br /></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Kurang lebih seperti itu terjemahan sebait lagu Sabirin Lamno yang diberinya judul Dara Portugis. Lagu itu dikumpulkan dalam sebuah kaset yang diluncurkan oleh Kasgarecord. Oleh karena lagu itu, keberadaan dara Portugis di Lamno, Aceh Jaya (dulu masih bergabung dengan Aceh Barat) menjadi makin populer, baik di masyarakat Aceh maupun Indonesia. Bahkan, orang asing yang datang pascatsunami ke Aceh juga bertanya tentang keberadaan keturunan Eropa itu di Aceh Jaya. Apalagi, setelah mengetahui Aceh Jaya adalah daerah terparah kena imbas ie beuna atau Tsunami.</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiexVRfycrwGkiJ5SNMbcjJfi1QHIuCtCqkFRu4IspEthZV3rltQkcl2iWQ4M0tIRUN3obFvpQ01KHLgWJQg9Mp0Y5UPQuHFHSCtnyjZovyAsn57t0RYNNbMWFhZsmafXIqkWTOw7487LM/s320/SL372048.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiexVRfycrwGkiJ5SNMbcjJfi1QHIuCtCqkFRu4IspEthZV3rltQkcl2iWQ4M0tIRUN3obFvpQ01KHLgWJQg9Mp0Y5UPQuHFHSCtnyjZovyAsn57t0RYNNbMWFhZsmafXIqkWTOw7487LM/s320/SL372048.JPG" /></a></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sebelum menelusuri lebih lanjut jejak si mata biru, kita mengingat dulu sejarah Aceh. Seperti halnya bangsa lain yang mendatangi Aceh, Portugis bertujuan menjalin kerja sama di bidang rempah-rempah. Ketika itu Aceh memang terkenal dengan kekayaan rempah-rempahnya. Namun, lambat-laun negeri berjulukan ‘Seramoe Makkah’ ini jadi jajahan. Lantas, apa yang dapat kita petik dari peninggalan sejarah jajahan tersebut setelah Aceh merdeka?<br /><br />Sebelum sampai ke jawaban dari pertanyaan itu, tanpa bermaksud mengungkit perih, duka-lara, dan dendam yang tercerabut-berpagut hingga kini, saya mencoba memaparkan sebuah sifat keacehan yang dimiliki orang Aceh hingga kini. Karakteristik keacehan itu kerap disematkan pada narit maja Aceh.<br /><br />Salah satunya, sipeut ureueng Aceh hanjeut teupeh. <b><span style="color: #3d85c6;">Meunyo teupèh, bu leubèh hana meuteumè rasa; meunyo hana teupèh, boh krèh jeut taraba.</span></b> Apabila di-Indonesiakan, lebih kurang memiliki makna orang Aceh tidak boleh disinggung (hatinya). Kalau tersinggung, nasi basi pun tak diberikan; kalau tidak disinggung, kelamin pun boleh diraba.<br /><br />Mungkin, karena sifat itu, orang Aceh gampang dijajah, karena orang Aceh begitu mudah akrab dengan orang asing saat hatinya sudah disentuh lembut. Bermula menyentuh dengan sangat lembut hati orang Aceh, bangsa-bangsa pendatang mencoba menjalin ikatan kerja sama perdagangan dengan bangsa Aceh. Kemudian, orang Aceh yang sudah tersentuh hatinya, dengan gampang dan gamblang menyerahkan yang dia punya kepada bangsa pendatang tadi. Saat itu, tanpa disadari Aceh telah dijajah. Maka, ketika telah sadar dirinya dijajah, orang Aceh yang lebih senang menyebut dirinya ureung Aceh akan bangkit dengan segala daya dan upaya.<br /><br />Saat seperti inilah, keacehan itu timbul kembali, yakni daripada hidup di bawah kaki penjajah meski diberi pangkat dan harta berlimpah lebih baik mati bersimbah darah atau mati berkalang tanah. Hal ini juga dinukilkan dalam narit maja Aceh: <b><span style="color: #3d85c6;">daripada juléng göt buta; daripada capiek göt patah, daripada singèt göt rhô meubalék</span></b> (daripada juling lebih baik buta, daripada pincang lebih baik patah, daripada miring lebih baik tumpah semua). Yang lebih tegas lagi, daripada na göt hana (daripada ada, lebih baik tidak ada).</span></div><a name='more'></a><br /><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEha4e_0XSc41OJWo1Obz0WYnhqn89BFxjs0NfjMFEIBSLmQDVORachUfPDQeitCDdEaQfu19X0UA-YByOVfTS0zLc_Idxwj5IpM9T2xud_7I77RAkKuudVDohv6N-H4Svv17Js5zT5v0I0/s320/indo_lamno1.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEha4e_0XSc41OJWo1Obz0WYnhqn89BFxjs0NfjMFEIBSLmQDVORachUfPDQeitCDdEaQfu19X0UA-YByOVfTS0zLc_Idxwj5IpM9T2xud_7I77RAkKuudVDohv6N-H4Svv17Js5zT5v0I0/s320/indo_lamno1.jpg" /></a></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Maka dari itu, perjuangan dengan gencar melawan penjajah dilakukan ureueng Aceh hingga akhirnya penjajah lari pulang tunggang-langgang ke asalnya, mengakui keperkasaan Aceh. Lantas, setelah penjajah itu pulang ke asalnya, apa yang tersisa dari sebuah peninggalannya?<br /><br />Sebut saja salah satu penjajah Aceh adalah bangsa Portugis. Menurut catatan sejarah, bangsa Eropa itu menjajah Aceh terutama di pantai barat Aceh, tepatnya Lamno. Seperti bangsa Eropa penjajah lainnya (Belanda dan Inggris), Portugis juga memainkan taktiknya dengan mencoba merebut hati orang Aceh. Pembauran kedua etnis ini pun terjadi.<br /><br />Orang Aceh ada yang dinikahi oleh orang Portugis, lalu mempunyai keturunan. Setelah Portugis berhasil dikalahkan Aceh hingga kembali ke asalnya, yakni Eropa, keturunan Portugis itu ada yang tertinggal di Aceh. Kendati ada orang Aceh yang dinikahi oleh bangsa Barat itu atas nama cinta, istri dan keturunannya tetap ditinggalkan di Aceh. Peninggalan inilah yang membuat Lamno atau disebut juga dengan Nanggroe Daya, terkenal dengan si mata biru atau dara Portugis. Tak ayal, sebagian orang berpendapat, jika ingin melihat bangsa Barat turunan, datang saja ke Lamno, di samping ada pantai dan pemandangan yang indah di situ.<br /><br />Umumnya, orang-orang mata biru ini sangat mirip dengan orang Eropa. Bukan hanya matanya yang biru, kulitnya juga putih serupa kulit orang Barat. Seiring waktu yang terus berjalan, perkawinan antarsuku semakin meluas. Keturunan si mata biru pun menikah dengan orang Aceh dari daerah lain dan mungkin dengan bukan orang Aceh. Pertanyaannya sekarang, masihkah ada keturunan Portugis tersebut di Aceh?<br /><br />Beberapa waktu lalu, saya dan teman pergi ke Lamno, ke tempat keturunan Portugis itu menetap. Di sana, saya mencoba mengamati sekeliling, baik orang yang melintas maupun yang duduk di rumah atau di warung kopi. Heran! Tiga puluh menit menelusuri Lamno, belum saya temukan juga si mata biru.<br /><br />Imeum mukim Lamno, Teungku Tantawi, menunjuk sebuah rumah. <span style="color: #3d85c6;">“Rumah itu ada mata birunya,”</span> kata Tantawi.</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7X9oEiWlBW5n0UBBDihaHvtxL5EPsWawst0Q-XAMqZW3Tez-JRWAx0yCr3WDgahL5PZ-GBMUt64joRU_LmGiTcFWq-3o4s8c9mKlWE6_-UP_qgMSs3yHYW2kBQ1Ks0bO2LBh-2peOOl0/s400/mata-biru.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="246" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7X9oEiWlBW5n0UBBDihaHvtxL5EPsWawst0Q-XAMqZW3Tez-JRWAx0yCr3WDgahL5PZ-GBMUt64joRU_LmGiTcFWq-3o4s8c9mKlWE6_-UP_qgMSs3yHYW2kBQ1Ks0bO2LBh-2peOOl0/s400/mata-biru.jpg" width="400" /></a></div><div style="color: #3d85c6; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: center;"><span style="font-size: small;">Generasi "Mata Biru" Saudara Sekandung</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br />Saya menoleh ke arah yang ditunjuk. Di serambi depan rumah itu terlihat empat orang anak kecil. Kalau boleh ditaksir, usia mereka masih Balita (di bawah lima tahun). <span style="color: #3d85c6;">“Lihat saja keempat anak itu. Yang nomor dua dan nomor tiga berkulit putih, rambutnya juga seperti bule. Matanya biru. Sementara anak tertua dan terbungsu, persis seperti keturunan Aceh asli kan?”</span> tutur Tantawi.<br /><br />Menurut lelaki 70 tahun itu, keturunan mata biru di Lamno banyak hilang saat musibah tsunami. Pasalnya, tempat tinggal mereka persis di tepi laut. Di samping itu, perkawinan antara keturunan mata biru dengan orang-orang pendatang semisal orang Aceh dari daerah lain, juga menjadi salah satu penyebab keturunan Portugis ini berkurang.<br /><br />Tempat-tempat yang banyak dihuni komunitas mata biru, seperti daerah Kuala Onga, Kuala Daya, Lambeuso, dan Keuluang, merupakan tempat yang disebutkan oleh Tantawi sebagai kawasan imbas tsunami paling parah. <span style="color: #3d85c6;">“Nyan ke nyan nyang tinggai, ka hana asli lé. Kadang-kadang na aneuk mata biru, ôkjih itam. Leuh nyan, na cit nyang hie ureueng Aceh mamandum rupajih,”</span> katanya.<br /><br /><span style="color: #3d85c6;">“Saya ingat, ada satu orang yang tinggal di Minisaweu. Di sana ada seorang lelaki tua yang kerap disapa Haji Tet, satu lagi di Lamme. Hanya itu yang tersisa. Ya, itu yang saya ketahui,” <span style="color: black;">ujar Tantawi.</span> “Lainnya, habis diambil tsunami.”</span></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijTEYbGtFwlSFJbITv7ZQxtg2hPp5eUnr19ihY45XFcZHkMdvwyj1uELiSUOxvn8pr7Xi5TjHBi_Thr5f3CMjFyOTpQWhiCq_GZyeNs3-286sZEq6L5H6J5GQk6CLppEVhu6Y98bhQ9WU/s320/20137_1076430648781_1766694006_152182_1893560_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijTEYbGtFwlSFJbITv7ZQxtg2hPp5eUnr19ihY45XFcZHkMdvwyj1uELiSUOxvn8pr7Xi5TjHBi_Thr5f3CMjFyOTpQWhiCq_GZyeNs3-286sZEq6L5H6J5GQk6CLppEVhu6Y98bhQ9WU/s320/20137_1076430648781_1766694006_152182_1893560_n.jpg" /></a></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="color: #3d85c6;"> </span>Hampir senada dengan Tantawi, camat Lamno, Jaddal Husaini, menuturkan bahwa keturunan bangsa Eropa itu sebelum tsunami dapat ditemui di beberapa wilayah, yakni desa Lambeuso, Alue Mie, Jeumarem, Janggot, Ujong Uloh, Kuala Ongan, dan Mukhan. Namun, setelah tsunami, kata Jaddal, keturunan itu mulai sulit ditemukan.<br /><br />Kendati demikian, katanya, pihak kecamatan tidak tinggal diam demi menjaga dan melindungi mereka. Jaddal mulai melakukan pendataan penduduk pascatsunami. Hanya saja, menurut Husaini, sulit melakukan pendataan terhadap si mata biru.<br /><br /><span style="color: #3d85c6;">“Masalahnya adalah ketika kita masuk ke kampung-kampung tempat keturunan Portugis itu, mereka lari. Entah mengapa mereka selalu menghindar saat hendak didata,”</span> tutur Husaini, setengah bertanya.<br /><br />Selepas berbincang-bincang dengan Jaddal, saya dan Erwin kembali melanjutkan perjalanan. Matahari nyaris tepat di atas kepala kala itu. Kami menyusuri jalan setapak dengan berjalan kaki. Dari kejauhan terlihat sebuah jambô (gubuk) kupi. Kami mendekatinya. Jambo itu berarsitek kayu, beratap daun rumbia. Di warung kopi kecil itu ada sekitar delapan orang, tiga di antaranya saya taksir sudah uzur. Kepada bapak-bapak itu saya bertanya tentang keberadaan si mata biru. Jawabannya persis sama seperti apa yang sudah dikatakan imeum mukim dan camat. <span style="color: #3d85c6;">“Kurang tahu, nyaris hilang setelah tsunami,”</span> itulah jawaban mereka.<br /><br />Saat kami sedang asyik menikmati angin lembut siang itu sambil berbincang ringan, dari kejauhan terlihat seorang lelaki jangkung mendekat.<span style="color: #3d85c6;"> “Sama dia saja kalian tanya kalau memang mau mendapatkan informasi lebih banyak tentang keturunan Portugis,”</span> kata Saleh, salah seorang pengunjung warung tersebut.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFF1EV0FiAkuSXGkj4wDyIV5buSrn-3pjXpCKfxB2C6U6QKPMVeWnoBIuRzFSmy8nDg9NOZGPYcw4uZrfj44jnthaZ6KlTihL989_XQPzh4IXaC3rrsliHYMgDrGyv2tNYT265U0T6LvA/s200/img29122009484141.jpg.pagespeed.ce.ePM9mEgaI6.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFF1EV0FiAkuSXGkj4wDyIV5buSrn-3pjXpCKfxB2C6U6QKPMVeWnoBIuRzFSmy8nDg9NOZGPYcw4uZrfj44jnthaZ6KlTihL989_XQPzh4IXaC3rrsliHYMgDrGyv2tNYT265U0T6LvA/s200/img29122009484141.jpg.pagespeed.ce.ePM9mEgaI6.jpg" /></a></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Saya memperhatikan dengan saksama lelaki yang ditunjuk Saleh. Samakin lama, lelaki itu semakin mendekat.<br /><br />Agaknya dia juga hendak singgah di warung ini. Dia kemudian duduk dengan menghadap ke arah laut. Namanya Jamaluddin. Dia mengatakan memiliki tinggi badan 185 sentimeter. Umurnya belum terlalu tua, <span style="color: #3d85c6;">“Baru empat puluhan,”</span> katanya, sembari tersenyum.<br /><br />Bagian hitam matanya terlihat kebiru-biruan, sedangkan yang bagian putihnya terlihat agak coklat. Sekilas dia seperti Jose Maurinho, mantan Manajer Klub kaya di Inggris, Chelsea. Sungguh, kulitnya yang putih kemerah-merahan memperlihatkan dengan jelas bulu-bulu di tangan Jamaluddin. Entah karena kulitnya yang putih itu, dia disapa akrab dengan sebutan “Bang Puteh”.<br /><br />Bang Puteh adalah salah seorang keturunan Portugis. Kendati dia merupakan keturunan bangsa Eropa itu, dia mengaku tidak tahu benar tentang silsilah keluarganya. Dia juga tak hapal kebiasaan Portugis.<span style="color: #3d85c6;"> “Saya hanya memegang adat-istiadat Aceh sebagai pegangan saya di sini,”</span> ucapnya.<br /><br />Bang Puteh juga mengatakan bahwa tidak semua anaknya memiliki ciri sama. Kata dia, dua mirip orang Aceh asli, dua di antaranya mirip bangsa Portugis. <span style="color: #3d85c6;">“Hal ini sama saja dengan empat orang anak yang kalian katakan sudah melihatnya di Desa Leupe. Anak saya, Rauzatul Jannah, enam tahun, dan Nurul Khamiran yang masih 2,5 tahun, sangat mirip dengan orang Barat. Tapi, dua lagi, yang tertuanya, sangat kental dengan karakter orang Aceh pada umumnya,”</span> ujar Bang Puteh.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhImMTf8nC5Acx69OCwj_2xBGhlAzMZeUR8hO_pHvWl5Yx8vltBvhJ8MCAhRSVxX6uQdgKEzkfESshmu_Hg3XQSr-l-r0_lpQg8hQUH-dUrjcgKCIyXHrAVZyxSW_PlXUGG2mtNfGSFc0U/s320/ACEH+LAMNO+GIRL.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhImMTf8nC5Acx69OCwj_2xBGhlAzMZeUR8hO_pHvWl5Yx8vltBvhJ8MCAhRSVxX6uQdgKEzkfESshmu_Hg3XQSr-l-r0_lpQg8hQUH-dUrjcgKCIyXHrAVZyxSW_PlXUGG2mtNfGSFc0U/s320/ACEH+LAMNO+GIRL.jpg" /></a></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Dari Bang Puteh, saya mengetahui bahwa keturunan Portugis yang lari saat didata seperti kata camat tadi sebenarnya bukan karena takut. <span style="color: #3d85c6;">“Mereka hanya malu. Masalah malu, tidak jelas, apakah karena mereka tidak mirip dengan orang Aceh kebanyakan atau karena apa,” </span>kata Bang Puteh, menggeleng-gelengkan kepalanya.<br /><br />Saya teringat komentar seorang mahasiswa di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala, yang saya jumpai belum lama ini. <span style="color: #3d85c6;">“Orang-orang keturunan Portugis itu terkesan hanya mau bergaul dengan dia dia aja. Itu makanya susah menelusuri tentang mereka,”</span> kata Farah Fitriah, mahasiswa angkatan 2005 di Jurusan Bahasa Indonesia itu, saat saya tanya tentang mata biru di kampungnya.<br /><br />Lain Farah, lain pula pendapat Teungku M. Yahya Wahab. Dia adalah salah seorang Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Aceh Jaya. Saya bertemu dengan Yahya saat dia mengunjungi pengungsi koran tsunami di Lamno tahun 2005 lalu. Yahya juga asal Lamno. <span style="color: #3d85c6;">“Dara Portugis di Lamno pada umumnya berparas cantik. Namun, mereka pemalu. Jika bertemu dengan orang di luar komunitas mereka, apalagi yang belum mereka kenal sama sekali, mereka cenderung sembunyi.”</span><br style="color: #3d85c6;" /><br />Menurut Yahya, karena sifat pemalu itulah membuat mereka terkesan eksklusif. Hal ini pula, kata dia, yang menyebabkan komunitas Portugis di Lamno itu lebih senang menikah dengan sesama komunitas mereka.<span style="color: #3d85c6;"> “Namun, belakangan sudah ada juga di antara mereka yang mau dipersunting orang luar,”</span> lanjut Yahya.<br /><br />***<br />Oleh Herman .RN Dosen FKIP Unsyiah</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">sumber:<a href="http://www.atjehcyber.net/" target="_blank">www.atjehcyber.net</a></span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4178654843795401226.post-33552500133869605462011-12-19T09:49:00.000-08:002012-01-13T13:08:24.906-08:00Tentang Bercinta<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="http://koranbaru.com/wp-content/uploads/2011/03/bercinta.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="160" src="http://koranbaru.com/wp-content/uploads/2011/03/bercinta.jpg" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;">Bercinta merupakan ekspresi fisik ikatan intim antara pasangan. Hubungan yang tepat tidak dapat dibangun di atasnya saja, tetapi ekspresi seksual yang aman sangat meningkatkan kesehatan dan kenikmatan. Karena bercinta begitu penting, perhatikan dengan serius tentang tempatnya dalam setiap kemitraan yang saling mencintai.</div><div style="text-align: justify;"><br /><b>Fungsi</b><br />Bercinta adalah bagian penting dari hubungan intim. Berbeda dengan seks, bercinta adalah ekspresi kepedulian, hubungan emosional dan empati. Ini adalah kesempatan untuk tanpa pamrih memberikan kepada orang lain demi kenikmatan pasangannya. Dalam suatu hubungan berkomitmen, bercinta berfungsi sebagai cara untuk menunjukkan penghargaan atas mencintai kehadiran pasangan anda dalam hidup Anda. Ini adalah waktu untuk menikmati tubuh, tidak peduli berapa banyak ketidaksempurnaan yang mungkin ada. Lebih dari segalanya, bercinta adalah waktu untuk menikmati sepenuhnya perasaan syukur dan kesenangan.</div><a name='more'></a><br /><div style="text-align: justify;"><b>Pertimbangan</b><br />Dewasa ini, bercinta telah dibuat menjadi komoditas hampir kosong. Banyak orang menyamakan dengan seks biasa, yang tidak memiliki komponen emosional bercinta. “Bercinta” bisa terdengar seperti kata-kata kosong, terutama bila ada segudang kalimat yang mengambil makna. Apakah “bercinta” adalah sesi seksual yang sangat intens ? Apakah bisa dilakukan di luar suatu hubungan? Sebuah petunjuk untuk jawaban pertanyaan ini terletak pada kalimat itu sendiri. Harus ada cinta yang terlibat.</div><div style="text-align: justify;"><br /><b>Kesalahpahaman</b><br />Ada banyak kebohongan beredar tentang bercinta, sebagian besar dikatakan oleh orang-orang yang ingin membuat keuntungan. Meskipun bisa menyenangkan untuk mempelajari posisi baru dan teknik, tidak akan membantu jika tidak ada ikatan rohani atau emosional. Kebanyakan orang yang penuh cinta lebih perhatian tentang cinta sejati, menghormati dan berbagi penerimaan dari kecakapan seksual seorang kekasih. Kesalahpahaman lain yang populer adalah bahwa bercinta saja dapat membuat dan mempertahankan hubungan. Sekali lagi, bercinta adalah sebuah komponen dari keseluruhan. Tidak ada ikatan yang benar-benar padat dan abadi dapat berkembang berdasarkan fisik. Bahkan, hubungan dangkal jenis ini akhirnya akan menimbulkan kebosanan.</div><div style="text-align: justify;"><br /><b>Manfaat</b><br />Ada banyak alasan untuk bercinta dini dan sering. Seks yang baik menurunkan kadar stres, meningkatkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit, membakar kalori dan mengurangi rasa sakit. Seks yang baik juga meningkatkan harga diri dan meningkatkan penampilan – maka banyak yang dipuji karena “bersinar” setelah sesi bercinta yang bergairah. Bagi perempuan, orgasme juga dapat membantu meringankan rasa sakit karena kram menstruasi. Untuk pria, aktivitas seksual membantu dalam mencegah kanker prostat dan penyakit.</div><div style="text-align: justify;"><br /><b>Peringatan</b><br />Tentu saja, bercinta tidak boleh dilakukan dalam perilaku tidak sehat. Selalu menggunakan kondom selama aktivitas seksual untuk mencegah penyebaran HIV, herpes dan penyakit menular seksual lainnya. Jika semua pasangan telah diuji untuk penyakit, makan pil KB atau alat bantu hormon lainnya adalah cara terbaik untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, meskipun ini tidak akan membantu dengan pencegahan PMS. Bercinta bukanlah sesuatu untuk dibagikan dengan semua pasangan, hanya pada seorang yang memiliki ikatan dalam percaya, perasaan dan kasih sayang.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">sumber:<a href="http://koranbaru.com/tentang-bercinta/" target="_blank">http://koranbaru.com</a> </div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4178654843795401226.post-88700631901621908432011-12-19T08:56:00.000-08:002012-01-13T13:08:24.922-08:00SMA Lamno Pertama Buka Kelas Internet<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTVWVzE9pEfdG3aogL0tvF3PCcqX8g79ZaoDn2_C-kBLJ-_AKjp" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="179" src="http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTVWVzE9pEfdG3aogL0tvF3PCcqX8g79ZaoDn2_C-kBLJ-_AKjp" width="320" /></a></div><div class="text_article" style="text-align: justify;">CALANG – Kadis Pendidikan Aceh Jaya, Kamis (15/12) meresmikan kelas khusus internet di SMA Negeri 1 Lamno, Aceh Jaya. Pembentukan kelas khusus hasil kerjsa sama dengan Divisi Flexi Telkom Aceh Jaya diharapkan akan dapat mendongkrak mutu pendidikan di Aceh Jaya.<br /><br />“Untuk Aceh Jaya baru ada satu sekolah yang sudah memiliki kelas internet yaitu di SMA Negeri 1 Lamno. Dengan demikian para siswa dapat memanfaatkan fasilits internet tersebut sebagai bank pengetahuan. Selain itu, para siswa belajar melalui invokus,” kata Kadisdik Aceh Jaya, Drs Ismail Ibrahim kepada Serambi, Jumat (16/12) di Calang. Sementara untuk sekolah-sekolah lainnya di tingkat SLTA, kata Kadisdik, diharapkan pada 2012 mendatang juga akan memiliki kelas internet.(c45)</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><br />sumber:<a href="http://aceh.tribunnews.com/2011/12/17/sma-lamno-pertama-buka-kelas-internet" target="_blank">http://aceh.tribunnews.com</a>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4178654843795401226.post-3047678349110071622011-12-19T08:51:00.000-08:002012-01-13T13:08:24.940-08:00Berbagi Buku Lewat Kedai Kopi<div class="separator" style="clear: both; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><a href="http://assets.kompas.com/data/photo/2011/12/19/2302088p.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="205" src="http://assets.kompas.com/data/photo/2011/12/19/2302088p.jpg" width="400" /></a></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"> Berapa kali dalam sepekan, Anda mengunjungi kedai kopi di mal ternama Jakarta? Menikmati secangkir kopi sambil kumpul bareng teman atau bertemu relasi mungkin saja sudah menjadi gaya hidup masyarakat urban. Termasuk saat Anda memilih mendatangi jaringan kedai kopi dari Amerika yang memiliki gerai di sejumlah mal ternama di Jakarta.<br /><br /><br />Saat mengunjungi kedai kopi bernuansa hijau ini, perhatikan sekeliling Anda. Jika Anda singgah di salah satu mal premium di selatan Jakarta, kedai ini menyediakan ruang untuk menyimpan kotak kardus besar yang siap menampung buku bacaan. Tak ada salahnya menengok sejenak, membaca poster atau brosur yang diletakkan di dekatnya, sekadar menunjukkan bahwa Anda peduli. <br /><br /><br />Kemudian, jika esok hari Anda kembali memenuhi kebutuhan minum kopi di kedai yang sama, Anda bisa ambil bagian dengan membawa satu atau lebih buku bacaan dari rumah, untuk dimasukkan ke dalam kardus buku tadi. Melalui gerakan sederhana ini, Anda telah menjadi sukarelawan. Kepedulian dan keputusan Anda untuk berkontribusi membawa dampak besar bagi anak-anak daerah, mereka yang tinggal jauh dari hiruk pikuk ibukota.</div><a name='more'></a>Mengusik rasa peduli masyarakat perkotaan, dengan berbagi buku bekas untuk dijual kembali, merupakan bagian dari gerakan sosial <em>Drive Books, Not Cars</em>. Misi utamanya adalah mendukung komunitas anak di Jakarta dan Flores, melalui donasi buku dan dana untuk pengembangan program sosial mereka.<br /><strong><br /><br />Menggalang dana</strong><br />Untuk kali kedua di 2011 gerakan <em>Drive Books, Not Cars</em> dilaksanakan. Gerakan sosial independen ini mengumpulkan buku layak baca, dalam jangka waktu tertentu, untuk dijual kembali di sela kegiatan <em>car free day</em> di pusat kota Jakarta.<br /><br /><br />Gerakan ini untuk kali pertama dimulai pada bulan Ramadhan. Lebih dari 40 kardus buku disebar di sekitar Jakarta pada 26 Juli-1 September 2011 lalu. Momen Ramadhan sengaja dipilih untuk mengenalkan gerakan kepedulian ini kepada warga Jakarta. Alhasil, lebih dari 5.000 buku terkumpul.<br /><br /><br />"Dari gerakan awal lalu, kami berhasil mengumpulkan 2.500 buku novel berbahasa Inggris, lalu menjualnya kembali di sela <em>car free day</em>, dan berhasil menggalang dana darinya senilai total Rp 31 juta. Sementara, sekitar 2.600 buku berbahasa Indonesia langsung kami distribusikan kepada komunitas anak di Flores," kata Zack Petersen, salah satu penggagas Drive Books, Not Cars, kepada <em>Kompas Female</em> melalui surat elektronik. <br /><br /><br />Petersen mengatakan, penggalangan dana dari gerakan ini menyasar pada dua komunitas anak-anak, yakni Sahabat Anak di Jakarta and Taman Bacaan Pelangi di Flores. <br /><strong><br /><br />Buku melimpah dari Senayan dan Kemang</strong><br />Dari gerakan perdana lalu,<em> Drive Books, Not Cars</em> rata-rata menerima 10-300 buku di setiap <em>drop box</em>. Buku yang terkumpul dari <em>drop box </em>di Senayan City melimpah, kata Petersen. Sementara pengumpulan buku di Kemang, tiga kali lebih banyak jumlahnya. <br /><br /><br />"Menakjubkan melihat begitu banyak orang yang menyumbangkan bukunya, meski mereka tak mengenal dekat siapa Sahabat Anak dan Taman Bacaan Pelangi, namun mereka mau berbagi," ungkapnya. <br /><br /><br />Khusus untuk gerakan kedua ini,<em> Drive Books, Not Cars</em> berencana menjual buku bekas layak baca tersebut di area terbuka di depan eX Plaza Indonesia pada 29 Januari 2012, pukul 08:00 - 17:00. Pengumpulan buku tahap kedua ini berakhir pada 27 Januari 2012.<br /><br /><br />"Kami berharap semakin banyak orang yang berpartisipasi di gerakan ini. Baik mendonasikan buku melalui Starbucks atau datang dan membeli buku-buku yang kami jual pada 29 Januari nanti. Kalau ada yang berminat menjadi sukarelawan di Sahabat Anak atau Taman Bacaan Pelangi, itu lebih baik lagi. Kami ingin mengajak orang lain untuk menjadi sukarelawan dan melakukan sesuatu untuk membuat perubahan bagi kehidupan anak-anak," jelas Petersen. <br /><br />Untuk menjadi sukarelawan, Anda bisa mengajar apa pun mesti tak berprofesi sebagai guru. Mengajar anak-anak dengan apa pun keahlian yang Anda miliki, merupakan bentuk kerelawanan yang dibutuhkan. <br /><br /><strong>Dukungan</strong><br />Gerakan sosial yang berawal pada kepedulian atas masa depan anak-anak ini nyatanya mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk media sosial. Kardus buku tersebar di Jakarta seperti di Starbucks, Blitzmegaplex, kantor redaksi Jakarta Globe, dan kedutaan Australia, sebut Petersen.<br /><br />"Starbucks punya peran besar dengan memberikan kami tempat untuk meletakkan <em>drop box," </em>ungkapnya. <em><br /></em>Ia menambahkan, ide awal gerakan Drive Books, Not Cars ini lahir dari pemikiran Scott Hanna, Ketua Young Professionals Commitee dari American Chamber of Commerce. Menciptakan perpustakaan lebih besar dan memberikan beasiswa lebih banyak untuk anak-anak di Sahabat Anak menjadi tujuan awalnya.<br /><br />Saat ini ada sekitar 100 anak penerima beasiswa di Sahabat Anak. Dana beasiswa tak hanya berasal dari <em>Drive Books, Not Cars.</em> Gerakan ini hanya salah satu caranya untuk memenuhi kebutuhan beasiswa tersebut, jelas Petersen.<br /><em><br /></em>"Kami tidak mencari uang melalui kegiatan ini, tetapi murni untuk meningkatkan kepedulian terhadap anak-anak. Kami membutuhkan buku bekas dari Anda. Kami juga ingin Anda bergabung pada 29 Januari nanti, dan membeli buku-buku sumbangan. Kami juga berharap Anda mau menjadi sukarelawan. Itulah harapan sekaligus hal yang paling membahagiakan bagi kami," tandasnya.<br /><br />Anda tergerak ambil bagian di gerakan sosial untuk anak Indonesia ini? Mudah saja caranya. Jika berencana ke kedai kopi esok hari, jangan lupa bawa buku bekas Anda, masukkan sebanyak-banyaknya ke dalam <em>drop box</em>. Jika masih belum puas berbagi, kunjungi <em>Drive Books, Not Cars </em>di area c<em>ar free day</em> 29 Januari, untuk membeli buku yang dibanderol Rp 35.000-50.000. Satu lagi cara sederhana untuk berbagi, dan rasanya bisa dilakukan siapa saja, termasuk Anda.<br /><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">sumber:<a href="http://aceh.tribunnews.com/2011/12/19/berbagi-buku-lewat-kedai-kopi" target="_blank">http://aceh.tribunnews.com</a> </div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4178654843795401226.post-76679166195043292012011-12-16T02:59:00.000-08:002012-01-13T13:08:25.013-08:007 Jenis Aroma Dasar Wewangian<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://assets.kompas.com/data/photo/2011/08/08/1450112p.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="241" src="http://assets.kompas.com/data/photo/2011/08/08/1450112p.jpg" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;">Tak mau, kan, jika Anda dijauhi orang karena bau tubuh yang tak sedap? Untuk menghindari timbulnya bau badan, rajin menjaga kebersihan diri menjadi solusinya. Setelah itu, Anda bisa menggunakan deodoran atau parfum untuk menambah keharuman pada tubuh.</div><div style="text-align: justify;">Parfum, yang berasal dari bahasa Latin yang berarti "melalui asap", secara harfiah mempunyai makna minyak hasil ekstraksi dari tumbuh-tumbuhan yang dipadukan dengan zat kimia serta air, dan kemudian memancarkan aroma yang wangi (itu sebabnya dulu ibu kita sering menyebut parfum sebagai minyak wangi). Sebenarnya parfum dibuat untuk berbagai upacara keagamaan, dengan membakar minyak dan kayu beraroma. Namun, seiring perkembangan waktu, parfum diracik dengan menambahkan sari pati bunga agar lebih wangi.</div><div style="text-align: justify;">Seiring perkembangan waktu pula, tak hanya sari pati bunga yang ditambahkan ke dalam parfum ini, tetapi juga aroma buah-buahan, biji-bijian, daun-daunan, kayu-kayuan, dan lainnya. Oleh karena itu, sampai sekarang akhirnya dikenal sekitar tujuh bagian besar aroma parfum.</div><a name='more'></a><br /><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><strong>1. "Oceanic air"</strong><br />Pada wewangian jenis ini, udara dan laut menjadi inspirasi dari wewangian ini. Aromanya yang ringan dan cenderung segar membuat parfum dengan aroma ini mampu menebar keharuman yang menyegarkan dan menyenangkan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><strong>2. "Gourmand</strong>"<br />Aroma parfum ini merupakan campuran dari vanila dan<em> tonka bean</em> (mirip biji kopi, tetapi untuk parfum). Wewangian jenis ini biasanya memiliki aroma yang lezat seperti aroma makanan. Misalnya, aroma-aroma rempah seperti vanila, kayumanis, madu, dan cokelat.</div><div style="text-align: justify;"><strong>3. "Floral"</strong><br />Aroma <em>floral</em> atau bunga menjadi inti dari keseluruhan aroma ini. Nuansa klasik, feminin, dan romantis sangat melekat pada keharuman parfum jenis ini. Sebagian besar perempuan menyukai aroma ini. Tak heran jika aroma wewangian jenis ini menjadi sangat populer dan paling disukai di dunia.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><strong>4. "Fruity"</strong><br />Sesuai namanya, aroma parfum ini memiliki keharuman buah-buahan. Aroma buah yang segar dan ringan memberi kesan seksi yang segar. <a href="http://female.kompas.com/read/2011/07/28/18390113">Aroma <em>fruity</em> yang digabung dengan aroma <em>floral</em></a> sedang <em>ngetren</em> saat ini karena memberikan kesan muda dan ceria.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><strong>5. "Woody"</strong><br />Pada keharuman ini, aroma kayu menjadi unsur utama dalam parfum. Misalnya saja keharuman kayu cendana dan pinus. Aroma ini merupakan jenis aroma parfum natural, dan keharuman ini bisa berguna untuk menghangatkan suasana. Aroma ini tak jarang juga menimbulkan kesegaran aroma hutan yang basah dan segar.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><strong>6. "Green"</strong><br />Aroma yang satu ini berasal dari jenis dedaunan dan pepohonan, seperti bergamot, oakmoss, patchouli, dan abdanum<em>. </em>Jika menginginkan sensasi aroma yang rileks, aroma daun-daunan<em> </em>ini bisa jadi pilihan yang tepat.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><strong>7. Oriental</strong><br />Aroma parfum yang satu ini tercium sangat elegan dan anggun. Kandungan bahan baku yang beragam membuat paduan aromanya menjadi cukup rumit, seperti <em>sweet vanilla</em>, <em>musk</em>, <em>spice</em>, <em>sumtuous flowers</em>, serta <em>oriental resins</em>. Aroma ini tergolong paling seksi dan sensual.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">sumber: <a href="http://female.kompas.com/read/2011/12/14/14225447/7.Jenis.Aroma.Dasar.Wewangian" target="_blank">http://female.kompas.com</a></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4178654843795401226.post-71364463914906211332011-12-16T02:46:00.000-08:002012-01-13T13:08:25.034-08:009 Tanda Anda Mengalami KDRT Emosional<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://assets.kompas.com/data/photo/2009/10/21/1018362p.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://assets.kompas.com/data/photo/2009/10/21/1018362p.jpg" /></a></div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><strong></strong>Hubungan yang tidak sehat tak hanya bicara soal kekerasan fisik, tetapi juga emosi (psikis), mental, dan finansial (ekonomi). Seringkali tanda-tanda bahaya sudah mulai menonjol, namun tak sedikit korban kekerasan memaklumi tindakan kasar pasangan dengan menerimanya sebagai karakter si kekasih, dan masih memberikan toleransi.<div style="text-align: justify;">Jika tanda-tanda berikut sudah mulai muncul dalam hubungan, jangan anggap remeh karena hubungan sudah menandakan tak lagi sehat:<br /><br /><strong>Memberi label buruk</strong><br />Memanggil nama pasangan yang bertendensi menjatuhkan kepercayaan diri, adalah cara yang digunakan dalam kekerasan dalam hubungan. Ucapan verbal seperti gembrot, jelek, bego, atau manja, sama menyakitkannya dengan kekerasan fisik. Kata-kata seperti ini bisa merapuhkan hati lebih dalam.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><strong>Tak lagi ada privasi dan cenderung curiga</strong><br />Dompet, tas, dokumen, komputer, atau ponsel Anda selalu diperiksa tanpa alasan yang jelas. Pasangan juga mengharuskan Anda ditemani orang lain, atau ia harus selalu menemani saat Anda bepergian. Hal tersebut adalah sebagian saja contoh bahwa Anda sudah dalam pemantauan, yang menandakan pasangan penuh curiga, cemburu, dan tak lagi percaya. Anda sudah menjadi korban kekerasan ketika privasi Anda mulai terganggu, semua telepon masuk dipertanyakan, atau Anda tak lagi memiliki kebebasan. </div><a name='more'></a><br /><br /><strong>Kontrol penuh terhadap diri Anda </strong><br />Pasangan menuntut Anda langsung pulang ke rumah usai kerja. Anda harus selalu dijemput atau diantar ke tempat tujuan, dan ini bukan bentuk perhatian, melainkan bentuk kontrol yang tak lagi logis. Ketika pelaku kekerasan selalu perlu tahu keberadaan Anda setiap menit tiap harinya, ini disebabkan ia merasa khawatir kehilangan kekuasaan atas diri Anda. Perasaan terancam ini membuat pasangan semakin mengontrol Anda lebih ketat.<br /><br /><strong>Melarang aktivitas Anda di pergaulan sosial</strong><br />Percaya tidak, pelaku kekerasan bisa saja tak cuma memutus koneksi Anda dengan teman dan pergaulan sosial, tetapi juga terhadap keluarga. Hal ini merupakan cara pelaku untuk menutup komunikasi Anda dengan orang lain yang bisa mendukung dan membantu Anda. Cara ini dimaksudkan untuk memperlemah Anda. <br /><br /><strong>Mengontrol keuangan Anda</strong><br />Mengambil alih keuangan Anda, dan membatasi Anda dalam menggunakan akses keuangan, adalah pertanda yang makin mendekatkan korban kepada pelaku. Dengan begitu Anda menjadi bergantung terhadap pasangan dan menyulitkan Anda untuk bergerak. Kalaupun Anda berhasil kabur tanpa uang sekalipun, pelaku kekerasan semacam ini juga akan pergi mencari korban lain.<br /><br /><strong>Memaksa hubungan seksual</strong><br />Memaksa orang lain melakukan hubungan seksual, meskipun hal itu dilakukan terhadap pasangan sendiri pun, adalah kekerasan seksual. Hubungan intim karena paksaan bisa menimbulkan luka emosi yang paling dalam, melebihi luka fisik.<br /><br /><strong>Mengancam</strong><br />Ancaman terhadap diri Anda, anak-anak, teman, atau anggota keluarga Anda, adalah kekerasan. Ini adalah bentuk intimidasi untuk memberikan ketakutan dalam diri Anda. Rasa takut dijadikan senjata pelaku kekerasan yang paling ampuh untuk melumpuhkan korban.<br /><br /><strong>Menuduh</strong><br />Menuduh Anda menggoda pria lain, atau tergoda oleh orang lain lalu pergi berduaan dengannya, menjadi pola perilaku pelaku kekerasan. Tuduhan ini kemudian dijadikan alasan paling tepat baginya untuk memulai perilaku kasar terhadap Anda secara fisik.<br /><br /><strong>Memaksa mengkonsumsi obat terlarang</strong><br />Membuat Anda bergantung pada obat terlarang adalah cara paling mudah bagi pelaku untuk melakukan kekerasan fisik. Dalam kondisi tak sadarkan diri, Anda tentu tak mampu melawan ketika si pelaku bertindak kasar pada Anda.<br /><br />Jika satu saja dari sederetan tanda ini sudah mulai Anda temukan dalam diri pasangan, mulai katakan "tidak", dan sudahi hubungan. Bisa jadi tak semudah itu untuk bertindak. Mintalah bantuan teman atau orang terdekat yang bisa Anda percaya, dengan bercerita tentang kondisi Anda. Dukungan dari orang terdekat untuk menguatkan Anda menjadi sangat berperan. Jadi, tentukan sikap!<br /><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">sumber:<a href="http://female.kompas.com/read/2010/01/27/13012966/9.Tanda.Anda.Mengalami.KDRT.Emosional" target="_blank">http://female.kompas.com</a> </div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4178654843795401226.post-40847960584730173752011-12-16T02:30:00.000-08:002012-01-13T13:08:25.053-08:00Tampil Bareng 28 Dancer, 7 Icons Tak Kesulitan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://images.detik.com/content/2011/12/16/228/7Icons_1dalem.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://images.detik.com/content/2011/12/16/228/7Icons_1dalem.jpg" /></a></div><div style="text-align: justify;"><strong>Jakarta</strong> - Girlband yang namanya tengah menanjak 7 Icons juga turut serta memeriahkan acara HUT Trans Corp ke-10, Kamis (15/12/2011) malam. Mereka pun tampil sangat berbeda dari biasanya.<br /><br />Dalam penampilan kali ini, girlband yang digawangi oleh tujuh dara cantik asal Surabaya itu didukung koreografi yang spektakuler. Mereka menyanyi dengan penari latar yang berjumlah 28 orang.<br /><br />"Selain kostum (yang berbeda), dancer-nya tadi ada 28 orang," ujar PJ saat ditemui Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta. <br /><br />"Untungnya nggak kesulitan sih, mereka cepat menghafal gerakan 7 Icons," tambahnya menjelaskan.</div><a name='more'></a><br /><br />Selain itu, grup vokal yang melejit lewat tembang 'Playboy' itu juga mengaransemen ulang lagu tersebut menjadi berbeda dari biasanya. "Aransemen lagu 'Playboy' juga berbeda dari biasanya," tambah Vanilla.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4178654843795401226.post-47219994782843549182011-12-16T02:20:00.000-08:002012-01-13T13:08:25.070-08:00Shandy Aulia Tunda Punya Momongan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://images.detik.com/content/2011/12/16/230/shandy-dlm.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://images.detik.com/content/2011/12/16/230/shandy-dlm.JPG" /></a></div><div style="text-align: justify;"><strong>Jakarta</strong> - Artis Shandy Aulia resmi menikah dengan David Herbowo pada 12 Desember lalu di Bali. Namun, Shandy mengaku menunda untuk memiliki momongan. Kenapa?<br /><br />"Kita sudah program kita menunda 2 tahun ke depan, jadi mau pacaran dulu saja," ujar Shandy saat ditemui di Ritz Carlton, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (16/12/2011).<br /><br />Shandy juga mengungkapkan dirinya tak akan mundur dari dunia hiburan. Bahkan, Shandy didukung penuh sang suami untuk terus berkarier sebagai artis.<br /><br />"Aku akan support pekerjan yang buat Shandy happy," ujar David.</div><a name='more'></a><br /><br />Pernikahan Shandy dan David menjadi pusat perhatian belakangan ini. Hal itu disebabkan karena ayah Shandy tak merestui pernikahan mereka.<br /><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">sumber:<a href="http://hot.detik.com/read/2011/12/16/170446/1793098/230/shandy-aulia-tunda-punya-momongan" target="_blank">http://hot.detik.com</a> </div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4178654843795401226.post-84914424988011117932011-12-16T02:05:00.000-08:002012-01-13T13:08:25.089-08:00Kembali Goyang, Inul Tak Mau Tampil Erotis<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://images.detik.com/content/2011/12/16/228/dalDangdut_05-rch.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://images.detik.com/content/2011/12/16/228/dalDangdut_05-rch.jpg" width="251" /></a></div><div style="text-align: justify;"><strong>Jakarta</strong> - Pedangdut Inul Daratista tampaknya sudah "kapok" dengan berbagai pencekalan dirnya di masa lalu. Inul kini berjanji tak akan tampil erotis.<br /><br />Inul sendiri mengaku bahwa dirinya dulu memang kerap tampil "norak" di atas panggung. Namun semua hanya masa lalu. Pemilik goyang ngebor itu kini lebih memilih tampil glamor ketimbang menonjolkan lekuk tubuh dan goyangan seksi.<br /><br />Seperti pada penampilan perdananya di acara ultah Trans Corp ke-10. Inul tampil dengan gaya busana khas India nan gemerlap.<br /><br />"Pengin dikemasnya nggak kayak dulu lagi. Penginnya penampilan kita nggak norak kayak dulu, saya mengakui," ungkapnya di JCC, Senayan, Kamis (15/12/2011) malam.<br /><br />Hal yang sama juga diungkapkan rekannya, Kristina. Pelantun 'Jatuh Bangun' itu ingin kembali berkarya dengan tampil elegan.</div><a name='more'></a><br /><br />"Supaya orang tak memandang sebelah mata. Suara tetap nomor satu," tuturnya.<br /><br />Inul yang berencana kembali mengeluarkan lagu pun tak membantah, saat ini musik dangdut memang dihuni penyanyi-penyanyi top. Meski semakin banyak saingan, ia menilai hal itu adalah biasa.<br /><br />"Sesuai dengan porsinya saja. Sekarang lagi masanya mereka. Musik yang sehat adalah di mana kita memberikan kesempatan yang mau lewat seperti Tuti Wibowo dan Melinda, kita nggak harus iri dengan mereka," ujarnya.<br /><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">sumber:<a href="http://hot.detik.com/music/read/2011/12/16/162101/1793064/228/kembali-goyang-inul-tak-mau-tampil-erotis" target="_blank">http://hot.detik.com</a></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4178654843795401226.post-8663784365705601652011-12-15T11:59:00.000-08:002012-01-13T13:08:25.108-08:00Perang Aceh Dalam Ingatan Belanda (part 3 selesai)<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWO4RnY4mIP3msNvV6jt_0V_rtGYqOpXB6GpB19KLBa4QF5zVZBFrWVaITEearyWc3ptglEG2WuBiLOQhXSMfFvhMXo5Rm2XenJMuYFuCa_sIUUlZ2-8r69KVjnilT3nO-kDaEvtEfa_M/s1600/2009+-+schoolplaat+atjeh+2.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWO4RnY4mIP3msNvV6jt_0V_rtGYqOpXB6GpB19KLBa4QF5zVZBFrWVaITEearyWc3ptglEG2WuBiLOQhXSMfFvhMXo5Rm2XenJMuYFuCa_sIUUlZ2-8r69KVjnilT3nO-kDaEvtEfa_M/s1600/2009+-+schoolplaat+atjeh+2.png" /></a></div><div style="text-align: justify;">Perang Atjeh</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Ini sebagian dari puisi kepahlawanan Aceh yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Belanda: (21)<br /><br /></div><div style="text-align: justify;"><i>Daarom, teungkoes, weest niet nalatig.</i></div><div style="text-align: justify;"><i>Volbrengt de godsdienstplichten, o broeders.</i></div><div style="text-align: justify;"><i>O, vrienden, er is geen enkele goede daad,</i></div><div style="text-align: justify;"><i>Die het oorlogvoeren overtreft.</i></div><div style="text-align: justify;"><i>De Heilige Oorlog is u als plicht opgelegd,</i></div><div style="text-align: justify;"><i>Begrijpt dat goed, o broeders!</i></div><div style="text-align: justify;"><i>Eerst komt de geloofsbelijdenis, dan de sembahjang</i></div><div style="text-align: justify;"><i>(dagelijks 5x bidden-Red),</i></div><div style="text-align: justify;"><i>Ten derde het oorlogvoeren tegen de Hollanders.</i><br /><br /></div><div style="text-align: justify;"><i>Oleh sebab itu, tengku, jangan tidak peduli</i></div><div style="text-align: justify;"><i>Kerjakanlah kewajiban beragama, o saudaraku</i></div><div style="text-align: justify;"><i>Oh, kawan, tidak ada satu pun kebaikan,</i></div><div style="text-align: justify;"><i>Yang melebihi perjuangan dalam peperangan</i></div><div style="text-align: justify;"><i>Perang jihad adalah kewajibanmu</i></div><div style="text-align: justify;"><i>Pahamilah hal itu, o saudaraku!</i></div><div style="text-align: justify;"><i>Pertama membaca syahadat, kemudian shalat,</i></div><div style="text-align: justify;"><i>Ketiga berperang melawan Belanda.</i></div><a name='more'></a><br /><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sementara Teuku Ibrahim Lamnga bertempur melawan Belanda, sang istri, Cut Nya Dien, menyanyikan lagu pengantar tidur untuk bayi mereka: (22)</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Hé, mijn kleine jongen, mijn beminde zoon, je bent een man,</div><div style="text-align: justify;">Je vader, je grootvader zijn ook mannen, toon je manlijkheid,De Christenhonden willen ons land bezetten,Zij willen onze godsdienst inruilen coor hun godsdienst, De godsdienst van de christenhonden.Verdedig de rechten van ons Atjenees volk,Verdedig onze godsdienst, de Islamitische godsdienst. O, mijn zoon, volg de voetsporen van je vader,Teuku Ibarhim Lamnga, nu hij niet thuis is.Denk maar niet dat je vader met z’n vrienden op stap isOm de komst van de Christenhonden te vieren,Hij is op weg om hen te verjagen uit het land Atjeh. </div><div style="text-align: justify;">Hai, anak lelakiku, anak lelaki kesayanganku, kau seorang lelaki,</div><div style="text-align: justify;">Ayahmu, kakekmu juga laki-laki, tunjukkan keperkasaanmu,Anjing-anjing Kristen ingin menguasai negara kita,Mereka ingin menukar agama kita dengan agama mereka,Agama para anjing Kristen.Belalah hak rakyat Aceh,Belalah agama kita, agama Islam.O, anak lelakiku, ikutilah jejak ayahmu,Teuku Ibrahim Lamnga, yang sekarang tidak di rumah,Jangan kira ayahmu sedang bersenang-senang dengan temannya,Untuk merayakan kedatangan para anjing Kristen, Beliau pergi untuk mengusir mereka dari tanah Aceh.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sampai sekarang hikayat masih tetap aktif dihidupkan. Pada tahun 2007 terbit versi kartun kisah hikayat untuk anak-anak sekolah di Aceh. Sampai sekarang para ibu juga masih menyanyikan lagu pengantar tidur untuk bayi-bayi mereka. Lagu-lagu dodaidi mengajarkan pada anak-anak Aceh agar kelak harus membantu para pejuang Aceh. Ini salah satu lagu dodaidi: (23)</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tiada Tuhan selain Allah</div><div style="text-align: justify;">Rasul telah berpulang</div><div style="text-align: justify;">Kembali ke pangkuan Allah</div><div style="text-align: justify;">Beliau meninggalkan Al Qur’an untuk kita</div><div style="text-align: justify;">Do idi ku doda idang</div><div style="text-align: justify;">Tali layang-layang di udara telah putus</div><div style="text-align: justify;">Jadilah anak yang kuat, oh Banta Seudang</div><div style="text-align: justify;">Ikutlah bertempur dalam peperangan, selamatkan Aceh.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Apakah Perang Aceh yang di Aceh disebut sebagai Perang Penjajahan Belanda masih diingat? Mehmet Ozay membantu saya pada Januari 2010 mewawancarai lebih dari 25 murid sekolah, mahasiswa dan dosen di Banda Aceh (24). Bagaimana mereka mengenang Perang Aceh?</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">”Jakarta” tidak pernah mempunyai perhatian terhadap sejarah daerah, tetapi memusatkan perhatian hanya pada sejarah Jawa dan hanya mengakui pahlawan-pahlawan nasional yang di dalamnya termasuk Teuku Umar dan Cut Nya Dien. Bagi ”Jakarta”, Aceh merupakan hal yang peka. Generasi muda Aceh tidak diperkenankan untuk menjadi patriot Aceh.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Oleh sebab itu seberapa jauh pelajaran tentang Perang Penjajahan Belanda diberikan di sekolah di Aceh sangat bergantung pada pengajarnya. Sejak penandatanganan Kesepakatan Helsinki antara Aceh dan ’Jakarta’ tahun 2005 maka ketertarikan secara terbuka di Aceh terhadap Perang Penjajahan Belanda semakin meningkat. Para kakek tanpa rasa takut dapat menceritakan kembali kisah perjuangan mereka kepada cucu-cucu. Para pengajar sekolah dasar dan sekolah menengah menceritakan dalam pelajaran sejarah bagaimana rakyat Aceh dengan gagah berani melawan penjajah Belanda hanya dengan bersenjatakan bambu, rencong dan klewang.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Di sekolah menengah atas, tugas mata pelajaran Imperialisme dan Kolonialisme di Indonesia merujuk pada perang tersebut. Di tingkat universitas di jurusan sejarah diperbandingkan visi para sejarawan Aceh dengan visi para sejarawan Belanda. Bagaimana Jendral Belanda Köhler pada Perang Aceh Pertama tahun 1873 dibunuh oleh rakyat Aceh di bawah pohon geulumpang dekat Mesjid Raya di Kutaraja sangat populer untuk dibahas.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dan bagaimana Teuku Umar mengelabui Belanda juga dengan sendirinya berada dalam urutan teratas pembahasan. Mereka selalu memandang ahli Islam asal Belanda bernama Snouck Hurgronje dengan pengetahuannya tentang Aceh sebagai pengkhianat. Sebagaimana Belanda mengenal Van Heutsz, para murid dan mahasiswa Aceh juga mengenal para pahlawan mereka.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Mereka telah melihat pameran foto tentang Perang Belanda di Museum Aceh dan mereka juga mengenal Hikayat Perang Sabil. Dan dengan wisata sekolah ke Makam Belanda Kerkhof di Banda Aceh, makam militer Belanda terbesar di Aceh tempat bersemayam sekitar 2.200 militer KNIL, mereka melihat dengan mata kepala sendiri bahwa Perang Belanda di Aceh bagi Belanda sendiri bukan hal yang ringan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Di makam ini mereka juga melihat nama-nama asal Ambon, Menado dan Jawa yang menjadi bukti betapa kreatifnya Belanda untuk saling mengadu domba orang Indonesia antara satu dengan lainnya. Sementara Jawa sudah beberapa ratus tahun menjadi jajahan Belanda, maka Aceh setelah 70 tahun berperang sebenarnya belum benar-benar berhasil dikuasai oleh Belanda.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Hal ini sampai sekarang masih diceritakan oleh orang Aceh dengan penuh kebanggaan. Pastilah bukan tanpa sebab bahwa orang Aceh masih mengingat Perang Penjajahan Belanda yang terjadi antara 70 hingga 140 tahun yang lalu di samping tragedi tsunami tahun 2004. Kursus tambahan bagi para pengajar tentang perang tersebut akan dilakukan di masa depan dan sebuah pameran foto besar-besaran pada tahun 2011 tentang perang tersebut juga sedang dalam tahap persiapan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">***</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Perang Dunia Kedua dan pembunuhan Yahudi oleh Nazi memang sudah selayaknya mendapat tempat dalam pendidikan sekolah kita di Belanda. Kedua subyek sejarah tersebut beruntung mendapat tempat yang dominan dalam otak generasi muda kita. Tetapi hal itu juga sayangnya menimbulkan beberapa dampak negatif. Kapasitas otak relatif kecil dan kita khawatir tidak ada tempat lagi untuk subyek sejarah yang penting seperti Perang Aceh yang berlangsung selama 30, 40 atau bahkan 70 tahun. Juga terlalu sedikit, sangat sedikit perhatian yang diberikan para dosen untuk episode yang sangat berarti ini dalam sejarah kita.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Akibatnya adalah ingatan yang semakin terpinggirkan tentang perang ini. Hal ini diperburuk oleh banyaknya monumen kenangan dan peringatan di negara kita tentang Perang Dunia Kedua namun sangat sedikit sekali tentang Perang Aceh. Monumen dan tempat-tempat bersejarah di Aceh buat kita jauh letaknya dan dengan demikian juga tidak mudah untuk dikunjungi secara massal dari negara kita.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Begitu banyak monumen bertema Perang Dunia Kedua namun monumen Perang Aceh sampai sekarang nyaris tidak mendapat perhatian. Tampaknya ada kecenderungan kuat bahwa kecintaan kita pada kemerdekaan hanya berlaku untuk diri kita sendiri. Orang lain selalu salah dan harus merasa malu jika mereka mengancam dan merebut kemerdekaan kita, tetapi jika kita merampas kemerdekaan orang lain (misalnya rakyat Aceh), maka kita dengan sendirinya segera menerapkan standar keadilan yang berbeda atau kita mengalihkan perhatian ke arah lain.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Untungnya hal itu akan segera berakhir karena sejak tahun ini perubahan akan terjadi. Sekarang Komite 4 & 5 Mei (Komite di Belanda untuk memperingati Hari Kemerdekaan Belanda dari Pendudukan Jerman) bukan hanya memikirkan tentang kemerdekaan kita tetapi juga kemerdekaan semua orang di seluruh dunia. Juga rakyat Aceh sekarang (dan juga pada masa lalu jika boleh saya tambahkan).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Bicara tentang monumen, kita pernah memiliki monumen Van Heutsz di Amsterdam. Tetapi karena Van Heutsz merupakan simbol perdebatan (Peter van Zonneveld telah merumuskannya dengan baik) (25), maka nama monumen tersebut diganti menjadi Monumen Indïe-Nederland (Indonesia-Belanda) dan berubah maknanya menjadi kenang-kenangan tentang hubungan antara Belanda dan Indonesia pada masa kolonial.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tetapi monumen itu tidak terfokus pada Perang Aceh. Juga ketika monumen itu masih bernama Monumen Van Heutsz, nyaris tidak seorang pun yang tahu bahwa itu adalah monumen Aceh milik kita. Van Heutsz adalah komandan militer di Aceh dan Gubernur Aceh antara tahun 1890-1904. Perang Aceh dimulai tahun 1873 dan berlangsung hingga 1942 (ada berbagai pendapat tentang hal ini).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Jadi ada Perang Aceh sebelum dan sesudah Van Heutsz. Sekitar empat atau lima Perang Aceh seluruhnya, setiap kali dengan komandan militer yang berbeda. Sudah saatnya dibangun sebuah monumen yang khusus untuk memperingati Perang Aceh, yang dimulai sejak invasi di Aceh tahun 1873 dan berakhir dengan perlawanan seluruh rakyat Aceh hingga keluarnya Belanda dari Aceh tahun 1942. Sebuah monumen tentang agresi dan pendudukan Belanda serta pembebasan Aceh.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sebuah monumen yang menggambarkan sisi kemanusiaan dan kebiadaban Belanda dan Aceh yang terjadi selama masa itu. Kisah-kisah dalam buku sejarah juga harus lebih kaya, lebih menarik, lebih menghanyutkan, lebih komunikatif. Tentang Aceh dan Perang Aceh harus disediakan bukan lagi dana melainkan kreativitas yang informatif. Harus ada film atau serial televisi yang menarik tentang Perang Aceh yang sungguh-sungguh menggambarkan daerah dan rakyatnya, yang menggambarkan Aceh seratus tahun yang lalu sebagaimana aslinya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Otentik. Menampilkan bukan hanya orang Belanda tetapi juga para serdadu KNIL asal Ambon, Menado dan Jawa, para pejuang Aceh serta wanita dan anak-anak. Jadi bukan semacam tokoh karikatur pemberani yang diromantisasi ala Filipina sebagaimana film NCRV tahun 1996. Aceh dan Perang Aceh harus dihidupkan kembali. Untungnya pada tahun 2009 het Indisch Herinneringscentrum (Lembaga untuk memperingati sejarah tentang Indonesia) atau disebut juga IHCB di Bronbeek dibuka. Pertengahan Agustus 2010 akan diselenggarakan pameran berjudul Het verhaal van Indië (Kisah tentang Indonesia) di Bronbeek</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4sW4F-Ql605i-_v3XBDgGW54wIxNiSFbJv9-9Ri0WPx8Rp91uGFuFoYipJsRfskwzK-ab_AFewSH1JisA0WWn3s5l7FIao5OfNQg6G2or7jY7eJM7BU3j1ddy0hyphenhyphenzVO8WcyIaPzlJ0yw/s1600/marsose+%25281%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="468" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4sW4F-Ql605i-_v3XBDgGW54wIxNiSFbJv9-9Ri0WPx8Rp91uGFuFoYipJsRfskwzK-ab_AFewSH1JisA0WWn3s5l7FIao5OfNQg6G2or7jY7eJM7BU3j1ddy0hyphenhyphenzVO8WcyIaPzlJ0yw/s640/marsose+%25281%2529.jpg" width="640" /></a></div><div style="text-align: justify;">.</div><div style="text-align: justify;">Artinya setelah esai ini selesai ditulis. Apakah IHCB menampilkan kisah Perang Aceh dengan baik dan pameran tersebut berhasil, saya tidak dapat menjawabnya saat ini, tetapi saya harap akan demikian. Maka cukup banyak hal besar yang masih bisa dilakukan. Salah satunya tentu saja masih harus kita tunggu bagaimana seorang ilmuwan NIOD (Lembaga Dokumentasi Perang Belanda) bernama Elly Touwen-Nouwsma (26) yang mencintai ’kebaikan KNIL’ (dan para pahlawannya) (27) menyebut monumen KNIL, sebuah patung dada Van Heutsz dari perunggu, sebuah bangku dengan plakat bertuliskan Jendral van der Heijden (atau Kareltje Eénoog) dan patung tentang Perang Aceh di Taman Bronbeek untuk menggambarkan ’bagaimana seorang Aceh diancam akan dibunuh oleh seorang prajurit KNIL (yang heroik-Red)’.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Jika Elly-Touwen-Bouwsma merasa gelisah, maka saya ingin menenangkan beliau. Patung yang sebaliknya juga ada. Patung penembak kanon Belanda yang gagah berani namun tidak terkenal yang pada peperangan di Mesjid Raya di Kutaraja digorok lehernya (oleh seorang pejuang Aceh) hingga jatuh dari tangga dan tewas di tangan teman-temannya (28). Tidak ada yang menentang sanjungan setinggi langit terhadap para jendral Belanda dan para serdadu mereka yang heroik dan berusaha menciptakan ketentraman dan kedamaian, juga tidak ada yang menentang Monumen Van Heutsz yang bombastis di Amsterdam, yang diresmikan dengan penuh keartistikan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Jika saja di seberang bekas Monumen Van Heutsz ke arah Amsterdams Lyceum (Sekolah Menengah Amsterdam) di Valeriusplein sebuah tempat disediakan untuk sebuah monumen yang mencerminkan harapan, misalnya patung seorang anak lelaki Aceh yang duduk di bawah kerindangan bambu sebagai satu-satunya orang yang selamat ketika pembantaian terjadi di kampungnya di Kuto Rèh tahun 1904. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Disebelahnya patung seorang serdadu KNIL yang besar dan tinggi sebagai latar belakang, mendongak, yaitu komandan KNIL Van Daalen yang memandang rendah pribumi. Terinspirasi oleh foto saat itu yang terkenal (29). Amsterdam, masyarakat Amsterdam, Belanda, niatkanlah bahwa patung tentang harapan itu akan dibangun. Siapa yang menyelamatkan seorang anak lelaki Aceh, maka menyelamatkan juga seluruh Aceh (30).</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMb1uJzmBEB415JbUTMhAsgO4vLZiiHL7ZY3ymR2LpNjvTvli9CyYJ3nQhUB9v-7GzMjIaNhUrFCR-MgrHQfTUEnlgtmL55XJzm5HvrO1uKXyStxrJuKIee8haPE9rm8pLYwhXMmNqhvo/s1600/kutareh1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="474" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMb1uJzmBEB415JbUTMhAsgO4vLZiiHL7ZY3ymR2LpNjvTvli9CyYJ3nQhUB9v-7GzMjIaNhUrFCR-MgrHQfTUEnlgtmL55XJzm5HvrO1uKXyStxrJuKIee8haPE9rm8pLYwhXMmNqhvo/s640/kutareh1.jpg" width="640" /></a></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kita juga seharusnya bersikap jelas dan tidak terlambat menyadari bahwa kita masih bisa belajar banyak dari Perang Aceh. Belajar untuk tidak tergesa-gesa dan melakukan persiapan yang baik sebelum memulai perang. Belajar untuk memeriksa kebenaran dari berita yang kita terima (Irak hingga Aceh!) Ancaman yang muncul tidak harus selalu diselesaikan melalui perang (Aceh yang di seberang lautan hingga bajak laut Somalia).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Bahwa orang lain juga mempunyai hak kemerdekaan yang sama dengan kita. Bahwa kita, orang Belanda, menggunakan standar keadilan ganda dalam usaha untuk menguasai dan menjajah bangsa lain sebagaimana halnya musuh dan lawan-lawan kita (Belanda melawan Aceh tahun 1873 hingga Nazi-Jerman melawan Belanda tahun 1940)-(31). Dan sejak serangan Belanda ke Aceh tahun 1873, terutama sejak tahun 1890-an ketika Snouck Hurgronje dan muridnya yang militer yaitu Van Heutsz terlibat maka semakin jelas bagi pihak Belanda bahwa bertempur dan meraih kemenangan di Aceh adalah sesuatu yang khusus, lebih daripada menyerang musuh di lapangan terbuka.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Usaha lebih diarahkan untuk bagaimana caranya mendapat dukungan dari masyarakat lokal, pegawai pemerintah dan para pemimpin spiritual. Untuk mempersempit ruang gerak para pejuang Aceh. Untuk diakui bahwa mereka telah melindungi masyarakat setempat. Untuk membantu tugas-tugas kepemerintahan. Untuk membangun jembatan dan jalan-jalan, untuk memperbaiki kampung-kampung, untuk membantu para petani, membangun mesjid dan ruang-ruang pertemuan masyarakat.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Setelah Irak dan Afghanistan kini Departemen Pertahanan Belanda mengeluarkan buku panduan doktrin baru yang diterbitkan dengan penuh kebanggaan, padahal pelajaran berharga yang sama sudah lama ada. Pengalaman 70 tahun Perang Aceh tidak berarti apa-apa bagi Departemen Pertahanan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sekarang akhir ’Periode Pemerintahan Beatrix’ semakin mendekat, maka saya ingin menyerukan hal ini pada Sang Ratu: Ratu, akan sangat indah sekali jika kita bisa berbaik kembali dengan rakyat Aceh, yang sudah berperang dengan kita begitu lama di masa lalu. Pada tahun 1873 kita mengumandangkan perang pada Aceh. Tetapi perdamaian dengan Aceh tidak pernah tercapai. Tidak pernah. Kini tiba waktunya untuk menyatakan penyesalan kepada Aceh. Permintaan maaf sejujur-jujurnya dari hati yang terdalam. Ingatan akan Perang Aceh sama sekali belum mati.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">(Penulis Nico Vink, diterjemahkan oleh Hasti Tarekat)</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Penulis adalah dosen HEAO (Den Haag), dosen Fakultas Obyek Indutrial/Teknik Universitas Delft, dosen tamu di Kopenhagen, Trondheim dan Oslo, Lódz/Polen, Tokaj/Japan, AGSIM (Phoenix USA) dan penulis buku Verbannen uit Indie (1936-1945) Walburg Pers Zutphen, 2007.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Daftar Rujukan</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Basry, Muhamad Hasan, Perang Kolonial Belanda di Aceh, Banda Aceh, 1990</div><div style="text-align: justify;">Bossenbroek, Martin, Geweld als therapie, dalam: Liesbeth Dolk (red.), Atjeh, De verbeelding van een koloniale oorlog,Penerbit Bert Bakker, Amsterdam 2001</div><div style="text-align: justify;">Blokker, Jan, Veel geleerd, niets onthouden, dalam: NRC Handelsblad, 4 September 2009</div><div style="text-align: justify;">Blokker, Jan, Nog altijd de oorlog van Lou de Jong, dalam: NRC Handelsblad, 14 Mei 2010</div><div style="text-align: justify;">Bruinsma J.F.D., De verovering van Atjeh’s Grote Mesigit, 1889</div><div style="text-align: justify;">De Groot, Menke, Onze vestiging in Atjeh, Drogredenen zijn geen waarheid, van G.F.W. Borel, Penerbit</div><div style="text-align: justify;"> Eburon Delft, 2009</div><div style="text-align: justify;">Hadi, Amirul, Exploring the Acehnese Conception of War and Peace, A Study of Hikayat Prang Sabi, makalah yang dipresentasikan pada First International Conference of Aceh and Indian Ocean Studies, Banda Aceh, 24-27 Pebruari 2007</div><div style="text-align: justify;">Hogervorst, Lucie, Van etnocentrisme naar cultuurrelativisme, skripsi doktoral, Rotterdam, 2004</div><div style="text-align: justify;">Hogervorst, Lucie, De (niet te) vergeten oorlog in Atjeh, dalam: Penerbitan Khusus 65 jaar na de Tweede</div><div style="text-align: justify;"> Wereldoorlog, 2010</div><div style="text-align: justify;">Langeveld, Herman, Dit leven van krachtig handelen. Hendrikus Colijn 1869-1944, Deel 1: 1869-1933,</div><div style="text-align: justify;"> Atjeh, Penerbit Balans, 1998</div><div style="text-align: justify;">Marzuki, Marlina, Dodaidi, More than songs of lullaby, Lhokseumawe State Polytechnic, 2009</div><div style="text-align: justify;">Paasman, Bert, Wij gaan naar Atchin toe, dalam: Liesbeth Dolk (red.), Atjeh, De verbeelding van een koloniale oorlog,Penerbit Bert Bakker, Amsterdam 2001</div><div style="text-align: justify;">Rep, Jelte, Atjeh, Atjeh!, Penerbit de Prom, Baarn 1996</div><div style="text-align: justify;">Székely-Lulofs, Madelon, Tjoet Nja Din, Amsterdam 1948, ’s-Gravenhage 1985</div><div style="text-align: justify;">Touwen-Bouwsma, Elly, Het Bronbeekpark, dalam: Madelon de Keizer en Marije Plomp (red.), Een open</div><div style="text-align: justify;"> zenuw. Hoe wij ons de Tweede Wereldoorlog herinneren,Penerbit Bert Bakker, Amsterdam, 2010</div><div style="text-align: justify;">Van ’t Veer, Paul, De Atjeh-oorlog, Penerbit de Arbeiderspers, 1969</div><div style="text-align: justify;">Vink, Nico, Verbannen uit Indië (1936-1945), Penerbit Walburg Pers, 2007</div><div style="text-align: justify;">Vink, Nico en Mehmet Ozay, Wat weten Atjehers van de Hollandse Koloniale Oorlog in </div><div style="text-align: justify;"> Atjeh?, Januari 2010, penelitian yang belum diterbitkan.</div><div style="text-align: justify;">Wekker, Hoe beschaafd Nederland in de twintigste eeuw vrede en orde schept op Atjeh, 17 artikel</div><div style="text-align: justify;"> dalam De Avondpost, Oktober 1907</div><div style="text-align: justify;">Zentgraaff, H.C., Atjeh, Batavia, 1938</div><div style="text-align: justify;">Zonneveld, van, Peter, De Van Heutsz-mythe, dalam: Liesbeth Dolk (red.), Atjeh, De verbeelding van een koloniale oorlog, Penerbit Bert Bakker, Amsterdam, 2001 </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Catatan</div><div style="text-align: justify;">(1) Wekker 1907 (12) Bossenbroek 2001 (23) Marzuki 2009 </div><div style="text-align: justify;">(2) Székely-Lulofs 1948/1985 (13) Langeveld 1998 (24) Vink en Ozay 2010</div><div style="text-align: justify;">(3) Blokker 2009 (14) Székely-Lulofs 1948/1985 (25) Van Zonneveld 2001 hal. 139-154</div><div style="text-align: justify;">(4) de Groot 2009 (15) Faber 1988 (26) Touwen-Bouwens 2010 hal. 105</div><div style="text-align: justify;">(5) Paasman 2001 hal. 159/160 (16) Van ’t Veer 1969 (27) Blokker 2010</div><div style="text-align: justify;">(6) Paasman 2001 hal. 51 (17) Dolk 2001 (28) de Groot 2009 hal. 24</div><div style="text-align: justify;">(7) Paasman 2001 hal. 56 (18) Hogervorst 2004 Basry 1990 hal. 99 </div><div style="text-align: justify;">(8) Paasman 2001 hal. 63 (19) Hogervorst 2010 Bruinsma 1889 hal. 59</div><div style="text-align: justify;">(9) Van ’t Veer 1969 hal. 39 (20) Hadi 2007 (29) Bossenbroek 2001 hal. 21</div><div style="text-align: justify;">(10) Zentgraaff 1938 hal. 190 (21) Zentgraaff 1938 hal. 245 Basry 1990 hal. 190 </div><div style="text-align: justify;">(11) Van ’t Veer 1969 hal.256 (22)Rep 1996 hal. 5 (30) geïnspireerd op de Talmud (31) Vink 2007 hal. 163 </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">smber:<a href="http://www.atjehcyber.net/2011/10/perang-aceh-dalam-ingatan-bangsa_28.html" target="_blank">http://www.atjehcyber.ne</a></div><div style="text-align: justify;"><br /></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4178654843795401226.post-1160732214943166892011-12-15T11:46:00.000-08:002012-01-13T13:08:25.133-08:00Perang Aceh Dalam Ingatan Belanda (part 2)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaORp54eYSaVUnqve5MoGlNxIIyTnKmtJohfLc6ex6ybzoqjPv8lODTtGecaN_qBNOkwHdQkaepTjJ3QCGqCy4oKO3Es4vD-egwdsis5gARVU3IEyh8H9PnKAY2rp4DvZIAJMRHQUD8Xg/s1600/0157017p.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaORp54eYSaVUnqve5MoGlNxIIyTnKmtJohfLc6ex6ybzoqjPv8lODTtGecaN_qBNOkwHdQkaepTjJ3QCGqCy4oKO3Es4vD-egwdsis5gARVU3IEyh8H9PnKAY2rp4DvZIAJMRHQUD8Xg/s640/0157017p.jpg" width="640" /></a></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tentu saja ada juga suara-suara yang kritis tentang Perang Aceh, di antaranya dari Multatuli yang sudah kita kenal, yang tanpa basa-basi menulis sebuah surat 'kepada Raja' sebagai berikut, ”Gubernur Jendral Anda (James Loudon-Red) saat ini berada pada posisi untuk memaksakan kehendaknya dengan mengumandangkan perang pada Sultan Aceh, dengan alasan yang dibuat-buat, seolah-olah sebagai suatu tindakan yang wajar dilakukan, dengan tuntutan agar Sultan Aceh menyerahkan kedaulatannya. Hal ini sama sekali tidak terhormat, tidak bermartabat, tidak dapat dipahami.” (9)</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saya juga sudah menyebut tentang ’Wekker’, seorang polisi menulis 17 artikel kritis di koran Den Haag ’De Avondpost’. Artikel-artikel yang menimbulkan keresahan di Belanda, setidaknya di parlemen. Namun persoalan ini dianggap tidak ada dan tidak dicari pemecahannya. Para penulis seperti Zentgraff sebelum Perang Dunia Kedua (10) dan van ’t Veer (11) dan Bossenbroek (12) tidak menghargai keterlibatan KNIL dalam Perang Aceh. Salah satu kutipannya, ”Kampung Kuto Reh yang diserang, 11 Juni 1904. Dua Belanda tewas. Aceh kehilangan 313 pria, 189 wanita, 59 anak-anak.”</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Komandan Van Daalen memerintahkan agar jenazah yang bergelimpangan difoto. Seorang Letnan bernama Colijn yang beragama Kristen menulis kepada istrinya dalam Bahasa Belanda sehari-hari, ”Pekerjaan yang tidak menyenangkan tetapi tidak ada pilihan lain. Para serdadu berpesta menghujani mereka dengan bayonet.”.</div><a name='more'></a><br /><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Setelah tahun 1945 muncul perhatian dari berbagai pihak tentang Perang Aceh. Misalnya Madelon Székely-Lulofs yang menulis roman tentang pejuang Aceh Cut Nya Dien (14). Atau roman yang menggugah berjudul Wisselkind yang terbit tahun 1998 yang ditulis Basha Fabers (15). Paul van ’t Veers dengan karyanya yang menawan berjudul De Atjeh-oorlog (Perang Aceh) tahun 1869 (16). Atau buku De verbeelding van een koloniale oorlog (Gambaran sebuah perang kolonial) tahun 2001 yang disusun oleh Liesbeth Dolk (17) berisi tulisan sepuluh penulis yang menggambarkan Aceh melalui pers, literatur, seni dan film.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ingatan tentang Perang Aceh sesudah 2001 tidak berhenti begitu saja, oleh sebab itu perlu ditelaah aktualisasinya. Pada tahun 2004 muncul skripsi doktoral yang tidak begitu dikenal yang ditulis oleh Lucia Hogervorst, van etnocentrisme naar cultuurrelativisme (18) (Dari Etnosentrisme ke Relativitas Budaya). Isinya mengenai pendapat umum di Belanda setelah tahun 1945 tentang sejarah kolonial. Beliau mendasarkan penelitiannya antara lain pada buku sejarah di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama pada tahun 1950-an, 70-an dan 90-an tentang Perang Aceh.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Setelah itu ia mengukuhkan pendapatnya sekali lagi melalui tulisannya De (niet te) vergeten oorlog in Atjeh (Perang di Aceh yang (tidak untuk) Dilupakan) melalui penerbitan khusus pada tahun 2010 untuk memperingati ’65 tahun berakhirnya Perang Dunia Kedua’(19). Pendidikan Protestan pada tahun 1950-an menceritakan kisah tentang seorang Sultan Aceh (seorang bangsawan yang berdaulat - Red) yang tidak mau tunduk pada Pemerintah Belanda dan masyarakat Aceh yang dipandang sebagai para bajak laut yang beringas, oleh sebab itu mereka harus dikoreksi.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Maka anggapan ‘harus dikoreksi’ inilah yang menjadi alasan mengapa Belanda menduduki Aceh (‘menduduki’ bagi Aceh sama dengan menyerang dan menjajah- Red). Buku sejarah di sekolah Katolik nyaris tidak memberi informasi tentang Perang Aceh itu sendiri tetapi menceritakan ratusan kali tentang Pendeta Verbraak yang bertahun-tahun bertugas menangani ‘jiwa-jiwa damai para pemberani’.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Buku itu memuji perjuangan para serdadu Pasukan Hindia-Belanda yang pemberani. Dengan perjuangan berat para serdadu Belanda berhasil mengembalikan ketentraman di Aceh sementara orang Aceh sendiri ’sesekali’ masih melawan Belanda (‘mengembalikan ketentraman’seolah-olah Aceh yang pribumi sudah secara sah menjadi bagian dari Kerajaan Belanda- Red).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tetapi murid sekolah sebenarnya tidak belajar bagaimana Belanda selama bertahun-tahun menjadi bagian dari petualangan keserakahan, bersaing dan berseteru dengan sesama negara Eropa lain untuk mencari keuntungan dan kekayaan di belahan dunia lain yang jauh dan belum dikenal. Orang Belanda yang baik harus mencari keuntungan, bukan dengan jalan kebaikan tetapi dengan menimbulkan banyak kerusakan. Maka Aceh pun menjadi korban dari keserakahan itu.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kepada rakyat Belanda dikatakan bahwa pendudukan dilakukan untuk mengakhiri bajak laut di Aceh. Kepada Amerika dan negara Eropa lain menurut kabar burung (yang tidak diuji kebenarannya) dikatakan bahwa tindakan itu dilakukan untuk mempersiapkan kesepakatan yang menguntungkan dengan Sultan Aceh dan untuk mengambil alih wilayah kekuasaannya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Maka Gubernur Jendral di Batavia secara tergesa mengumumkan perang dengan Sultan Aceh dan mendaratlah pasukan ekspedisi Belanda pada tanggal 8 April 1873 di Aceh. Tetapi ketika Jendral Belanda, Köhler, yang berkuasa tewas terbunuh di bawah pohon geulumpang dekat Masjid Raya di Kutaraja maka tewas pula kekuasaannya dan ekspedisi pertama itu pun gagal.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pada tahun 1874 terjadilah Perang Aceh Kedua di bawah pimpinan Jendral van Swieten yang pensiun namun diaktifkan kembali. Ketika kerajaan milik Sultan Aceh diduduki, dengan penuh kemenangan beliau mengirim pesan ke Belanda ‘kerajaan sudah kita duduki’, tetapi yang sebenarnya terjadi adalah kerajaan itu kosong melompong dan burung-burung pun beterbangan dari dalamnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sesudah itu diikuti oleh tahun-tahun penuh kritik terbuka dari para bawahan di antara yang menonjol adalah Kapten Borel. Muncul lagi seorang jenderal baru, kali ini dengan taktik pertahanan 16 benteng di sekitar Kutaraja. Mereka bertahan selama bertahun-tahun dengan cara bersembunyi di benteng-benteng tersebut, demikian menurut Snouck Hurgronje.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kemudian muncul Jendral Karel van der Heijden, alias Kareltje Eénoog (Karel Bermata Satu), setelah beliau kehilangan satu matanya dalam peperangan. Taktiknya adalah ‘hukuman sebagai pelajaran’, dengan kata lain ribuan orang Aceh dibunuh dan ratusan kampung di Aceh habis dibakar, tetapi kemenangan perang tetap tidak tercapai. Kemudian diikuti oleh Jendral Van Heutsz yang kali ini mendapat giliran. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Terinspirasi oleh visi spesialis Islam asal Belanda, Snouck Hurgronje, beliau menjalankan taktik aksi kontra gerilya yang bergerak ofensif secara berkala ke pedalaman Aceh yang bergunung-gunung, yang untuk beberapa waktu lamanya belum terjamah manusia.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi__i0ZpJpI9TNGLK4ymKzCJEdtkdEFvPRckgl-ZftA7bClcJVP1NuyaGQrxtAishBCQHstgr3BMKgp1nJOoRBlXLOFftUBf0xb0FEIuti4m6fpTx_Xn0WszC-xhpCZUH8Ej6QSxTK4Kpw/s320/atjeh-tempoe-doeloe-72.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi__i0ZpJpI9TNGLK4ymKzCJEdtkdEFvPRckgl-ZftA7bClcJVP1NuyaGQrxtAishBCQHstgr3BMKgp1nJOoRBlXLOFftUBf0xb0FEIuti4m6fpTx_Xn0WszC-xhpCZUH8Ej6QSxTK4Kpw/s320/atjeh-tempoe-doeloe-72.jpg" /></a></div><div style="text-align: justify;">Anda bisa membayangkan Van Heutsz, dengan tangan di belakang, perut buncit, memberi kesan sebagai seorang militer superior yang arogan. Tetapi di bawah kepemimpinan penerus Van Heutsz, yaitu Van Daalen, baru terjadi perubahan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Selama ‘ekspedisi’nya ke pedalaman Gayo dan Alas, semua isi kampung dibunuh. Van Daalen dan pasukannya memerintahkan agar apa yang mereka lakukan diabadikan melalui foto, dengan penuh kebanggaan, yaitu tumpukan mayat dengan seorang anak lelaki yang kebetulan selamat dari huru-hara itu disampingnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Para pejabat Belanda yang dipermalukan oleh Van Daalen menulis secara anonim kenyataan yang mencengangkan itu di koran-koran Belanda. Para anggota Parlemen yang terkejut (di antaranya Victor de Stuers) mengkritik bahwa ’Pemerintah menyebutnya ekskursi, tetapi saya menyebutnya sejarah pembunuhan’. Koran Het Volk menulis pada tanggal 17 Juli 1904 ‘sebuah negara yang beradab dan berperikemanusiaan tidak seharusnya menyanjung seseorang (Van Heutsz) yang telah menumpahkan darah’.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Maka dalam sekejap berubahlah gambaran tentang negara Belanda yang beradab yang bukan melancarkan perang melainkan pasifikasi dan mengembalikan ketenangan serta menegakkan peraturan, menjadi negara Belanda yang berkhianat, tidak dapat dipercaya, terbius oleh opium dan seks. Tiba-tiba orang-orang Belanda bukan pahlawan lagi melainkan para pembunuh massal.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sejak tahun 1970-an buku-buku sejarah tidak lagi menampilkan kisah-kisah kepahlawanan melainkan informasi berdasarkan fakta yang ditulis secara singkat, contohnya ’setelah perjuangan berdarah selama bertahun-tahun maka Aceh berhasil dikuasai. Banyak korban pribumi yang jatuh’. Pada tahun 1990-an ditulis demikian ’hingga tahun 1900 orang Belanda hanya ingin mencari untung di Indonesia.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Lalu pada tahun 1873 orang Belanda ingin menguasai Aceh karena di sana banyak sumber minyak dan gas sehingga orang Belanda harus melancarkan perang. Orang Aceh melakukan perlawanan’ (yang benar adalah orang Aceh yang pecinta kemerdekaan ingin tetap merdeka, maka dengan segala kekuatan mereka menolak agresi Belanda. Itu berbeda artinya dengan melakukan perlawanan- Red).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"> Ketika akhirnya orang Aceh berhenti melawan, hal itu bukan menyerah seperti yang dipikirkan Belanda, tetapi mereka ’mencuri’ waktu untuk kelak bersama-sama dapat bangkit lagi dan mengusir Belanda dari Kutaraja sesaat sebelum Jepang menyerang Aceh pada bulan Maret 1942. Sebagaimana yang dicatat sejarah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pameran Van heldendaad tot schandvlek – het Nederlands koloniaal verleden in de geschiedenisboekjes (Dari tindakan patriotik menjadi noda yang memalukan - Penjajahan Belanda di masa lalu dalam buku sejarah) di Museum Pendidikan Nasional di Rotterdam tahun 2005 mendapat inspirasi dari skripsi doktoral Lucia Hogervorst. Pameran yang sama pada tahun 2006 digelar di Museum Bronbeek di Arnhem dengan menggunakan judul Het Nederlands koloniaal verleden in de geschiedenisboekjes(Pejajahan Belanda di Masa Lalu dalam Buku Sejarah).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://cdn.radionetherlands.nl/data/files/images/image/article/2011/02/kutareh2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="446" src="http://cdn.radionetherlands.nl/data/files/images/image/article/2011/02/kutareh2.jpg" width="640" /></a></div><div style="text-align: justify;">Foto (1) Kontroversi </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Judul Van heldendaad tot schandvlek (Dari tindakan patriotik menjadi noda yang memalukan) tampaknya tidak dapat diterima di Arnhem karena dianggap terlalu peka untuk para pejuang Bronbeek. Kepekaan yang sama juga tercermin melalui komentar-komentar pers tentang pameran di Rotterdam seperti dalam koran NRC dan Nederlands Dagblad yang berkiblat Protestan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Bagaimana di Aceh? Pada awalnya Aceh bersikap antusias setelah Perang Dunia Kedua dengan dinyatakannya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Tetapi tak lama kemudian Aceh segera menyadari munculnya kolonialisme Jakarta. Maka dimulai lagi perjuangan kemerdekaan yang sengit selama bertahun-tahun. Tiba-tiba terjadi tsunami tahun 2004, sebuah tragedi di luar batas kemanusiaan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tetapi Perang Kolonial Belanda di Aceh tampaknya berhasil bertahan dari bencana itu. Puisi-puisi kepahlawanan masih ditemukan (20). Contoh yang menarik misalnya Hikayat Perang Sabil dari Abad ke-19. Hikayat bercerita tentang perang mempertahan diri yang terjadi di Aceh melawan penjajah Belanda yang agresif dan dengan cepat menarik simpati orang Aceh yang beragama Islam. Pesan Hikayat yang kuat sangat sesuai dengan jiwa perjuangan rakyat Aceh.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Hikayat menyerukan agar rakyat Aceh melancarkan perang jihad melawan orang Belanda yang tidak beragama. Di bawah kekuasaan Belanda yang tidak beragama maka rakyat Aceh tidak dapat lagi menjalankan keyakinan mereka. Pembunuhan dan kematian akan terjadi di mana-mana. Keyakinan mereka, Islam, akan diancam oleh penjajah. Adat istiadat mereka juga akan dilarang. Belum lagi persoalan perilaku para serdadu Belanda yang tidak bermoral, pemerkosaan dan lain-lain.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Setiap orang Aceh, setiap pria dan wanita dan anak-anak dengan demikian harus berpartisipasi dalam perjuangan melawan penjajah. Perang melawan Belanda adalah perang seluruh rakyat. Imbalannya, surga. Jika tidak berpartisipasi maka hukumannya adalah api neraka. Satu hari bertempur melawan Belanda mendapat pahala jauh lebih besar daripada seribu hari naik haji di Mekah. Jihad adalah cara kematian yang terindah. Karena setiap orang ikut bertempur maka sulit untuk memisahkan para pejuang dengan yang bukan pejuang.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tetapi ketika orang-orang Belanda setelah perang selama 30 atau 40 tahun menjadi semakin kuat dan tampaknya dekat dengan kemenangan, maka Aceh menyerahkan diri pada Belanda, namun dengan syarat bahwa orang-orang Belanda pertama-tama harus mengakui Islam sebagai agama mereka. Jika Aceh menyerahkan diri, tidak berarti sebagaimana yang kita pahami sebelumnya bahwa mereka juga rela dikuasai. Penyerahan diri itu hanya merupakan taktik untuk membenahi kekuatan. (bersambung)</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">sumber:<a href="http://www.atjehcyber.net/" target="_blank">www.atjehcyber.net</a></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4178654843795401226.post-92136507331321147602011-12-15T11:33:00.000-08:002012-01-13T13:08:25.156-08:00Sejarah Aceh Dalam Ingatan Belanda<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMcm3NA54Fwd_zPx8kxHGPiGkNjp5vw3AL0HC3aUgQIS0CSUTilvJNKyk1j9kvx1BsjEnxe-ceXrJ6orpBC66qgPkRzskeSkmbtRxelELnJOlRGafBiiuX_sf1DgLOyVlP6l08L09lHxQ/s1600/atjehaanval.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMcm3NA54Fwd_zPx8kxHGPiGkNjp5vw3AL0HC3aUgQIS0CSUTilvJNKyk1j9kvx1BsjEnxe-ceXrJ6orpBC66qgPkRzskeSkmbtRxelELnJOlRGafBiiuX_sf1DgLOyVlP6l08L09lHxQ/s400/atjehaanval.jpg" width="400" /></a></div><br /><br /><div style="text-align: center;"><span style="color: #0b5394;">“Ratu, akan sangat indah sekali jika kita bisa berbaik kembali dengan rakyat Aceh, yang sudah berperang dengan kita begitu lama di masa lalu. Pada tahun 1873 kita mengumandangkan perang pada Aceh. Tetapi perdamaian dengan Aceh tidak pernah tercapai. Tidak pernah. Kini tiba waktunya untuk menyatakan penyesalan kepada Aceh. Permintaan maaf sejujur-jujurnya dari hati yang terdalam...”</span></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: left;"><u><b>Penulis oleh Nico Vink</b></u></div><br /><div style="text-align: justify;">Tahun 1600, serangan di Nieuwpoort. Siapa yang masih membicarakan Perang Aceh? Siapa yang tahu mengapa Gubernur Jendral Loudon di Batavia (Jakarta) yang otokratis, keras kepala, impulsif dan gigih memulai perang melawan Aceh tahun 1873? Berapa tahun perang ini berlangsung? Siapa yang tahu di sungai mana, di benteng Aceh yang mana, di semak belukar yang mana, di bukit dan gunung yang mana, di kampung yang terbakar mana serta kebun kelapa yang mana tempat para serdadu Belanda dan Aceh saling melemparkan klewang satu sama lain?</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Siapa yang masih ingat nama kampung-kampung di Aceh tempat para pejuang Aceh dapat berleha-leha dengan 70 bidadari yang cantik setelah ’pasifikasi’, ’ekskursi’, ’pendisiplinan’ Belanda? Masih ingatkah kita bagaimana Jendral Köhler, komandan pasukan invasi Belanda tahun 1873, terbunuh di bawah pohon geulumpang dekat Mesjid Raya di Kutaraja? Tentang Jendral van der Heijden, alias Kareltje Eénoog, yang bersujud kepada orang-orang Aceh menyatakan terima kasihnya karena dia masih bisa selamat?</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Siapa pula yang masih ingat tentang Belanda yang sebelum melancarkan Perang Aceh Kedua mengaktifkan kembali Jendral van Swieten yang sudah pensiun? Siapa yang tidak pernah mendengar bertahun-tahun kemudian, setelah Perang Aceh yang kesekian-kalinya, cerita Jendral Van Heutz tentang para serdadu KNIL yang runtuh semangatnya, namun kemudian terinspirasi oleh pemikiran Snouck Hurgronje, seorang Belanda yang mendalami Islam, maka semangat bertempur para serdadu itu bangkit kembali? Yang dengan tenang mengejar dan membuat kaget orang-orang Aceh di gunung-gunung dengan senjata modern, klewang dan taktik anti-gerilya yang baru.</div><a name='more'></a><br /><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Van Heutsz yang menangkap orang Aceh yang pemberani dan pecinta kemerdekaan, pertama-tama kakinya dulu, kemudian lehernya dan dengan hati-hati dipukulnya lalu kemudian mencoba mengambil hati mereka. Terakhir, siapa yang tidak mengenal –saya hanya menyebut satu nama saja sementara ini – Van Daalen yang kejam, seorang militer yang memandang rendah pribumi.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pada aksi kontra terorisnya, kekejaman dan kesadisan bukan hanya sesekali tetapi sistematis. Sebagaimana yang ditulis seorang polisi militer dengan nama samaran ’Wekker’ – yang pernah dipermalukan oleh Van Daalen – pada tahun 1907 melalui 17 artikel di koran ’De Avondpost’ (Koran Malam) yang terbit di Den Haag ,” para tahanan dibunuh (sebagai pelajaran lalu jasad mereka dijajarkan), kaum wanita dan anak-anak ditembak, para pemberi informasi yang ragu-ragu disiksa, para sandera disekap dalam kurungan, rumah tinggal, mesjid dan kampung-kampung dibakar habis.” (1)</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sesudah Van Heutsz diangkat menjadi gubernur jendral bersama dengan komandan militer Belanda saat itu atas perintah Menteri di Den Haag, maka kritik di parlemen pun mereda. Van Daalen dibebaskan dari segala tuduhan (harusnya diadili dulu oleh pihak yang netral). Angkat topi.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Nama-nama para pemimpin besar Aceh saat itu seperti Tiro, Panglima Polim, Teuku Umar dan istrinya yang penuh semangat perjuangan, Cut Nya Dien, saya rasa tidak perlu dipertanyakan lagi. Ambil contohnya Teuku Umar. Pada awalnya beliau membiarkan dirinya didekati oleh Belanda, mendapat titel yang baik dan ribuan prajurit Aceh di bawah komandonya dilatih dan dipersenjatai oleh Belanda yang ’tidak beragama’. Setelah itu beliau menyeberang ke kubu Aceh, musuh Belanda. Di mata penjajah tindakannya dianggap sebagai sebuah pengkhianatan besar.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tetapi orang Aceh yang bertelanjang kaki menilainya tidak demikian. Di mata mereka, Belanda terperosok dalam perangkap Teuku Umar. Janda Teuku Umar, Cut Nya Dien, juga mempunyai semangat berjuang yang berkobar. Dengarlah bagaimana beliau mengimbau agar rakyat Aceh berjuang melawan penjajah.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">”Rakyatku, orang-orang Aceh, ingatlah ini, jangan pernah lupakan! Mereka menentang Allah dan membakar Mesjid Raya (di Kutaraja)! Jangan pernah lupakan dan jangan pernah memaafkan para kafir Belanda!! Perlawanan Aceh tidak hanya dalam kata-kata.” (2)</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tentu saja di Belanda ada sekitar 44 atau 444 orang Belanda asli, Indo, para pensiunan KNIL di Bronbeek. Belum lagi orang Maluku, anggota Yayasan Kerkhof Pecut, dosen universitas yang muda dan tua, para pelajar asal Aceh, kelompok pecinta literatur Indische Letteren, keturunan para pegawai pemerintah Belanda dan para pengajar sekolah dasar Eropa di Hindia-Belanda, dulu, yang tahu soal Perang Aceh. Kadang mereka malah sangat banyak tahu hingga membuat kita terkejut. Tetapi lebih dari itu saya kira hanya tinggal sejarah. Menyedihkan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dari mereka yang menganggap Perang Aceh sudah mati, kita tidak mendengar lagi kisah tentang perang ini. Logis. Yang lainnya, ”Bagi mereka yang menganggap Perang Aceh belum sepenuhnya mati, masih sesekali menulis, bahwa ’peringatan tentang Perang Aceh tampaknya sudah mati, sebuah masa lalu yang sudah mati,” (3)</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Mereka tidak menyesalinya sama sekali, karena kita tidak bisa belajar apa-apa lagi dari perang ini, begitu pendapat mereka. Sementara yang setengahnya lagi, para ahli literatur dan sejarawan, dengan fakta-fakta kosong juga telah membuat perang ini seolah-olah mati.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Contohnya adalah Menke de Groot. Untuk merehabilitasi nama Kapten Borel yang memimpin Pasukan Hindia-Belanda dan membebaskan tuduhan terhadap Jendral Swieten, pemimpin KNIL yang dituduh bersalah melakukan pembakaran dan pembunuhan massal, maka pada tahun 2009 beliau menulis sebuah buku tebal tentang Perang Aceh Kedua membahas kedua pemimpin tersebut (4).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Bagaimana orang dapat percaya padanya, diperlukan penjelasan. ’Hati-hati dengan pendapat sembrono orang-orang seperti Multatuli dengan pemikiran filantropisnya yang menyesatkan tentang Perang Aceh’, demikian serunya. Sayang sekali bahwa de Groot dalam buku edisi cetak ulangnya hanya menyebut ’lembaga militer’dalam Perang Aceh Kedua. Padahal Perang Aceh Pertama, Ketiga dan Keempat sama sekali tidak identik dengan Perang Aceh Kedua.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Akan sangat menarik sekali jika de Groot menempatkan Perang Aceh ’nya’ dalam konteks kolonial, dengan sudut pandang saat itu dan sudut pandang saat ini. Sayang sekali beliau tidak menangkap kesempatan itu.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Berbagai lagu rakyat Belanda menunjukkan bagaimana pada saat terjadinya Perang Aceh kita melihat diri kita sendiri sebagai penjajah Belanda yang beradab dan Aceh yang barbar, serta bagaimana beruntungnya saat itu bagi Aceh karena kita ingin ’menciptakan perdamaian’ di sana.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Paasman mencatat, banyak tentang lagu-lagu tersebut adalah lagu untuk membangkitkan semangat, lagu tentang keadilan, lagu tentang polisi militer, lagu perpisahan, lagu peringatan, lagu tentang pahlawan, lagu jalanan, lagu cinta mendayu-dayu dan lagu-lagu kabaret (5).. Contohnya lagu Militair Atchinlied karya P Haagsma, (6)</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"></div>“Naar Atchin, de Kraton! Daar zetelt het kwaad.<br />Schuilt ontrouw, broeit zeeroof en smeulde verraad;<br />Roeit uit dat geboredsel, verneder die klant;<br />Met Nederlands driekleur ‘beschaving’geplant.”<br />Ke Aceh, Kerajaan! Disanalah bersarangnya kejahatan.<br />Sembunyikan kepalsuan, sarang bajak laut dan penuh pengkhianatan;<br />Teriakilah kekacauan itu, permalukanlah;<br />Dengan ’peradaban’Belanda tiga warna.<br /><br />Setiap pembunuh muda menyanyikan lagu jalanan yang populer ini, (7)<br />En Teuku Oemar, die moet hangen;<br />Aan een touw, aan een touw,<br />Teuku Oemar en zjn vrouw.<br />Dan Teuku Umar, harus digantung;<br />Dengan tali, dengan tali,<br />Teuku Umar dan istrinya.<br /><br />Para pahlawan Hindia-Belanda yang gagah berani pun tak dilupakan, (8)<br />Wie kent er niet die brave zielen<br />Die aan het verre Atjehstrand<br />Al voor de eer van Nederland vielen<br />'t Rood, Wit, Blauw in hun verstijfde hand?<br />We zullen hunnen assche eeren, wreken,<br />En waar ik ga of sta of zit, zal ik hun naam met eerbied spreken<br />Want dat waren jongens van Jan de Witt.<br />Siapa yang tidak kenal jiwa-jiwa yang berani<br />Yang berjuang di pantai Aceh yang jauh<br />Gugur demi kehormatan Belanda<br />Warna merah, putih dan biru di tangan mereka yang sudah kaku?<br />Kita akan menghormati dan membela jasad mereka,<br />Dimanapun aku berada, berdiri atau duduk, aku akan menyebut nama mereka dengan penuh hormat.<br />Karena mereka adalah para pemuda Jan de Witt.<br /><br />Kumpulan puisi yang sesungguhnya untuk orang dewasa. Puisi bertema kepahlawanan yang benar-benar khas Belanda, termasuk lagu pengantar tidur tentang Perang Aceh, sejauh yang saya tahu belum pernah ditulis. (Bersambung.....)<br /><br /><br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzARDqvHsTimMdilq-wOqmXnvSMYUkLP8VrURTxBVGHC71bZeqDHejRxvDv2eBiG6bJ4w-iWPzjn6Zz4JEIidcI64VB3h4UxChkO8WPUMcQ37EHeSaa5p-YtR1FaKI-eLZKk14EnOouuo/s200/shapeimage_2.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzARDqvHsTimMdilq-wOqmXnvSMYUkLP8VrURTxBVGHC71bZeqDHejRxvDv2eBiG6bJ4w-iWPzjn6Zz4JEIidcI64VB3h4UxChkO8WPUMcQ37EHeSaa5p-YtR1FaKI-eLZKk14EnOouuo/s200/shapeimage_2.jpg" /></a></div>(Penulis Nico Vink, diterjemahkan oleh Hasti Tarekat)<br /><br />Penulis adalah dosen HEAO (Den Haag), dosen Fakultas Obyek Indutrial/Teknik Universitas Delft, dosen tamu di Kopenhagen, Trondheim dan Oslo, Lódz/Polen, Tokaj/Japan, AGSIM (Phoenix USA) dan penulis buku Verbannen uit Indie (1936-1945) Walburg Pers Zutphen, 2007.<br /><br /><br />sumber:<a href="http://www.atjehcyber.net/" target="_blank">www.atjehcyber.net</a><br /><br /><br /><div style="text-align: justify;"><br /></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4178654843795401226.post-66643146792815112532011-12-15T11:19:00.000-08:002012-01-13T13:08:25.179-08:00Sepotong Sejarah Aceh Yang Dielokkan<div style="text-align: center;">"<span style="color: cyan;">Untuk apa Indonesia merdeka</span>?" Sukarno menjawab: "<span style="color: cyan;">Untuk Islam kak</span>". Dia memanggil kakak kepada saya. Saya tanya lagi,<span style="color: cyan;"> "betulkah ini?"</span>. Jawabnya,<span style="color: cyan;"> "betul kak"</span>. Saya tanya sekali lagi, <span style="color: cyan;">"betulkah ini?"</span>. Dia jawab, "be<span style="color: cyan;">tul kak"</span>. Saya ulangi lagi, <span style="color: cyan;">"betulkah ini ?"</span>. </div><div style="text-align: center;">(Tgk Muhammad Daud Beureu'eh)</div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqwKo2EjuSMtkzWSSIUeva-twtkWm-ll6x2S-Bkfr3uwaZU6k9mKRphgRJ5Gbyg_tRvsW_h-mp_j06gMAXRvB_OBZTHZMUYdauZaVd9J7G0cUW8Fsqd9ogoXT_o6SY_1LEhDVnYYjBnqw/s1600/150838_134472029940190_127876370599756_168334_7332619_a.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqwKo2EjuSMtkzWSSIUeva-twtkWm-ll6x2S-Bkfr3uwaZU6k9mKRphgRJ5Gbyg_tRvsW_h-mp_j06gMAXRvB_OBZTHZMUYdauZaVd9J7G0cUW8Fsqd9ogoXT_o6SY_1LEhDVnYYjBnqw/s320/150838_134472029940190_127876370599756_168334_7332619_a.jpg" width="209" /></a></div><div style="text-align: justify;">Sepotong sejarah Republik menyangkut Aceh yang banyak dilupakan. Yaitu soal peran Aceh penyelamatan krisis fatal pada akhir tahun 1949. Bila ini dikemukakan, bukan karena ingin Aceh dipuji. Tetapi karena sejarah harus ditulis apa adanya, tidak boleh ditutup, distorted atau direkayasa.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sejarah mesti murni untuk diwariskan kepada generasinya. Dan apa yang penulis lihat meski itu singkat, tidak terdapat dalam buku- buku sejarah RI yang diajarkan di sekolah-sekolah. Juga penulis tidak melihjat di media yang ditulis sejarawan kita, hatta oleh ahli sejarah Aceh sendiri.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Penulis bukanlah ahli sejarah, tapi salah seorang pelaku sejarah Aceh. Dan kesempatan ini mencoba memaparkan apa yang banyak dilupakan orang. Misalnya, tentang perjuangan Tgk Muhammad Daud Beureueh (akrab disapa Abu). Beliau ulama besar, bukan saja bersaja untuk Aceh, tapi untuk republik tercinta ini. Ia tidak saja berhasil menegmbangkan syiar Islam secara luas tapi juga menjadi pemimpin rakyat (people leader). Abu membangun "Aceh Baru" yang demokratis, bebas dari penghisapan atau penindasan manusia oleh manusia (exploitation delhomme par home).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sedangkan bagi Republik Indonesia beliau berjasa sebagai penyelamat. Sejarah itu yang tak tertulis di buku-buku sejarah sekolah mana pun. Kecuali beliau diklaim sebagai pemerontak Republik hingga akhir hayatnya. Begitu juga dua pejuang penyalamat lainnya, yaitu Mr Sjafruddin Prawiranegara, Kepala Pemerintah Darurat Republik Indonesia dan LN Palar, Duta Besar Indonesia di PBB.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sekilas tentang sejarah, bahwa pada akhir tahun 1949, RI ditimpa kritis yang fatal. Hampir seluruh wilayah sudah diduduki Belanda. lbukota Republik pun sudah dikuasainya. Presiden dan wakil Presiden sudah ditangkap Belanda dan dibuang --kalau saya tidak salah dibuang ke Pulau Bangka.</div><a name='more'></a><br /><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Mr Sjafruddin Prawiranegara yang sempat diangkat sebagai Kepala Pemerintah Republik Indonesia, bergegas-gegas mengungsi ke Bukit Tinggi. Karena merasa tidak aman di Bukit Tinggi, beliau mengungsi ke Aceh, sebuah wilayah Republik yang belum dapat diduduki oleh Belanda. Jadi, masih tetap sebagai territory legal dari Republik Indonesia. Mengikuti Pak Sjafruddin Prawiranegara Tinggi dari ketiga Angkatan pun mengungsi ke Aceh. Dari Staff Angkatan Darat Kol Hidayat, dari staff Angkatan Udara Suyoso, dan dari Staff Angkatan Laut Komodor Subiyakto. Pada kali pertama pemimpin-pemimpin Aceh yang terdiri dari Abu Beureueh, Tgk Abdul Wahab Seulimum, Hasan Ali dan M. Nur El Ibrahimy sendiri berkunjung kepada Mr Sjafruddin Prawiranegara.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pertama-tama yang dituntut adalah membentuk Propinsi Aceh, yang dijanjikan oleh Presiden Soekarno. Di depan Abu Beureueh pada waktu beliau datang ke Aceh pada tahun 1947, Soekarno bersumpah dua kali, ternyata dua tahun ditunggu, janji itu tidak dipenuhi.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saat itu Pak Sjaf (panggilan Syafruddin) menjawab "jangan khawatir, dalam dua tiga hari ini, Propinsi Aceh akan saya bentuk, seperti yang diinginkan oleh rakyat Aceh. Seperti yang dijanjikan", Propinsi Aceh pun terbentuklah dengan PP Pengganti Undang-undang yang mulai berlaku pada tanggal 8 Desember 1949. Sebagai Gubernur Aceh yang Pertama diangkat Abu Beureueh. Beliau dibantu oleh sebuah badan yang disebut Badan Pemerintah Provinsi Aceh, yang terdiri dari T M Amien, Orang Kaya Salamuddin, A.R. Hasjim dan Saya sendiri.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Di seluruh Aceh rakyat bergembira karena keinginannya yang sejak lama tercapai, dan terbentuknya Provinsi Aceh, gampanglah bagi Jendral Mayor Tituler, Mantan Gubernur Militer Aceh, langkat dan tanah Karo Abu beureueh Sebagai Gubernur Areh sekarang untuk mengajak rakyat berjuang mati-matian mempertahankan Aceh jangan sampai dapat diduduki Belanda. Sebab kalau Aceh dapat diduduki Belanda, berarti tamatlah riwayat Republik Indonesia.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Untuk dimaklumi bahwa pertarungan yang sengit antara Aceh dan Belanda berpusat di perbatasan Aceh-Sumatera Utara (dikenal Medan Area). Yang dipertahankan dengat gigih oleh rakyat Aceh bersama TNI Devisi X Aceh, Barisan- Barisan mujahidin yang ketuanya Abu Beureueh, TP (Tentara Pelajar) dan TPI (Tentara Pelajar Islam). Maka berkat pimpinan yang solid dari Abu Beureueh pertahanan rakyat Aceh begkitu gigih, dan Medan Area tak bisa ditembusi tentara Belanda. Penjajah akhirnya kembali ke baraknya di kota Medan. Maka Republik Indonesia yang berada sekarat hidup kembali.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Semangat juang rakyat Aceh yang gigih diketahui LN Palar, Duta Besar RI di PBB yang sebelumnya sudah loyo, menjadi bangkit kembali. Beliau segera meminta PBB untuk memerintahkan kembali kedaulatan atas seluruh territory Republik Indonesia dikembalikan kepada pemerintah Indonesia Serikat, pada 17 Agustus 1950. Sayang sekali pada hari upacara penyerahan kembali kedaulatan atas RI kepada Pemerintah Indonesia oleh Belanda, Jendral Mayor Tituler Abu Daud yang saya anggap salah seorang penyelamat Republik Indoensia tidak diundang ke upacara tersebut.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Perlu dijelaskan bahwa sebelum penyerahan kedaulatan, di Aceh terjadi heboh besar, karena dibubarkan Propinsi Aceh. Heboh ni yang tadinya terjadi di Kota Raja (Banda Aceh sekarang) meluas sampai ke seluruh Aceh. Maka dilayangkanlah poster-poster dan Resolusi- resolusi kepada pemerintah. Heboh ini tidak dapat diatasi hingga terpaksalah pembesar-pembesar Negara dari pusat datang ke Aceh untuk menyenangkan rakyat, antara lain Mr Assaat (Mendagri)--namun rakyat tidak lagi mendengarkannya. Maka Bung Hatta yang kembali menjadi Wakil Presiden Negara Kesatuan NRI datang ke Aceh. Rakyat juga tidak menghiraukan apa yang dikatakannya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Abu Beureueh Mantan Gubernur Militer Aceh dan Tanah Karo, dan mantan Gubernur Aceh, menyatakan dengan tegas " Bahwa kalau Provinsi Aceh tidak dibentuk kembali, saya akan naik ke Gunung untuk membentuk Provinsi Aceh menurut keinginan kami sendiri". Zaini Bakri, Bupati Aceh Besar juga dengan tegas mengatakan kalau provinsi Aceh tidak kembali dibentuk pegawai RI di seluruh Aceh meletakan jabatan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Karena rakyat tidak bisa ditenangkan, Muhammad Natsir (Perdana Menteri Kabinet pertama NRI datang ke Aceh). Beliau mula - mula mengatakan pertemuan dengan petinggi - petinggi Aceh, kemudian melalui radio. Ia mengajak rakyat supaya tenang dan tidak khawatir. Beliau akan berusaha sekuat tenaga akan terbentuk kembali Propinsi Aceh. "Secara Intergral", artinya membentuk Propinsi di seluruh Indonesia. Betul-betul Natsir telah mengubah situasi yang panas menjadi suasana yang sejuk sehingga rakyat di seluruh Aceh tenang kembali, dan dengan penuh kepercayaan menunggu janji Perdana Menteri Pertama Natsir itu.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sayang kabinet Natsir setelah kira-kira satu tahun bekerja, dijatuhkan oleh anggota - anggota DPR yang tidak menyetujui Provinsi Aceh yaitu PKI, PNI, Partai Indonesia Raya dan beberapa partai lainnya. Harapan rakyat Aceh untuk tegaknya sebuah Provinsi seperti yang diinginkan di tanah Rencong buyarlah semua. Provinsi Aceh baru dibentuk kembali setelah Abu Beureueh "naik gunung" (sebagai yang ditegaskan di depan Bung Hatta), beberapa waktu setelah jatuhnya Kabinet Ali Sastroamidjojo ( dari PNI) yang menggantikan</div><div style="text-align: justify;">Kabinet Natsir.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saat berkunjung ke Aceh pada tahun 1948, Soekarno mengucapkan janjinya dengan meyakinkan Daud Beureueh. Dimana cerita sumpah Soekarno dihadapan Teungku Muhammad Daud Beureueh itu adalah:</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">"Teungku Daud Beureueh pernah menyatakan: "Lebih setahun sesudah proklamasi kemerdekaan, pada waktu tentara Belanda dan Sekutu sedang melancarkan serangan secara besar-besaran, dimana para pemuda kita sudah ribuan bergelimpangan gugur di medan perang, datanglah Sukarno ke Aceh...Dia datang menjumpai saya menerangkan peristiwa-peristiwa dan perkembangan revolusi." </div><div style="text-align: justify;">Dalam pertemuan itu saya tanya Sukarno: "Untuk apa Indonesia merdeka?" Sukarno menjawab: "Untuk Islam kak". Dia memanggil kakak kepada saya. Saya tanya lagi, "betulkah ini?". Jawabnya, "betul kak". Saya tanya sekali lagi, "betulkah ini?". Dia jawab, "betul kak". Saya ulangi lagi, "betulkah ini?". </div><div style="text-align: justify;">Pada waktu inilah Sukarno berikrar: "Kakak! Saya adalah seorang Islam. Sekarang kebetulan ditakdirkan Tuhan menjadi Presiden Republik Indonesia yang pertama yang baru kita proklamasikan. Sebagai seorang Islam, saya berjanji dan berikrar bahwa saya sebagai seorang presiden akan menjadikan Republik Indonesia yang merdeka sebagai negara Islam dimana hukum dan pemerintahan Islam terlaksana. Saya mohon kepada kakak, demi untuk Islam, demi untuk bangsa kita seluruhnya, marilah kita kerahkan seluruh kekuatan kita untuk mempertahankan kemerdekaan ini". </div><div style="text-align: justify;">( Baca : S.S. Djuangga Batubara, Buku; Teungku Tjhik Muhammad Dawud di Beureueh Mujahid Teragung di Nusantara, Gerakan Perjuangan & Pembebasan Republik Islam Federasi Sumatera Medan, cetakan pertama, 1987, hal. 76-77)</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ternyata akhirnya, ikrar Soekarno itu untuk: "akan menjadikan Republik Indonesia yang merdeka sebagai negara Islam dimana hukum dan pemerintahan Islam terlaksana" hanyalah tipu muslihat saja. Sehingga Teungku Muhammad Dawud Beureueh di Aceh memaklumatkan Negara Islam Indonesia pada tanggal 20 September 1953, yang sebagian isinya menyatakan bahwa "Dengan Lahirnja Peroklamasi Negara Islam Indonesia di Atjeh dan daerah sekitarnja, maka lenjaplah kekuasaan Pantja Sila di Atjeh dan daerah sekitarnja, digantikan oleh pemerintah dari Negara Islam."</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">sumber:<a href="http://www.atjehcyber.net/" target="_blank">www.atjehcyber.net</a></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4178654843795401226.post-66842327828221753052011-12-15T10:34:00.000-08:002012-01-13T13:08:25.204-08:00Polda Aceh dapat Tekanan dari Dubes Jerman dan Perancis<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYZIKHaW0hyphenhyphenOIxcVpPgM16p9Yh5k24R7CNGeqKYSFSI1bhfRUCO24atgH-GD-zvgyMaChkUUz6KFj00NbEvgpB1nu13LC-z1WSf_HWwOCZ_xoPw1gozAR33UsyH5hseAhPAHUdfWz4IW0/s400/384874_10150433986908005_128709953004_8803489_1708507739_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: justify;"><img border="0" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYZIKHaW0hyphenhyphenOIxcVpPgM16p9Yh5k24R7CNGeqKYSFSI1bhfRUCO24atgH-GD-zvgyMaChkUUz6KFj00NbEvgpB1nu13LC-z1WSf_HWwOCZ_xoPw1gozAR33UsyH5hseAhPAHUdfWz4IW0/s320/384874_10150433986908005_128709953004_8803489_1708507739_n.jpg" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;">Banda Aceh — Kapolda Aceh, Irjen Pol. Iskandar Hasan akhirnya mendapat pressure (tekanan) dari Kedutaan Besar Perancis dan Kedutaan Besar Jerman soal penangkapan anak-anak dibawah umur yang mengaku anak Punk di Aceh baru-baru ini. Pihak kedutaan menanyakan itu pelanggaran HAM karena dicebur dalam kolam.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Kapolda menaggapi bahwa tindakan itu tidak melanggar HAM. “Ini Negara Pancasila, ini soal prilaku yang menyimpang karena kehidupannya tidak sama dengan manusia lain,” tegas Iskandar Hasan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Provinsi Aceh adalah daerah Syariat Islam, dari budaya dan adat istiadat di Aceh tidak pernah ada kehidupan anak-anak Punk itu di Aceh.</div><div style="text-align: justify;">“Anak-anak itu tidak pernah mandi, baunya bukan main, sehingga begitu sampai di SPN kita pangkas rambutnya, kita ganti bajunya dan kita cebur ke kolam, baru kemudian diberikan pakaian yang bersih, peci dan sajadah,’” kata Iskandar.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saat melakukan silaturrahmi dengan puluhan anggota DPRA dan sejumlah wartawan di ruang Badan Musyawarah (Banmus) DPRA Aceh, Kamis (15/12), Iskandar Hasan meminta agar pihak DPRA membuat Qanun tentang anak-anak punk ini.</div><a name='more'></a><br /><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ia mengkhawatirkan jumlah anak-anak punk ini akan bertambah banyak di Aceh. Kehadiran mereka jelas-jelas ditentang dengan Syariat Islam di Aceh. Sehingga dengan adanya qanun maka bisa memagari anak-anak punk ini ke Aceh.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Iskandar Hasan mengatakan jumlah anak punk yang ditangkap itu sebanyak 64 orang. 36 diantaranya bukan anak Aceh dan termasuk 18 orang non muslim. Anak-anak punk ini adalah yang asal Bali, Jakarta, Lampung dan Medan. Sedangkan sisanya anak-anak Aceh asal Langsa, Bireuen, Banda Aceh. Ada lima orang anak perempuan, satu diantaranya memakai jilbab.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sebelumnya Dosen Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Saifuddin Bantasyam juga mengkritisi pembinaan anak-anak punk itu oleh Pemko Banda Aceh ke Sekolah Polisi Negara (SPN).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Penindakan” terhadap anak-anak punk itu harus bersifat mendidik, seimbang dengan perbuatan mereka.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Menurut Saifuddin, punk bukan penjahat besar, bukan pencandu narkotik, penjudi, dan mabuk-mabukan. Masyarakat dapat memilah apa yang merupakan kejahatan, pelanggaran, dan apa yang merupakan kenakalan (remaja).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Jadi, menurut saya, sangat aneh apabila cara penindakan terhadap mereka seperti menindak mafioso, koruptor kelas kakap, pedagang shabu-shabu.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Jangan lupa, kesalahan merespon sikap mereka, bisa mengakibatkan hancurnya masa depan mereka. Mereka adalah anak masyarakat, juga generasi yang punya hak hidup di negeri ini. Karenanya, adil-lah dalam melakukan tindakan,” ujar Saifuddin Bantasyam sebagaimana berita yang pernah dilansir The Globe Journal.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tambah Saifuddin, adil dalam penindakan itu bermakna luas. Hal yang paling mendasar adalah memastikan bahwa bentuk tindakan seperti menahan mereka di kantor polisi, membawa mereka ke Seulawah, mencukur rambut mereka, menyeburkan mereka ke dalam kolam, adalah tindakan-tindakan yang memiliki dasar (hukum) yang kuat, dan jangan merendahkan martabat.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Media menyebut polisi menahan mereka. Kenapa ditahan, sementara ada orang-orang yang lebih berhak ditahan, misalnya karena sudah jadi tersangka korupsi, tidak ditahan? Anak punk itu melanggar hukum apa? Apakah kepada para anak punk atau para orang tua mereka diberi tahu mengapa mereka ditahan? Perlukah mereka ditahan? Setujukah mereka kepala mereka dibotakin?” tanya Saifuddin.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Dosen pengajar Sosiologi itu tahu bahwa komentarnya bisa ditafsirkan macam-macam oleh berbagai pihak. Namun dia minta siapapun untuk berperilaku konsisten dan bersikap sesuai dengan aturan yang ada, memperhitungkan kebutuhan, dan bersikap dengan sikap professional.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Jika ini dilanggar, maka penindakan itu sendiri berpotensi melawan hukum. Nah, jika itu terjadi, maka secara moral kita malah tak berhak menindak anak punk itu, sebab bagaimana mungkin melakukan perbaikan, jika cara perbaikan itu sendiri dilakukan tidak secara semestinya?” imbuh Saifuddin panjang lebar.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saifuddin mengingatkan bahwa jika anak Punk itu belum dewasa, maka aparat pemerintah dan warga masyarakat, juga terikat kepada konvensi hak anak, khususnya dalam hal memperlakukan anak yang bermasalah secara hukum (ABH).</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Penghargaan atau respek terhadap hak anak, kata Saifuddin, tak berarti bahwa anak tak boleh dihukum atau ditindak jika memang mereka bersalah, namun karena mereka belum dewasa, maka ada panduan dalam melakukan penindakan terhadap mereka.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">“Orang tua mereka misalnya, sebaiknya menjadi pihak yang lebih dahulu diminta melakukan pembinaan dibanding orang atau institusi lain. Pengecualian hanya diberikan jika orang tua mereka sendiri yang menginginkan pihak lain terlibat,” ujar Saifuddin sambil juga mengingatkan bahwa tindakan yang ekstrem terhadap mereka bisa membuat keselamatan mereka terganggu saat kembali ke tengah-tengah masyarakat.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">sumber:<a href="http://www.atjehcyber.net/" target="_blank">www.atjehcyber.net</a></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4178654843795401226.post-90151407545805140972011-12-14T13:22:00.000-08:002012-01-13T13:08:25.240-08:00Sejarah Lamno di Masa Kerajaan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-8HKbfiYhUBjuyZguw2TBHUuD4hxxXxdvF8DpPBk5Em38UIQjt40QFBlv4hAcdtPPfropf01kgci8WY4cPBhIxrCBvwZxj2E6UqaYhtYx0AB2MBAHLu7KPwmgOJASAelDaji850vKtfk/s1600/221774.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj-8HKbfiYhUBjuyZguw2TBHUuD4hxxXxdvF8DpPBk5Em38UIQjt40QFBlv4hAcdtPPfropf01kgci8WY4cPBhIxrCBvwZxj2E6UqaYhtYx0AB2MBAHLu7KPwmgOJASAelDaji850vKtfk/s320/221774.jpg" width="320" /></a></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Oleh: <u><b>Iskandar Norman </b></u></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Kabupaten Aceh Jaya terbentuk pada tahun 2002 dengan enam Kecamatan. Sebelah utara berbatasan dengan Aceh Besar dan Pidie; sebelah Selatan dengan Samudra Indonesia dan Aceh Barat; sebelah Timur dengan Pidie dan Aceh Barat; sebelah barat dengan Samudra Indonesia.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Secara geografis daerah ini memiliki 3.727,00 km. di Aceh Jaya hanya terdapat satu bahasa daerah yakni bahasa Aceh. Suku-suku lain selain Aceh yang berdiam di daerah ini yang pada awalnya berbahasa Indonesia, setelah agak lama menetap dan berbaur dengan masyarakat setempat, mereka juga berbahasa Aceh. Masyarakat Tionghoa yang kebetulan berdiam di daerah ini umumnya juga berbahasa Aceh sebagaimana masyarakat setempat.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Berawal dari Lhan Na</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Di hulu Krueng Daya dulu ada sebuah dusun yang dinamai Lhan Na, sekarang disebut Lam No. Menurut H M Zainuddin dalam Tarich Aceh dan Nusantara (1961) penghuni dusun itu berasal dari Bangsa Lanun. Orang Aceh menyebutnya “lhan” atau bangsa Samang yang datang dari Semenanjung Malaka dan Hindia Belakang seperti Burma dan Campa. Kemudian ke hulu Krueng Daya itu juga datang orang-orang baru dari Aceh Besar, Pasai dan Poli (Pidie).</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Pada abad XV terjadi perang antara Raja Pidie dengan Raja Pasai. Perang itu disulut oleh Raja Nagor bekas petinggi di Pasai. Dalam perang itu Pasai Kalah, Sultan Haidar Bahian Sjah tewas. Raja Nagor kemudian memerintah Pasai (1417). Beberapa keturunan Raja Pasai kemudian melakukan perpindahan. Sampai kesuatu tempat mereka kelelahan tak berdaya melanjutkan perjalanan.</span></div><a name='more'></a><br /><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Mereka pun mendirikan negeri baru di daerah tersebut, negeri itu diberinama Daya untuk mengenang ketakberdayaan mereka melanjutkan perjalanan. Cerita yang sama juga disebutkan dalam sebuah dongeng.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Menurut H M Zainuddin (1961), dahulu kala sekelompok orang datang ke negeri itu dengan perahu, sampai di muara sungai perahu mereka kandas. Mereka semua turun untuk mendorong perahu tersebut, tapi perahu itu tetap kandas. Mereka tidak berdaya lalu turun dan membuka perkampungan di sekitar muara sungai itu. Mereka pun menamai daerah itu dengan sebutan Daya.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Suatu ketika Raja Daya dan pasukannya melakukan pemeriksaan ke hulu sungai. Sampai di sana mereka mendapati sebuah perkampungan yang dihuni oleh orang yang mirip dengan bangsa Lanun dari Malaka dan Hindia Belakang. Mereka disebut orang Lhan.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Orang orang Lhan ini merupakan penduduk asli di sana, yang kala itu masih suka mengenakan pakaian dari kulit kayu dan kulit bintang yang tipis. Karena sudah lama mendiami tempat itu maka disebutlah mereka sebagai orang “Lhan Kana” atau “Lhan Na” yang artinya orang Lhan sudah ada disitu. Lama kelamaan terjadi perubahan pengucapan dari “Lhan Kana” menjadi “Lam Na” dan seterusnya ketika Belanda masuk ke Aceh ucapannya menjadi “Lam No”.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Masih menurut H M Zainudin, berdasarkan keterangan T Radja Adian keturunan Uleebalang (Zelfbestuurder) pada tahun 1945 diceritakan, Negeri Daya pernah diperintah oleh Pahlawan Syah, seorang raja yang pernah berperang dengan Poteu Meureuhom. Pahlawan Syah yang dikenal dengan sebutan Raja Keuluang merupakan orang yang kebal terhadap senjata apa pun, ia tidak bias ditaklukkan.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Ia orang yang sangat kuat. Kekuatannya itu diyakini masih menyisakan bekas berupa bekas tapak kakinya. Saat ia mencabut batang kelapa kakinya terbenam ke tanah. Tapak kaki itu disebut-sebut berada di Kuala Daya.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Disebut sebagai Raja Keuluang karena Pahlawan Syah berpostur tinggi besar, ketika dipanggil untuk menghadiri rapat (Meusapat) oleh Raja, peraturan yang diberikan Pahlawan Syah dan daerah yang dipimpinya selalu berbeda dengan daerah lain. Ia banyak mendapat keluangan, maka digelarlah dia Raja Keuluang.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Negeri Keuluang itu terdiri dari Keuluang, Lam Besoe, Kuala Daya dan Kuala Unga. Raja Keuluang meninggal setelah berperang dengan Poteumeureuhom. Raja yang kebal senjata itu berhasil ditangkap ketika daerahnya ditaklukkan. Ia meninggal dalam ikatan rantai besi.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Masa pemerintahan Raja Keuluang atau Pahlawan Syah menurut pemeriksaan Controleur Vetner di calang pada tahun 1938, diperkirakan antara tahun 1500 M sampai 1505 M. seber lain adalah T R Adian, sebagaimana dikutip H M Zainuddin. Menurutnya, pertalian keluarga Raja Keuluang tersebar dari Tanoeh Abee Sagi XXII Mukim Seulimum, Krueng Sabe dekat Calang dan Negeri Bakongan, Aceh Selatan. “Kalau naskah ini serta keterangan T R Adian itu kita hubungkan dengan makam Sultan Ali Riayat Sjah atau Marhum Daya, jang menurut pemeriksaan Prof Dr Mussain Djajadiningrat, Marhum Daja meninggal dalam tahun 1508,” tulis H M Zainuddin dalam Tarich Aceh dan Nusantara (1961).</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Sementara lainnya, di Kuala Ungan dekat Daya ada satu kuburan raja yang mengkat pada tahun 1497, tapi belum jelas makam siapa apakah makam Marhum Unga atau Marhum Daya. Masih juga belum jelas apakah Marhung Unga itu adalah Pahlawan Syah yang disebut sebagai Raja Keuluang, anak raja Pasai yang pertama membuka Negeri Daya.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Kemudian datang Marhum Daja Sulthan Ali Riajat Sjah jang namanja Uzir, anak dari Sulthan Inajat Sjah ibnu Abdullah Al Malikul Mubin, jang bersaudara dengan Sulthan Muzaffar Sjah. Raja di Atjeh Besar dan bersaudara pula dengan Munawar Sjah Raja di Pidie. Diyakinkan negeri Keluang/Daja itu berdiri pada akhir abad ke XV oleh Marhum Unga, bias jadi juga dibangun oleh Marhum Daya.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Setelah Negeri Daya maju dengan berbagai hasil bumi, pada akhir abad ke XVI datang ke sana orang orang Portugis, Arab, Spanyol dan Tionghoa untuk membeli rempah-rempah. Setelah itu datang juga orang Belanda, Inggris dan Perancis. Malah sampai kini di Lam No terdapat keturunan Portugis.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Negeri Pasir Karam</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Di sekitar Negeri Daya juga pernah terkenal Negeri Pasir Karam, negeri yang kemudian diyakini sebagai asal mula Aceh Barat. Kisah ini bermula dari kedatangan orang Minangkabau yang lari dari negerinya membuat perkebunan di daerah itu maju. Ungkapan “Di sikolah kito balabueh” disebut-sebut sebagai asal mula nama Meulaboh.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Hal ini sesuai dengan pendapat HM. Zainuddin dalam buku Tarikh Atjeh dan Nusantara (1961). Menurut beliau, asal mula Meulaboh adalah Negeri Pasir Karam. Negeri itu dibangun dibangun pada masa Sultan Saidil Mukamil (1588-1604). Pada masa Kerajaan Aceh diperintah oleh Sultan Iskandar Muda (1607-1636) negeri itu ditambah pembangunannya.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Di negeri itu dibuka perkebunan merica, tapi negeri ini tidak begitu ramai karena belum dapat menandingi Negeri Singkil yang banyak disinggahi kapal dagang untuk mengambil muatan kemenyan dan kapur barus. Kemudian pada masa pemerintahan Sultan Djamalul Alam, Negeri Pasir Karam kembali ditambah pembangunannya dengan pembukaan kebun lada.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Untuk mengolah kebun-kebun itu didatangkan orang-orang dari Pidie dan Aceh Besar disusul kemudian dengan kedatangan orang-orang Minangkabau yang lari dari negerinya akibat pecahnya perang Padri (1805-1836). Sampai di Teluk Pasir Karam pendatang dari Minangkabau itu sepakat untuk berlabuh. “Di sikolah kito balabueh,” kata mereka. Semenjak itulah Negeri Pasir Karam dikenal dengan nama Meulaboh dari asal kata balabueh, atau berlabuh.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Pendatang dari Minangkabau itu kemudian hidup berbaur dengan masyarakat setempat. Di antara mereka malah ada yang menjadi pemimpin di antaranya Datuk Machudum Sakti dari Rawa, Datuk Raja Agam dari Luhak Agam. Datuk Raja Alam Song Song Buluh dari Sumpu.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Mereka menebas hutan mendirikan pemukiman yang menjadi tiga daerah, Datuk Machudum Sakti membuka negeri di Merbau, Datuk Raja Agam di Ranto Panyang dan Datuk Raja Alam Song Song Buluh di Ujong Kala yang menikah dengan anak salah seorang yang berpengaruh di sana. Sama dengan masyarakat setempat, ketiga Datuk tersebut juga memerintahkan warganya untuk membuka ladang sehingga kehidupan mereka jadi makmur.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Ketiga Datuk itu pun kemudian sepakat untuk menghadap Sultan Aceh, Sultan Alaiddin Muhammad Daud Syah untuk memperkenalkan diri. Ketika menghadap Sultan, masing-masing Datuk membawakan satu botol mas urai sebagai buah tangan. Mereka meminta kepada raja Aceh agar memberikan batas-batas negeri mereka. Permintaan itu dikabulkan, Raja Alam Song Song Buluh kemudian diangkat menjadi Uleebalang Meulaboh dengan ketentuan wajib mengantar upeti tiap tahun kepada bendahara kerajaan.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Para Datuk itu pun setiap tahun mengantar upeti untuk Sultan Aceh, tapi lama-kelamaan mereka merasa keberatan untuk menyetor langsung ke kerajaan, karena itu mereka meminta kepada sultan Aceh saat itu seorang wakil sultan di Meulaboh sebagai penerima upeti. Permintaan ketiga Datuk itu dikabulkan oleh Sultan dan dikirimlah ke sama Teuku Chiek Purba Lela yang menjadi wazir Sultan Aceh untuk pemerintahan dan menerima upeti-upeti dari Uleebalang Meulaboh.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Para Datuk tersebut merasa sangat senang dengan kedatangan utusan Sultan yang ditempatkan sebagai wakilnya di Meulaboh itu. Mereka pun kemudian kembali meminta pada Sultan Aceh untuk mengirim satu wakil sultan yang khusus mengurus masalah perkara adat dan pelanggaran dalam negeri. Permintaan itu juga dikabulkan. Sultan Aceh mengirim Penghulu Sidik Lila Digahara ke sana dan berwenang menyidik segala hal yang berkaitan dengan pelanggaran undang-undang negeri.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Permintaan itu terus berlanjut. Kepada Sultan Aceh para Datuk itu meminta agar dikirimkan seorang ulama untuk mengatur persoalan nikah, pasah, dan hukum Syariat. Sultan Aceh mengirim Teungku Tjut Din, seorang ulama yang bergelar Almuktasimu-binlah, untuk menjadi kadhi Sultan Aceh di Meulaboh.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Meulaboh bertambah maju ketika Kerajaan Aceh dipimpin Sultan Ibrahim Mansjur Sjah (1858-1870). Karena Minangkabau saat itu sudah dikuasai Belanda, semakin banyaklah orang dari Minangkabau yang pindah ke sana. Di tanah Minangkabau mereka tidak lagi bebas berkebun setelah Belanda menerapkan peraturan oktrooi dan cultuurstelsel yang mewajibkan warga menjual hasil kebunnya kepada Belanda.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Di Meulaboh para pendatang dari Minangkabau itu membuka perkebunan lada yang kemudian membuat daerah itu disinggahi kapal-kapak Inggris untuk membeli rempah-rempah. Karena semakin maju maka dibentuklah federasi Uleebalang yang megatur tata pemerintahan negeri. Federasi itu kemudian dinamai Kaway XVI yang diketuai oleh Uleebalang Keujruen Chiek Ujong Kalak.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Federasi itu disebut Kaway XVI karena dibentuk oleh enam belas Uleebalang, yaitu Uleebalang Tanjong, Ujong Kalak, Seunagan, Teuripa, Woyla, Peureumbeu, Gunoeng Meuh, Kuala Meureuboe, Ranto Panyang, Reudeub, Lango Tangkadeuen, Keuntjo, Gume/Mugo, Tadu, serta Seuneu’am.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><br /></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Selain federasi Kaway XVI, di perbatasan Aceh Barat dan Pidie juga terbentuk federasi XII yang terdiri dari 12 Uleebalang yaitu: Pameu, Ara, Lang Jeue, Reungeuet, Geupho, Reuhat, Tungkup/Dulok, Tanoh Mirah/Tutut, Geumpang, Tangse, Beunga, serta Keumala. Federasi XII ini dikepalai oleh seorang Kejreuen yang berkedudukan di Geumpang.[harian-aceh.com]</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br /></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">sumber:<a href="http://www.atjehcyber.net/" target="_blank">atjehcyber</a> </span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4178654843795401226.post-77705050948370676362011-12-14T12:49:00.000-08:002012-01-13T13:08:25.283-08:00"Patarana" Mendunia Lewat Dunia Maya<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRu03GQdrn0PCp-xEqf14-RfgI4eclSi7Q1Y9-_pfXN2tYd2BUd3z7jyJeLfKg1dHzxb0FaCD37tcDDtJ6CKVdhGq3940tmKm6soW9sJY3oKWdOWtBH1SwWznAtLaYd-nwwURRYPzBlYc/s400/01+%25281%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="464" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRu03GQdrn0PCp-xEqf14-RfgI4eclSi7Q1Y9-_pfXN2tYd2BUd3z7jyJeLfKg1dHzxb0FaCD37tcDDtJ6CKVdhGq3940tmKm6soW9sJY3oKWdOWtBH1SwWznAtLaYd-nwwURRYPzBlYc/s640/01+%25281%2529.jpg" width="640" /></a></div> <span id="goog_627032105"></span><span id="goog_627032106"></span>BANDA ACEH - Cobalah klik youtube.com, lalu cari "Patarana Band", dan dengarkanlah musik mereka. Di sini akan kita dengarkan sebuah komposisi musik berkelas. Etnik ke-Aceh-an yang sangat kuat dengan kualitas yang bagus. Band ini memang beda. Aceh kembali melahirkan musisi yang membanggakan.<br /><br />Patarana adalah sebuah Group band yang dibina oleh seorang Seniman Aceh Rafly , group Band ini lahir dari sebuah pemikiran bahwa musik Aceh harus di kemas dalam bingkai kearifan yang ada dengan tidak mengabaikan arus musik moderen, konsep musik ini yang menjadi awal pemikiran sebagai alternative untuk memenuhi selera seluruh lapisan Masyarakat khusus dibidang musik Etnik dan moderen.<br /><a name='more'></a><br /><br />Setelah muncul di youtube.com, nama mereka langsung melejit. Lagu-lagunya bisa dinikmati dari belahan dunia manapun. Sukses yang awalnya diraih dari panggung-panggung festival, berubah simpati dari para penikmat musik di seantero negeri. Nama Patarana Band kini tak asing lagi di telinga. Mereka kini siap mendunia.<br /><br />Lengkingan suara Ulfa sang Vokalis berhasil menghipnotis ribuan orang. Band yang seluruh personilnya masih duduk di bangku SMU itu, kini terus mempersiapkan diri menjadi band profesional yang siap meramaikan blantika musik Indonesia. Di bawah besutan tangan dingin Rafli sang penyanyi kenamaan Aceh, mereka kini sedang bersiap mengeluarkan albumnya yang pertama.<br /><br />“Awalnya mereka saya persiapkan untuk mengiringi saya, tapi lama-kelamaan saya befikir bahwa mereka harus menjadi satu band baru yang punya format sendiri,” kata Rafli, saat ditemui The Atjeh Post, di studio rekamannya di kawasan Simpang Tujoeh, Ulee Kareng, pekan lalu.<br /><br />Rafli menuturkan, nama Patarana Band muncul atas usulan Ulfa, sang Vokalis. Patarana adalah sebutan lain untuk ‘Pliek U’, bumbu masakan tradisional Aceh yang terbuat dari kelapa.Baru berusia empat bulan, Patarana Band telah ikut meramaikan sejumlah festival band lokal dan nasional.<br /><br /><br />Terakhir, mereka meraih juara dua Road to Java Jazz Festival di Jakarta, Februari lalu. “Aliran musik mereka ini masih belum ditentukan, masih sangat dinamis, kadang bisa Pop, Jazz, Rock dan juga etnik,” kata penyanyi Aceh yang terkenal lewat lagu Seulanga itu.<br /><br />Band yang digawangi Alol (Bass), Yudha (Drum), Chek (gitar), Ulfa dan Avi sebagai vokalis ini terus berbenah diri. Empat lagu mereka seperti Jodoh, Kasiankan, Detik Waktu dan Aku Tak Mau, telah lebih dulu menyapa penguna internet, lewat laman Youtube dan Facebook.<br /><br />“Albumnya hampir rampung, dalam waktu dekat ini akan kita keluarkan. Sebenarnya lewat Youtube itu untuk mencari tahu minat masyarakat, dan alhamdulillah apresiasinya cukup besar,” kata Rafli.<br /><br />Rafli kini juga sedang mempersiapkan proses pematangan pemasaran. Dia berencana akan ikut mengandeng operator seluler, untuk memasukkan lagu-lagu Patarana Band, sebagai nada sambung pribadi. Selain itu, pastinya Rafli terus mematangkan anak asuhnya itu.<br /><br />“Mudah-mudahan Band ini bisa ikut membawa nama Aceh di kancah nasional. Saya berharap mereka juga bisa tampil dalam pertunjukan musik se-Asia Tenggara, tidak hanya mewakili Aceh, tapi jagad musik melayu raya,” kata Rafli. Penasaran seperti apa lagunya? Anda bisa dengar di bawah ini :<br /><br /><iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="450" src="http://www.youtube.com/embed/ERLcuFD78vo" width="500"></iframe> <br /><br /><br /><br />sumber:<a href="http://www.atjehcyber.net/" target="_blank">atjehcyber</a>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4178654843795401226.post-47148688174291267642011-12-14T10:43:00.000-08:002012-01-13T13:08:25.319-08:00Januari 2012, Kendaraan Non-BL Denda 50 Juta<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7mFkv6MLI3axhZMjvTTGpVqxSf-9sr9NY0FgOy4wEumNw6NR1TdY168K0zIgRvIsHJEJCvhUjnlgeNnFpxjM0QhB5djvgQBiD9-hyUo7DSqhcz6oIvoKoP0zSOU-wL3U_wUPqfrqV1Eg/s1600/Non-BL.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="204" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7mFkv6MLI3axhZMjvTTGpVqxSf-9sr9NY0FgOy4wEumNw6NR1TdY168K0zIgRvIsHJEJCvhUjnlgeNnFpxjM0QhB5djvgQBiD9-hyUo7DSqhcz6oIvoKoP0zSOU-wL3U_wUPqfrqV1Eg/s320/Non-BL.jpg" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;">Serambinews - Kendaraan Anda menggunakan nomor polisi non-BL? Segeralah mutasi ke BL jika tak ingin terkena denda Rp. 50 juta,- sebagaimana termaktub di dalam Rancangan Qanun (Raqan) Pajak Aceh yang akan di berlakukan mulai 2012.<br /><br />Komisi C DPRA saat ini sedang membahas Raqan Pajak Aceh yang salah satunya mengatur tentang sanksi terhadap pengguna kendaraan bernomor polisi non-BL. Warga yang sudah setahun menggunakan kendaraan berpelat non-BL wajib memutasikan ke BL agar terhindar dari sanksi enam bulan kurungan atau denda Rp. 50 juta.<br /><br />"Raqan pajak Aceh tersebut di jadwalkan disahkan menjadi Qanun pada akhir Desember 2011 dan mulai diberlakukan pada 2012," Kata Direktur Lalu Lintas (Dirlantas) Polda Aceh, Kombes Pol Unggul Sedyantoro kepada Serambi, Selasa (8/11).<br /><br />Menurut unggul, lahirnya Raqan tersebut di dasari fakta selama ini banyak pengguna kendaraan non-BL di Aceh. Akibatnya tidak sedikit Pajak kendaraan yang mengalir keluar Aceh dan menjadi Pendapatan Asli Daerah (PAD).<br /><br />Dalam pasal 14 ayat (4) Raqan Pajak Aceh di sebutkan, pemilik kendaraan bermotor menggunakan nomor polisi non-BL yang beroperasi di wilayah Aceh wajib melaporkan kendaraannya kepada pemerintah Aceh melalui kantor Samsat terdekat dalam kurun waktu 90 hari.</div><a name='more'></a><br /><br />Kemudian dalam pasal 14 ayat (5); Pemilik kendaraan bermotor sebagaimana di maksud ayat (4) yang telah mengoperasionalkan kendaraan di wilayah Aceh selama 12 bulan wajib memutasikan kendaraannya ke pelat BL.<br /><br />Sedangkan dalam Pasal 65 ayat (1) ditegaskan mengenai sanksi, yakni wajib pajak sebagaimana yang di maksud Pasal 14 ayat (4) dengan sengaja tidak melaporkan kendaraannya kepada kantor Samsat terdekat sehingga merugikan keuangan Aceh, dapat dipidana maksimal enam bulan kurungan atau denda Rp. 10 juta.<br /><br />Selanjutnya dalam pasal 65 ayat (2) disebutkan, Wajib pajak sebagaimana yang di maksud dalam pasal 14 ayat (5), dengan sengaja tidak memutasikan kendaraannya ke wilayah Aceh, sehingga merugikan keuangan Aceh, di pidana kurungan maksimal enam bulan atau denda Rp. 50 juta.<br /><br />Dirlantas Polda Aceh, mengimbau masyarakat yang sudah 12 bulan menggunakan kendaraan berpelat non-BL agar memutasikannya ke BL agar tehindar dari sanksi sebagaimana yang di atur dalam Raqan Pajak Aceh yang akan segera diberlakukan. "UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan tidak mengatur tentang sanksi ini kecuali pemilik kendaraan yang menggunakan pelat luar daerah yang bersangkutan selama 90 hari hanya diwajibkan melapor ke Samsat," demikian Dirlantas Polda Aceh. (sal)<br /><br />Pajak Aceh Mengalir Jauh<br /><br /><br />Banyaknya kendaraan bernomor polisi non-BL yang lalu lalang atau beroperasi cari rezeki di Aceh bukan merupakan pemandangan baru sehingga nyaris dianggap bukan lagi persoalan. Padahal kalau kita mau sedikit berpayah-payah untuk berhitung, ternyata bermiliar-miliar uang yang seharusnya jadi pendapatan Aceh mengalir lancar ke berbagai daerah lain.<br /><br />Oleh masyarakat awam, fenomena kendaraan non-BL ini sering disindir dengan kalimat dalam Bahasa Aceh, “raseuki keudroen hanco keukamoe”. Sindiran itu bisa jadi sebagai refleksi kekesalan terhadap banyaknya uang yang mengalir ke luar Aceh (dari pajak kendaraan) sedangkan Aceh hanya kebagian dampak buruknya (seperti kerusakan jalan).<br /><br />Di tengah semakin menjamurnya kendaraan non-BL di Aceh, tiba-tiba berembus informasi melegakan bahwa Komisi C DPRA sedang menggodok Rancangan Qanun (Raqan) Pajak Aceh yang diharapkan disahkan menjadi qanun pada Desember 2011 dan diberlakukan mulai 2012. Jika payung hukum ini kelak bisa diterapkan secara efektif, tak akan ada lagi uang Aceh yang mengalir ke mana-mana.<br /><br />Direktur Lalu Lintas Polda Aceh, Kombes Pol Unggul Sedyantoro kepada Serambi sempat menunjukkan satu ‘data kecil’ namun bernilai besar tentang jumlah rupiah yang mengalir ke luar Aceh dari sektor pajak kendaraan bermotor non-BL.<br /><br />Kombes Unggul mencontohkan mobil pribadi yang hanya di Banda Aceh berjumlah 1.665 unit. BBN-KB yang dibayar di Samsat luar Aceh hampir Rp 500 juta dan biaya perpanjangan pajak setiap tahun Rp 2,5 miliar.<br /><br />Selain itu, 1.600 unit truk yang juga di Banda Aceh. BBN-KB dibayar di Samsat luar Aceh mencapai Rp 350 juta dan biaya perpanjangan pajak setiap tahun mencapai Rp 3,5 miliar.<br /><br />Data ini, menurut Unggul, baru sebatas mobil pelat non-BL yang dilapor pemiliknya ke Samsat Banda Aceh dan diyakini masih cukup banyak pemilik kendaraan yang tidak melapor. Semoga, Qanun Pajak Aceh yang akan diberlakukan pada 2012 bisa memberikan yang terbaik untuk daerah ini. Tak ada lagi pajak yang seharusnya menjadi hak Aceh mengalir ke mana-mana.(nasir nurdin/mursal ismail)<br /><br /><br />- Harian Serambi, Kamis 10 November 2011.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4178654843795401226.post-30561843948725205052011-12-14T10:37:00.000-08:002012-01-13T13:08:25.337-08:00Hasan Tiro dan Kisah “Boh Manok Kom”<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOnHAdoG3cX26UKo-2Ax6lqpNO9bcT1ENuv0fysIyEWGHWTajWwM03b_6rkmdKE3KyepNhn_hw8qEIBnAnw8LTQLrg2uI9lhwkbh5pEAP_sLlK01BB5S_baH8NEQqv0ZnRr96PUdkTE-Y/s1600/hasan_tiro_gam.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOnHAdoG3cX26UKo-2Ax6lqpNO9bcT1ENuv0fysIyEWGHWTajWwM03b_6rkmdKE3KyepNhn_hw8qEIBnAnw8LTQLrg2uI9lhwkbh5pEAP_sLlK01BB5S_baH8NEQqv0ZnRr96PUdkTE-Y/s1600/hasan_tiro_gam.jpg" /> </a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <i>“Seseorang masih tetap sebagai pemilik masa depannya, sekalipun dia gagal dalam meraih dan menggenggam masa lalu. Karena masa depannya ditentukan oleh aksinya hari ini...” -- Hasan Tiro --</i></div><div style="text-align: justify;">Suatu hari pada September 1998, di pertengahan musim gugur, seorang lelaki muda keluar dari lambung pesawat yang baru mendarat di bandara Arlanda, Stockholm, Swedia. Lelaki berperawakan kecil dan berkulit putih itu baru saja tiba dari Malaysia. Muzakir Abdul Hamid, lelaki itu, adalah salah satu pemuda Aceh yang mendapat suaka politik ke Swedia dari UNHCR, lembaga PBB yang menangani urusan pengungsi. Mereka dikejar-kejar pemerintah Malaysia karena menjadikan negara itu sebagai basis gerakan baru setelah diburu tentara di Aceh.</div><a name='more'></a><br /><br />Sempat menetap di luar kota Stockholm, pada tahun 2000 ia pindah ke pusat kota. Tinggal di sebuah rumah yang berjarak 15 kilometer dari rumah Hasan Tiro, sejak itu Muzakir menghabiskan hari-harinya bersama wali nanggroe.<br /><br />Sebelas tahun menemani Hasan Tiro sebagai staf khusus, ia merekam banyak hal tentang keseharian Wali. Setiap hari, Hasan Tiro memulai hari dengan menganyuh sepeda fitness di apartemennya. Usai mandi, Wali memulai sarapan sambil membaca koran Internasional Herald Tribune langganannya dan berlanjut dengan menonton saluran televisi berita internasional seperti CNN dan BBC. Setelah itu, dengan berpakaian rapi setelan lengkap, barulah ia menuju meja kerjanya. Di waktu senggang, Hasan Tiro menikmati lantunan musik klasik semisal gubahan Johann Sebastian Bach, Beethoven.<br /><br />Muzakir mengenangnya sebagai pribadi yang bersahaja. Saking bersahajanya, seluruh perabotan di apartemennya, termasuk sebuah televisi tua, tak pernah berganti. Pernah Muzakir dan Dokter Zaini pernah mencoba menawarkan untuk menggantinya dengan perabotan baru. “Tapi beliau diam saja, tidak menjawab. Kalau sudah begitu, kita pasti tidak berani bertanya lagi,” ujar Muzakir.<br /><br />Di mata Muzakir, Hasan Tiro tak hanya teguh pendirian, namun juga memperhatikan sesuatu sedetail mungkin. Sampai-sampai, dekorasi rumahnya pun ditata sendiri. “Beliau memperhatikan sesuatu secara detail. Bahkan terkadang lebih halus dari perempuan,” ujar Muzakir.<br /><br />Hasan Tiro adalah seorang lelaki yang perfeksionis hingga akhir hayatnya. Muzakir ingat benar ketika suatu hari ia diminta mengetik surat untuk dikirimkan kepada beberapa lembaga asing untuk mengkampanyekan perjuangan Aceh. Ternyata, dari sejumlah kalimat yang disusun, ada satu kata yang kelebihan huruf. “Saya lupa kata-kata persisnya, tapi karena satu huruf yang salah itu, saya harus mengetik ulang surat itu,” ujar Muzakir.<br /><br />Begitu pula soal kerapian. Di lain waktu, Muzakir kebagian tugas menjilid kumpulan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan Aceh. Usai dijilid, Muzakir lantas menyerahkan dokumen itu kepada Wali. Usai membolak-balik, Hasan Tiro mengembalikannya sambil berujar,” jilid ulang, ini tidak benar.” Selidik punya selidik, rupanya salah satu halaman kumpulan dokumen itu dijilid dengan posisi agak miring. Akhirnya, dokumen itu pun dibongkar dan jilid ulang.<br /><br />Masih ada cerita lain soal kerapian. Ketika perundingan Jenewa tahun 2002 lalu, Hasan Tiro datang ke sana memantau jalannya perundingan. Salah seorang delegasi yang datang dari Aceh membuatnya naik darah. Gara-garanya, sang anggota delegasi tidak memakai dasi dalam pertemuan formal di meja perundingan.<br /><br />Wali pun langsung menarik kerah baju si anggota delegasi itu. “Nyoe han jeuet lagee nyoe, tanyoe ureueng Aceh harus ta kalon pakiban adat berhubungan dengan ureueng luwa (ini tidak boleh begini, kita orang Aceh harus melihat dan mengetahui bagaimana adat berhubungan dengan orang luar),” hardik Hasan Tiro kepada delegasi dari Aceh itu.<br /><br />Hubungan dengan dunia luar memang mendapat perhatian khusus dari Hasan Tiro. Itu sebabnya, kepada setiap tamu yang datang dari Aceh, ia selalu menekankan pentingnya menguasai bahasa Inggris sebagai bahasa internasional. Logikanya, tak mungkin membangun hubungan dengan dunia luar jika soal bahasa saja tak dikuasai. Tak heran, kalau ada tamu yang datang biasanya dites dulu untuk membaca tulisan dalam Bahasa Inggris.<br /><br />Pernah suatu ketika datang orang dari Aceh dan mengaku bisa bahasa Inggris. Tapi, ternyata, setelah dites, dia membaca dengan tersendat-sendat. “Wali langsung mengangkat kacamata dan menatapnya lekat-lekat sebagai bentuk protes,” kenang Muzakir.<br /><br />Hasan Tiro juga dikenal tegas dan punya disiplin tinggi. Untuk memompa semangat pengikutnya, terkadang Wali harus menunjukkan sikap tak pilih kasih. Ada satu kejadian yang masih dikenang Muzakir saat ikut pelatihan militer di Libya pada 1990. Ketika itu, rupanya peserta pelatihan tidak tahan dengan kerasnya didikan di kamp Tajura. Lalu, beredarlah desas-desus sebagian peserta pelatihan berniat pulang kampung.<br /><br />Kabar itu sampai ke telinga Hasan Tiro, maka murkalah dia. Malamnya, seluruh peserta pelatihan dikumpulkan. Beliau lalu berpidato sambil menjatuhkan sebilah rencong di tangannya.<br /><br />“Lon deungo na yang meuneuk woe gampong. Boh manok kom mandum gata nyoe. Soe kirem boh manok kom keunoe (saya dengar ada yang mau pulang kampung. Telur busuk anda semua. Siapa yang mengirim telur busuk ke sini),” ujar Hasan Tiro dengan nada tinggi. Hening. Semua terdiam sambil menundukkan kepala. Rencana pulang pun batal.<br /><br />Soal kebiasaannya membawa rencong, menurut Muzakir, adalah cara Hasan Tiro menjaga semangat. Di lain waktu, jika sedang meradang, Tengku Hasan akan mengambil rencong lalu menaruhnya di meja. “Tujuannya untuk menaikkan semangat. Karena semangatlah yang menentukan maju mundurnya sebuah bangsa.”<br /><br />Hasan Tiro juga kerap meradang jika kerjaan stafnya tak sesuai harapan. Namun, hm... rupanya Muzakir dan sejumlah keluarga Aceh di Swedia menyimpan kiat untuk menjinakkan amarah Wali. Caranya, ketika melihat wajah Wali sedang tegang, mereka buru-buru pulang ke rumah. Sesaat kemudian sudah balik lagi sambil menggendong anak kecil. Dan, ketika melihat bocah wajah Wali yang masam menjadi manis. Lalu Hasan Tiro larut dalam candaan bersama anak kecil. “Mungkin beliau teringat anak dan cucunya yang berpisah sejak kecil,” ujar Muzakir sambil tersenyum.<br /><br />Kita tahu, ketika memutuskan pulang ke Aceh untuk angkat senjata pada Oktober 1976, Hasan Tiro meninggalkan istri dan anak semata wayangnya Karim Tiro yang masih berusia enam tahun di Amerika Serikat.<br /><br />Ia memilih naik gunung dan mendeklarasikan Aceh Merdeka pada 4 Desember 1976. Keluar masuk hutan sejak kurun 30 Oktober 1976, dia hengkang ke Malaysia pada 29 Maret 1979. Sempat singgah di sejumlah negara, ia mendapat suaka politik di Swedia. Di negara Skandinavia ini juga dia mengantong kewarganegaraan. Pengalaman tiga tahun di belantara Aceh dituangkannya dalam buku catatan harian berjudul The Price of Freedom: The Unfinished Diary of Hasan Tiro.<br /><br />Sejak itu, Hasan Tiro membentuk pemerintahan di pengasingan. Sebagai Presiden ASNLF (Aceh Sumatra National Liberation Front), dia melanjutkan perjuangan dari Norsborg, Stockholm, hingga akhirnya memutuskan berdamai dengan pemerintah Indonesia pada 15 Agustus 2005.<br /><br />Banyak pihak yang tak percaya dengan keputusan itu. Tak sedikit pula yang menduga keputusan berdamai bukan datang dari Hasan Tiro melainkan dari Mentroe Malik dan Dokter Zaini. Kecurigaan itu terbantahkan ketika Wali Nanggroe akhirnya memutuskan pulang ke Aceh pada 11 Oktober 2008. Di halaman masjid Raya Banda Aceh, Hasan Tiro meminta masyarakat Aceh menjaga perdamaian yang telah dicapai demi masa depan rakyat Aceh.<br /><br />Sayang, Wali tak sempat berlama-lama menetap di negeri yang diperjuangkan lebih separuh usianya. Pada 3 Juni 2010, malaikat menjemputnya di Rumah Sakit Zainoel Abidin Banda Aceh, 3 Juni 2010. Ia pergi dalam sunyi: tanpa didampingi istri dan anaknya Karim Tiro. Ia pergi dengan meninggalkan perdamaian.<br /><br />“Wali tahu kapan kita berdamai dan kapan kita harus berperang. Damai yang sudah ada sekarang mesti kita pelihara. Ini amanah wali yang mesti kita jalankan,” ujar Dokter Zaini.<br /><br />Masa-masa perjuangan bersenjata memang telah menjadi masa lalu dalam sejarah Aceh. Hasan Tiro, sang mahaguru Aceh, tentu tak ingin pengorbanannya mengangkat derajat Aceh sia-sia.<br /><br />Itu sebabnya, kepada pengikutnya, ia berpesan,” While man powerless to change his past, he still the master of his future. Because his future is largely determined by his present intention and action."<br /><br />"Seseorang masih tetap sebagai pemilik masa depannya, sekalipun dia gagal dalam meraih dan menggenggam masa lalu. Karena masa depannya ditentukan oleh aksinya hari ini."<br /><br />***<br /><br />Sumber:.<a href="http://www.atjehcyber.net/2011/12/hasan-tiro-dan-kisah-boh-manok-kom.html" target="_blank">atjehcyber</a>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4178654843795401226.post-24456940459690786782011-12-14T09:06:00.000-08:002012-01-13T13:08:25.355-08:00“Lampuki”, Novel Aceh Dipuji dan Dihujat<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQxCiwzQGaF_rgAIsM7s12ZTwZLOqtV7AhPEpF4WDBKrPfWzVH4wBBShExMcVEcbaXxkAy4Y8xuts3QnK4SDaFg39HjS9X_Hj6Ihg7FuN1P02Y4ePHwp-QJRt_GT2LWnbD-QOqZCCnzcE/s1600/approval+3+Lampuki1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQxCiwzQGaF_rgAIsM7s12ZTwZLOqtV7AhPEpF4WDBKrPfWzVH4wBBShExMcVEcbaXxkAy4Y8xuts3QnK4SDaFg39HjS9X_Hj6Ihg7FuN1P02Y4ePHwp-QJRt_GT2LWnbD-QOqZCCnzcE/s320/approval+3+Lampuki1.jpg" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">LAMPUKI merupakan hasil karya yang sangat menggugah bagi dunia sastra Nusantara (terutama novel), khusus sekali di Bumi Serambi Mekah dengan performance sebagai Pemenang Unggulan Sayembara Menulis Novel 2010. Setelah sekian lama novelis-novelis Aceh diam, kini bagai bangun dari sebuah tempat persemedian dengan pukulan yang sangat pamungkas.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Novel ini mengajak siapa saja yang jadi pembacanya untuk tidak saja mengingat atau mengenang luka lama yang merobek-robek serta mencabik segenap jiwa, tetapi juga merenung tentang makna dari sebuah perang yang sia-sia dan menyisakan penderitaan serta kerugian yang tak terkira. Aceh yang didera perang adalah contoh yang paling konyol tentang tindakan pemerintah Indonesia yang hanya menciptakan bersimbah darah bagi banyak orang di ujung Pulau Sumatera. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Lampuki merupakan nama sebuah kampung. Novel ini mengisahkan tentang perang dan perilaku orang-orang di kampung itu dengan keunikan-keunikan tersendiri, sebuah kejadian pelik di kawasan kaki bukit dengan penduduknya yang beringas serta tiada henti-hentinya saling bertikai, mengusik dan merusak. Perilaku seperti ini adalah realita tabiat kehidupan rakyat di Lampuki. Anehnya mereka seakan bangga dengan perilaku meraka yang mengikutsertakan anak-anaknya berperilaku buruk.</span></div><a name='more'></a><br /><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kisah ini dituturkan seorang teungku (guru ngaji) yang bekerja sebagai kuli bangunan, termasuk dia sempat terlibat dalam mengerjakan kompleks tentara di kampung Lampuki sebelum perang benar-benar meletus. Kehidupan di komplek tentara di Lampuki merupakan fokus cerita setelah perumahan itu ditinggalkan penghuninya dan datang penghuni baru yang menempati di saat perang mulai bergejolak.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Teungku Muhammad—demikian tokoh yang menuturkan, yang juga menjadi tokoh penting pendukung dalam novel ini—dia membangun sebuah balai pengajian di dekat rumahnya dan mengajarkan Al-qur’an kepada muridnya hingga pada setiap malam jika tidak terjadi kerusuhan. Suatu malam dia di datangi Ahmadi, tokoh utama yang juga pemimpin pemberontak di Wilayah Sagoe Peurincun, atau yang lebih dikenal dengan Si Kumis Tebal. Dia sengaja datang dengan maksud untuk membujuk dan memperdaya murid-murid Teungku Muhammad.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kehadirannya sangat mengejutkan, sebagai mana yang dituturkan diawal pembukaan novel itu: Tak seorang pun di antara kami yang tidak mengenalnya dengan baik. Namanya begitu masyhur dan kerap disebut-sebut dalam setiap percakapan. Dialah Ahmadi si Kumis Tebal, lelaki yang menakutkan sekalian orang! Lelaki garang ini memaksakan kehendaknya pada murid-murid si teungku dengan cara menceramahinya sampai larut malam, supaya mereka bersedia menjadi pengikutnya dan membalas semua apa yang telah dilakukan oleh tentara penjajah atau juga disebut dengan kafir musuh Tuhan.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtT6D_epp2KCgxCE1r1ulc171O8Z6nZXbiUGjbOf5MA76M-VBhJwZMRT6l_FIHYDTxZgrwTXCU-jJRzaGrrEve5ex1NLNe8cC3bxx6kFarADz9UzBssbGj6UIMcID5AARACEKhLWYtZgM/s1600/12.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtT6D_epp2KCgxCE1r1ulc171O8Z6nZXbiUGjbOf5MA76M-VBhJwZMRT6l_FIHYDTxZgrwTXCU-jJRzaGrrEve5ex1NLNe8cC3bxx6kFarADz9UzBssbGj6UIMcID5AARACEKhLWYtZgM/s320/12.JPG" width="221" /></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Disebutkan pula bahwa Ahmadi adalah bekas brandalan yang kemudian melakukan pemberontakan terhadap pemerintah. Dengan kegarangan kumisnya dia beraksi menyebar kebencian sesama serta orang asing yang masuk ke desa Lampuki dengan caranya yang seperti orang kegerahan. Dia mencari generasi penerus dirinya untuk menjadi melawan serdadu-serdadu pemerintah. Ahmadi mempunyai seorang istri yang tak kalah serunya dalam melakukan pembangkangan terhadap pemerintah pusat. Halimah namanya, dia sosok perempuan yang kerap mengenakan baju berkancing, rok gelap dan kain penutup kepala seadanya saja. Lucunya, perempuan tersebut mengenai pistol dibalik rok.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Selain memanggul senjata, menghadap dan menempaki pasukan tentara, hari-hari lain Ahmadi adalah mengkhutbahi penduduk dengan cara menceritakan sejarah leluhur termasuk melibatkan Hasan Tiro—tokoh pejuang Aceh—di tempat-tempat keramaian di Lampuk. Acap kali dia terpergok dengan tentara kiriman Soeharto yang berjaga-jaga di pos, tetapi dia selalu saja lolos. Tak ada sedikitpun rasa takut di raut wajahnya. Namun, saat keangkuhan seorang Ahmadi memuncak dan merasa dirinya sangat kuat, saat itulah bencana datang tiada habisnya mengepung kampung dan membuat penduduk jera dipukuli tentara.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Kisah ini juga dibumbui kisah cinta terlarang antara Jibral si Rupawan dengan Halimah, istri Ahmadi. Lelaki ini membuat para gadis mendambakannya sebagai pria idaman. Tak tertinggal juga rasa humor yang tinggi dan hal-hal mengejutkan lainnya yang tak terduga. Cara bercerita yang tidak biasa, unik, dan masih terasa asing di Indonesia. Tetapi Lampuki tidaklah asing, kata-katanya sangat mudah dicerna, dan akan disukai oleh siapa pun dan pembaca novel jenis apa pun. Novel ini sangat dekat dengan kehidupan di mana pun, sekalipun ia bercerita tentang perang, yang gambaran hidup semacam itu dapat terjadi di belahan kampung manapun.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Novel ini banyak mendapat pujian dari kalangan akademisi, pengamat sosial politik, juga para jurnalis, dan kritikus sastra. Novel yang keras dan tahan banting, yang mengangkat nama penulisnya ke jajaran sastrawan nasional papan atas. Salah satu bab dalam novel ini juga akan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggis dan akan tampil dalam Ubud Writers & Readers Festival, sebuah ajang sastra internasional di bali yang akan diikuti 17 negara.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYgIP3uuvd8Fp6DrjYA4NKzhqqCARSggtI6oJsOvK3ZPVwZdRJNJ_V5J9wH30MUP5XntVxXtMKmm4CtGrTcVotK0E-Tqpzf9AH7WiyM5TR5w7nb08x28Abr6Ffpo6WZ0Y-IgD1KHdIQ0Q/s1600/arafat+nur+03a.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><br /></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 12pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Lampuki adalah novel mencerahkan, lengkap dengan sejarah, sindiran, gambaran kehidupan sosial, politik, budaya, dan kearifan lokal secara menyeluruh. Sebuah novel yang sangat cemerlang yang lahir dalam sepuluh tahun terakhir dan akan bertahan sangat lama. Satu-satunya karya putra bangsa yang mesti kita sambut dengan riang gembira, yang menjadi awal kebangkitan bagi dunia sastra di Aceh, dan Indonesia pada umumnya, setelah sekian lama di Indonesia tidak muncul novel yang benar-benar dapat menggugah!<br /><br /><b>Lampuki Juga Di Hujat </b><br /><br /> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 12pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> </span><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYgIP3uuvd8Fp6DrjYA4NKzhqqCARSggtI6oJsOvK3ZPVwZdRJNJ_V5J9wH30MUP5XntVxXtMKmm4CtGrTcVotK0E-Tqpzf9AH7WiyM5TR5w7nb08x28Abr6Ffpo6WZ0Y-IgD1KHdIQ0Q/s1600/arafat+nur+03a.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYgIP3uuvd8Fp6DrjYA4NKzhqqCARSggtI6oJsOvK3ZPVwZdRJNJ_V5J9wH30MUP5XntVxXtMKmm4CtGrTcVotK0E-Tqpzf9AH7WiyM5TR5w7nb08x28Abr6Ffpo6WZ0Y-IgD1KHdIQ0Q/s200/arafat+nur+03a.jpg" width="150" /></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 12pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Karena menghasilkan novel Lampuki, Arafatnur kerap mendapat hujatan dari sejumlah pembaca, mereka yang menghujat umumnya adalah orang-orang yang tersindir muatan cerita dalam tokoh novel Lampuki. Novel itu--menurut si penghujat-- berbau karya cabul.<br /><br /></span><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYgIP3uuvd8Fp6DrjYA4NKzhqqCARSggtI6oJsOvK3ZPVwZdRJNJ_V5J9wH30MUP5XntVxXtMKmm4CtGrTcVotK0E-Tqpzf9AH7WiyM5TR5w7nb08x28Abr6Ffpo6WZ0Y-IgD1KHdIQ0Q/s1600/arafat+nur+03a.jpg"><span style="color: blue; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; text-decoration: none;"></span></a><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">“Saya membiarkan saja karena mereka tidak mengerti, mereka yang menghujat tidak memahami isi novel lampuki, sehingga menghujat. Mereka menghujat juga karena judul” kata Arafatnur kepada the Acehpost, Kamis (13/10) diLhokseumawe.<br /><br />Kata Arafat soal karyanya tersebut, dirinya tidak memandang pantas atau tidak sebuah dibeberkan.<br /><br />“Isinya tanggung jawab saya sebagai penulis” jelas Arafat.<br /><br />Arafat Nur menganut aliran sastra bebas yang tidak terikat dengan nilai-nilai sebagaimana yang dianggungkan oleh masyarakat umum, juga, tidak memaksud menabrak moralitas dan realitas dalam novel lampuki.<br /><br />“Hujatan melalui jejaring sosial sering dilontarkan oleh beberapa pihak” ujar Arafat lagi.<br /><br />Pihak mana menurut Arafnur yang sering menghujat karyanya tersebut? sastrawan yang telah menghasilkan beberapa novel ini enggan menyebutkannya “Tidak pantas menyebut pihak mana,”<br /><br />Namun, tidak semua orang memandang positif pada noel lampuki. Yang pernah membaca Lampuki memuji. Syarifah Rahmah, Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Malikussaleh misalnya. Kata Syarifah Novel Lampuki memuat cerita baru yang berbeda dengan novel-novel Indonesia pada umumnya, novel itu mempunyai diksi kuat, dan mengangkat kembali bahasa melayu yang sudah dilupakan.<br /><br />DKemalawati, guru SMK banda Aceh, Kemal Pasya, Dosen Antro Pologi Unimal juga memuji karya Arafatnur tersebut, bahkan mereka menganggab novel Lampuki sangat layak dibaca oleh pelajar setingkat SMA.<br /><br />“Pujian tingkat humor cukup tinggi dari awal sampai akhir, ceritanya tidak mudah ditebak, atas alasan itu pula beberapa orang asing yang bergerak dibidang penerbitan Amerika David Mendoza sedang mengupayakan lampuki diterjemahkan kedalam bahasa inggris” Kata Arafat.<br /><br />Novel Lampuki, menurut Arafat menceritakan tentang kerumitan sebuah kampung pada masa Aceh sedang bergejolak.<br /><br />Arafatnur, sipenulis Novel pro dan kontra Lampuki itu berceritatentang kisahnya menulis buku Lampuki; Terlalu ngeri mengingatnya, apalagi menceritakan satu persatu kejadian yang masih kental terekam dalam ingatan.<br /><br />“Saya sendiri adalah korban yang rumah saya turut dibakar pada tahun 1999 dan saya terpaksa meninggalkan kampung untuk menghindari dari jatuh korban. Keluarga saya morat-marit berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mencari makan sambil menghindari wilayah yang sedang pecah perang. Saya sempat menjadi gelandangan, lapar-lapar kenyang sambil bekerja apa saja untuk diri saya sendiri, dan hanya bisa menamatkan SMA dengan susah-payah” papar Lelaki kelahiran Lubuk Pakam, 22 Desember 1974 itu.<br /><br />Selain novel Lampuki, Arafat juga sudah menghasilkan sejumlah novel lainnya seperti Percikan Darah di Bunga (Zikrul Hakim Jakarta, 2005), Meutia Lon Sayang (Mizan Bandung, 2005), Cinta Mahasunyi (Mizan Bandung, 2005), Cinta Bidadari (Pustaka Intermasa Jakarta, 2007), Nyanyiam Cinta di Tengah Ladang (Pustaka Intermasa Jakarta, 2007), dan Romansa Taman Cinta (Aliansi Sastrawan Aceh, 2007),<br /><br />“Saya belajar menulis secara otodidak. Pengalaman hidup banyak mengajari saya dalam menulis,” katanya sambil menambahkan bahwa dalam hidup ada makna yang bisa diambil sebagai pelajaran. “Banyak penulis-penulis besar dunia tidak lahir dengan serta merta. Mereka juga banyak berjuang dan mengisi hidup ini dengan kesulitan dan tantangn. Yang penting jalalni saja hidup ini apa adanya,” katanya sambil menerawang.<br /><br />(Mucklis Azmy/Harian Waspada, Minggu,31 Juli 2011).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 12pt; text-align: justify;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 12pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">sumber:<a href="http://www.atjehcyber.net/2011/10/lampuki-novel-aceh-dipuji-dan-dihujat.html" target="_blank">http://www.atjehcyber.net</a> </span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4178654843795401226.post-82218788964868556192011-12-14T08:21:00.000-08:002012-01-13T13:08:25.374-08:00Sebuah Cerpen "Tarian Tsunami"<div style="text-align: justify;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOw-rUiW3OxrXgdXkhsjobrRKtx5OtDwSKdtswLPm9mAWuuUyeC6luVnkpFyff1SstT1etW1ql_GlA747EdLbNO6uLgq_IuAXKx1BdkXBovDSK-E0r15VfP5xW1sejMPNz80yzYNqOvqs/s1600/BergenTsunamiLL+%25281%2529.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="231" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOw-rUiW3OxrXgdXkhsjobrRKtx5OtDwSKdtswLPm9mAWuuUyeC6luVnkpFyff1SstT1etW1ql_GlA747EdLbNO6uLgq_IuAXKx1BdkXBovDSK-E0r15VfP5xW1sejMPNz80yzYNqOvqs/s320/BergenTsunamiLL+%25281%2529.jpg" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 12pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">Langit gelap, matahari seakan tertimbun awan, unggas-unggas laut terbang ketakutan, dan penduduk gampong berlari-lari dengan wajah pucat. Aku berdiri dari tempat dudukku dan menatap ke jalan besar, penduduk desa berlari ketakutan sambil berteriak “<i>Ie...ie...ie...</i>”.<br /><br />Air? Dari mana? tanyaku dalam hati. sekian detik kemudian aku melihat gulungan air berwarna hitam pekat yang tingginya lebih dari 5 meter sedang mengejar penduduk desa. Tubuhku gemetar ketakutan. “<i>Apa ini ?</i>” tanyaku sendiri.<br /><br />Dan belum diriku sendiri sempat menjawab, gulungan air di hadapan menari dengan binalnya, aku berlari untuk menghindari air yang sedang bergulung-gulung, melibas apapun yang ada di hadapannya. Aku merasakan nafas sudah di ujung mulut, tidak lagi sanggup menghirup nafas lagi. Jantungku berdegup hebat, aku merasakan kematian sedang merambat pelan. Air bah hitam pekat itu mendekat, penduduk desa yang tadi kulihat berlari sudah tertelan, kini giliranku.<br /><br />Aku sudah tak sanggup, pasrah sudah jika harus di telan dan mati di detik ini juga. <br />“<i>Arghhh....,</i>” suaraku tertelan sendiri.</span></div><a name='more'></a><br /><div></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;">***</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 12pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><br />Entah berapa saat, yang kutahu kini kilau matahari berkilatan melewati mataku. Aku merasakan nafasku berat, dadaku seperti menyesak dan bukan kepalang nyeri pada kakiku. Kakiku ngilu. Sekuat tenaga aku membuka mataku, seorang laki-laki setengah baya menepuk pipiku, entah dari mana dia datang.<br /><br />“<i>Kau tidak apa-apa?</i>” tanya lelaki itu, bajunya compang-camping wajahnya kelelahan seperti habis dikejar ombak yang sama dengan yang mengejarku tadi. Aku membalasnya dengan anggukan pelan.<br /><br />Lelaki itu tersenyum, lalu pergi meninggalkanku. Aku bangkit dan berusaha bersandar di sebatang pohon. Aku menatap kesekitar. Ya Allah apa yang membawaku kedepan masjid Baiturahman? Seingatku, tadi aku sedang berdiri di Pantai Lhoknga sambil menikmati sebatang rokok.<br /><br />Aku menatap kesekitar, semua yang ada di hadapanku hancur lebur. Bangunan hancur dan hanya tersisa kayu-kayu yang tercerabut dari simpul-simpulnya, mobil teronggok ringsek, dan banyak mayat bergelimpangan. Hanya masjid Baiturahman yang masih berdiri kokoh, aku bisa melihat banyak sekali orang yang berdiri didalam mesjid sambil menangis.<br /><br />Di pelataran masjid kepiluan lebih menyayat lagi. Mereka berteriak-teriak memanggil nama seperti sedang mencari keluarganya, sesekali mereka berteriak, mengacak-acak rambut, dan tersungkur pada kenyataan pahit. Semua hancur, lebur.<br /><br />Seorang anak laki-laki menangis tersedu, matanya nanar dan menatapku sendu. Aku menitikkan air mata. Aku melambaikan tangan dan mengajaknya duduk di sampingku.<br /><br />“<i>Keuno</i>” panggilku. Jarak antara aku dan anak itu tidak jauh, hanya sekitar 2 meter. Jelas sekali isak tangis anak itu menyayat hati.<br /><br />Anak kecil itu menggeleng lemah. Tangannya gemetar, bajunya bertuliskan “<i>Aceh Loen Sayang</i>” sudah robek, umurnya sekitar 4 tahun, rambutnya acak-acakan.<br /><br />“<i>Jak keuno, bek takot</i>” panggilku lembut. Anak itu memandangku ragu, sejenak dia menunduk, lalu berdiri, lambat-lambat berjalan duduk di sampingku. Tangisannya semakin kuat, aku memeluknya lembut.<br /><br />“<i>Abang, saya takut,</i>” ujar anak itu pelan. Aku menahan sesak dan memeluknya. Aku mungkin tidak pernah kenal anak ini, tapi kami sama-sama sedang dalam ketakutan sangat.<br /><br />“<i>Jangan takut, ada abang di sini. Siapa namamu?</i>”<br /><br />“<i>Tarmizi, ditulis pakai huruf Z tapi kawan suka memanggil Iji, dengan huruf J.</i>”<br /><br />Aku tersenyum menatap bola matanya yang bulat dan memancarkan sinar polos. Aku merangkulnya.<br /><br />“S<i>aya Ibral,</i>” Ujarku pelan.<br /><br />Iji menghapus air matanya. Aku menatap ke sekeliling sambil mengingat-ingat bagaimana aku bisa selamat dari gulungan air yang begitu ganas. Aku memejamkan mata, yang kuingat hanyalah penggalan-penggalan kejadian yang teracak.<br /><br />Kilatan cahaya dari air yang mengerling tertimpa matahari. Setelah air hitam pekat itu menghantam tubuhku, aku seperti kehilangan kesadaran sekian detik. Yang dirasa hanya kegelapan yang pekat, pusing, dan tidak bernafas.<br /><br />Menit berikutnya aku merasakan tubuhku terhantam macam-macam benda. Aku tidak ingat benda apa namun sepertinya tubuhku menghantam panci, terlilit kain, terbentur sepatu, dan sepertinya kakiku tergores seng tajam.<br /><br />Ketika kehabisan nafas, aku mencoba mendorong tubuhku untuk naik ke atas. Sekuat tenaga aku berenang walaupun dengan energi sisa-sisa yang nyaris tak cukup lagi sekedar untuk tersenyum. Waktu itu aku sempat melihat sinar matahari ditengah gelapnya air pekat.<br /><br />Namun tiba-tiba kaki kananku seperti ditarik oleh seseorang dari bawah. Aku tidak sempat lagi melihat siapa pelakunya, tubuhku terseret lagi kebawah. Kuku-kukunya yang panjang mencakar dalam kakiku, aku hanya membuat perkiraan, orang di bawahku adalah perempuan.<br /><br />Dalam keadaan takut kakiku berontak, diriku meronta untuk bisa hidup, kakiku menendang dengan segala macam jurus. Tangan yang menarik kakiku mulai melemah, sejurus dengan itu kaki kiriku seperti menginjak kepala manusia. Sepertinya kepala dari orang yang menarik tanganku. Refleks aku menginjak kuat kepala manusia itu untuk mendorong tubuhku naik lagi kepermukaan air.<br /><br />Tangan yang memegang kakiku terlepas, badanku terdorong ke atas. Aku tidak lagi memperdulikan orang yang baru saja kuinjak kepalanya. Aku harus bertahan hidup, gumam hatiku waktu itu.<br /><br />Setelah itu aku betul-betul kehilangan kesadaranku, aku tidak lagi bisa mengingat apapun. Hingga akhirnya aku sadar terlempar sejauh ini entah hanya dalam berapa detik sudah teronggok lemah di depan mesjid Baiturahman.<br /><br />“<i>Abang..</i>” Panggil anak kecil yang sedari tadi ternyata menatapku yang sedang melamun.<br /><br />“<i>Ya</i>”<br /><br />“<i>Haus</i>” ujarnya pelan.<br /><br />Aku menatap ke sekeliling dan mencoba untuk bangkit. Ngilu di kakiku kian menyayat, aku ambruk. Iji memelukku.<br /><br />“<i>Sudah abang, tidak usah cari minum, Iji tidak haus lagi, Iji jangan ditinggal sendiri.</i>”<br /><br />Hatiku teriris. Aku kembali duduk dan memeluk bocah kecil ini. Aku memang tidak akan kemana-mana. Tidak sampai Tuhan menggariskan nasib yang berbeda di antara aku dan Iji. Iji memelukku erat sekali.<br /><br />“<i>Abang tidak kemana-mana Iji,</i>” Bisikku lirih.<br /><br />Iji menatapku, bola matanya menatap dalam.<br /><br />“<i>Ibu juga bilang seperti itu waktu lari menghindari air tadi bang, Ibu menyuruh Iji pegang erat tangannya. Tapi airnya keras bang, tangan ibu lepas. Nanti kalau ada air datang lagi, peluk Iji ya bang, yang keras, jangan sampai lepas</i>” Ujar Iji, aku melihat garis takut dari matanya.<br /><br />“<i>Iya Iji, abang akan peluk erat</i>”<br /><br />Kami berdua, duduk dalam diam di menit-menit berikutnya. Kami tidak lagi butuh kata-kata untuk saling berbagi ketakutan kami.<br /><br />Tarian Tsunami yang binal sudah usai. Senja dikejauhan bersungut muram. Disekeliling sisa air turut lunglai, berwarna keperakan tertimpa cahaya senja sore ini. Sebuah kilatan senja yang mulai terbenam membayang sebuah wajah. Jauh di dasar hatiku tiba-tiba ada rasa getir menyelimuti, apa perempuan yang tadi memegang kakiku masih hidup? Atau dia masih menari larut dalam tarian Tsunami entah di pusaran yang mana? Entah lah.<br /><br />“<i>Aceh Rayeuk</i>,” kata iji. Aku terhenyak. Iji seperti menjawab kegelisahanku, dibalik ini ada kebesaran yang tidak bisa diungkap lewat bahasa mana pun; Kebesaran Tuhan.<br /><br />“<i>Ya”</i>, balasku. “<i>ACEH RAYEUK</i>” kuharap memang kami akan tetap menjadi orang Aceh yang berjiwa besar.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 12pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"> sumber:<a href="http://www.atjehcyber.net/2011/11/sebuah-cerpen-tarian-tsunami.html" target="_blank">http://www.atjehcyber.net</a> </span></div>Unknownnoreply@blogger.com0